After 5 weeks away from France to go home back to the loveliest country on earth (indonesia), i am back to reality... menghadapi dinginnya cuaca Perancis, dan hebatnya tadi siang salju turun..bikin saya semakin ngedumel-ngedumel. Belum lagi saya meringis menatap wajah tukang daging dan tukang sayur dekat rumah saya, betapa saya tidak merindukan mereka, walaupun mereka selalu baik terhadap saya. Saya pun juga mulai lupa kata-kata sakti dalam memesan daging (padahal waktu liburan saya tetap menggunakan bahasa ini untuk berkomunikasi kepada teman-teman perancis yang ikut dengan kita).
Banyak sekali yang saya lakukan ketika kemarin pulang kampung, dan sayangnya banyak sekali tidak sempat berjumpa dengan kawan-kawan lama saya, karena kesibukan mereka, dan juga waktu yang mepet di Jakarta...Saya pun tidak lama menghabiskan waktu dengan keluarga saya.. padahal saya ingin berlama-lama dengan mereka, khususnya melihat keponakan-keponakan saya tumbuh menjadi besar!
Banyak hal baru yang saya lakukan ketika kami di Indonesia, misalnya rafting, diving, surfingdan yang asik adalah makan kecombrang..betapa saya merindukan tanah airku itu!
Saya transit di Abu Dabhi, karena saya naik pesawat Etihad yang merupakan pesawat nasional para emirati.. Sungguh saya puas dengan pelayanan mereka, dan entertainment mereka yang nomor satu, terutama makanannya yang tiada tara! Sandwichnya aja maknyus banget, padahal saya biasanya paling malas makan sandwich!
Transit di Abu Dabhi adalah transit yang cukup membosankan, karena tempat transitnya kecil, dan bising sekali dengan pengumuman-pengumuman. Tapi saya terkesima dengan international people yang bekerja di dalamnya. Saya menemukan wajah-wajah yang mirip dengan saya, yang ternyata mereka adalah orang Philipina.
Satu yang menjadi sorotan saya adalah banyaknya TKI yang menumpang pesawat yang sama., yang hendak pulang kampung, maupun berangkat kerja ke tanah Arab. Rasanya iba melihat banyak dari mereka yang datang dari desa terpencil di Indonesia untuk mengadu nasib, tapi sering ditipu sana sini, disiksa... Salut kepada mereka, pahlawan devisa Indonesia.
Tapi yang saya sesalkan dan yang bikin saya makin sadar ketinggalannya bangsaku, adalah, ketidakmampuan mereka dalam bersikap, tidak ada budaya yang baik sebagai penumpang pesawat. Rata-rata dari mereka tidak tahu budaya antri, dan berlaku membahayakan semua awak pesawat, dengan tidak mematikan handphone mereka di pesawat, dan juga terus menerus bersms-an hingga detik terakhir pesawat siap lepas landas. Terakhir yang bikin malu, adalah ketika pesawat baru saja landing, mereka sudah melepas sabuk pengaman dan membuka bagasi kabin yang terletak di atas kursi mereka. Otomatis pramugari ngamuk berat...
Duh, bangsaku, engkau memang indah sekali.. tapi masih banyak PR kita, yaitu memajukan dan mendidik bangsa. Rasanya ingin turun tangan membantu apa saja yang bisa kita bantu untuk membangun bangsa... jadi ingat teman yang tidak sedikit pun ingin pulang, karena Indonesia terlalu terbelakang.. Mungkin dia lupa kalau roma tidak dibangun dalam satu hari, dan prosesnya panjang sekali. Mungkin dia hanya mau enaknya aja, biar orang lain yang membangun Indonesia, nanti kalau Indonesia udah bagus, baru deh mau pulang... dia tinggal menikmati perjuangan orang lain... nggak sadar kalau bangsa kita membutuhkan uluran tangannya juga untuk dibangun...
Ah, rasanya tempat saya bukan di Perancis... jadi ingat kata sepupu saya kemarin, hujan emas di negeri orang, lebih enak hujan batu di negeri sendiri..hihihi.. kuno sih, tapi kadang saya memahaminya.
Banyak sekali yang saya lakukan ketika kemarin pulang kampung, dan sayangnya banyak sekali tidak sempat berjumpa dengan kawan-kawan lama saya, karena kesibukan mereka, dan juga waktu yang mepet di Jakarta...Saya pun tidak lama menghabiskan waktu dengan keluarga saya.. padahal saya ingin berlama-lama dengan mereka, khususnya melihat keponakan-keponakan saya tumbuh menjadi besar!
Banyak hal baru yang saya lakukan ketika kami di Indonesia, misalnya rafting, diving, surfingdan yang asik adalah makan kecombrang..betapa saya merindukan tanah airku itu!
Saya transit di Abu Dabhi, karena saya naik pesawat Etihad yang merupakan pesawat nasional para emirati.. Sungguh saya puas dengan pelayanan mereka, dan entertainment mereka yang nomor satu, terutama makanannya yang tiada tara! Sandwichnya aja maknyus banget, padahal saya biasanya paling malas makan sandwich!
Transit di Abu Dabhi adalah transit yang cukup membosankan, karena tempat transitnya kecil, dan bising sekali dengan pengumuman-pengumuman. Tapi saya terkesima dengan international people yang bekerja di dalamnya. Saya menemukan wajah-wajah yang mirip dengan saya, yang ternyata mereka adalah orang Philipina.
Satu yang menjadi sorotan saya adalah banyaknya TKI yang menumpang pesawat yang sama., yang hendak pulang kampung, maupun berangkat kerja ke tanah Arab. Rasanya iba melihat banyak dari mereka yang datang dari desa terpencil di Indonesia untuk mengadu nasib, tapi sering ditipu sana sini, disiksa... Salut kepada mereka, pahlawan devisa Indonesia.
Tapi yang saya sesalkan dan yang bikin saya makin sadar ketinggalannya bangsaku, adalah, ketidakmampuan mereka dalam bersikap, tidak ada budaya yang baik sebagai penumpang pesawat. Rata-rata dari mereka tidak tahu budaya antri, dan berlaku membahayakan semua awak pesawat, dengan tidak mematikan handphone mereka di pesawat, dan juga terus menerus bersms-an hingga detik terakhir pesawat siap lepas landas. Terakhir yang bikin malu, adalah ketika pesawat baru saja landing, mereka sudah melepas sabuk pengaman dan membuka bagasi kabin yang terletak di atas kursi mereka. Otomatis pramugari ngamuk berat...
Duh, bangsaku, engkau memang indah sekali.. tapi masih banyak PR kita, yaitu memajukan dan mendidik bangsa. Rasanya ingin turun tangan membantu apa saja yang bisa kita bantu untuk membangun bangsa... jadi ingat teman yang tidak sedikit pun ingin pulang, karena Indonesia terlalu terbelakang.. Mungkin dia lupa kalau roma tidak dibangun dalam satu hari, dan prosesnya panjang sekali. Mungkin dia hanya mau enaknya aja, biar orang lain yang membangun Indonesia, nanti kalau Indonesia udah bagus, baru deh mau pulang... dia tinggal menikmati perjuangan orang lain... nggak sadar kalau bangsa kita membutuhkan uluran tangannya juga untuk dibangun...
Ah, rasanya tempat saya bukan di Perancis... jadi ingat kata sepupu saya kemarin, hujan emas di negeri orang, lebih enak hujan batu di negeri sendiri..hihihi.. kuno sih, tapi kadang saya memahaminya.
No comments:
Post a Comment