Showing posts with label paris. Show all posts
Showing posts with label paris. Show all posts

Wednesday, 3 September 2008

Apartemen di Paris


Temen kantor gue, lagi pulkam di daerah Spanyol sana. Sehari sebelum kepulangannya ke Paris, dia ngabarin gue kalau dia bermasalah dengan apartemen studionya yang dia sewa di Paris. Konon, ada air bocor, yang asalnya dari apartemen dia yang di lantai satu, dan bocorannya parah, nyampai ke kantor agen jualan rumah yang terletak di bawahnya, lantai dasar. Karena dia lagi di Spanyol, maka si agen di bawah rumah langsung ngubungin polisi (pompier sih maksudnya, yah sebangsa layanan darurat gitu deh kalo di Perancis). Eh itu polisi mungkin tau karena gak ada orang di apartemen, ya maen dobrak kaca jendela aja gitu, buat masuk dan menyelidiki asal muasal kebocoran air.

Temen gue yang lagi liburan di spanyol, di telepon sama pemilik apartemen, untuk menceritakan apa yang telah terjadi dan si pemilik kemudian bertanya, apakah dia punya asuransi untuk mengganti kerusakan yang ada pada apartemennya. Temen gue langsung lemes, soalnya dia gak punya asuransi, dia pikir asuransi itu gak wajib punya berarti dia yang wajib nanggung kerusakan. Walah si mbak.. kayak gak tau aja, tinggal di apartemen di Paris asik sih, kemana-mana deket, tapi ati-ati, banyak gedung di Paris yang udah tua dan selalu bermasalah dengan kelembaban (insalubrité) dan ujung-ujungnya kena masalah kesehatan. Mana apartemennya dia itu persis di seberang canal (sungai) St. Martin, yang ... bagus sih pemandangannya, tapi rada kotor. Jadi ini sungai rada sumber penyakit dan rada-rada bikin masalah apartemen di pinggirannya.

Tapi apartemen temen gue ini rada-rada juga deh (temen gue ini orangnya juga model orang yang gak pedulian). Suatu hari, gue pernah nginep di rumahnya, karena terpaksa. Pagi-pagi, masih enak terlelap tidur karena malemnya gak bisa tidur (pinggir jalan canal kan berisik, sering ada orang mabok teriak-teriak bikin susah tidur), eh gue denger suara air ngalir trus netes jatoh ke lantai, berisik banget !!! Ternyata atapnya bocor... Kedengeran sih suara keran di buka di lantai atasnya, jadi sepertinya tetangga lantai atas lagi mandi, trus airnya menetes dari atas. Untung kagak jatoh di tempat tidur kita, tapi rada jauhan dikit deket kamar mandi temen gue. Temen gue terlelap tidur terus, padahal suara air netes jatuh di lantai plastik kan berisik banget (aduh gue lupa namanya deh, temen gue itu apartemennya bukan ubin, tapi lapisan plastik yang mirip dengan lapisan meja makan di resto kaki lima gitu). Brisik banget bukan?

"Maria!!! Apaan tuh!!!!???" kata gue panik, sambil ngegusrak badannya biar dia bangun.
"Huh?! Selamat pagi nona.." kata dia dengan bodohnya. "Wah atap bocor!!!", katanya dia lagi baru sadar. Langsung dia lari ambil pakaian, dan bilang, "Wah gue harus ketemu sama penghuni di atas. Mudah-mudahan cakep orangnya!" kata dia.. halah.. buset dah.. masih kepikiran mo cari cowok! Gue tadinya udah mo bilang, "Mar, jangan lupa sikat gigi dulu kalo gitu, mulut lo bau...!!!"

Tapi dia udah keburu melesat keluar...

Thursday, 30 August 2007

Kecuali Paris, Keberhasilan Pariwisata di Perancis Bergantung kepada Cuaca



Hasil pengamatan yang dikeluarkan oleh pemerintah (badan pariwisata perancis -ODIT) kemarin, mengungkapkan bahwa beberapa daerah di Perancis menderita penurunan pengunjung karena cuaca yang gak jelas antara panas-dingin-hujan di musim panas tahun ini. Tapi tidak dengan Paris. Walaupun cuaca mirip seperti perempuan kena PMS, Region Parisienne atau île-de-france tetap dapat menikmati banjir pengunjung, dengan kembalinya para turis, khususnya dari US dan Jepang walaupun cuaca di sekitar region ini amat sangat tidak jelas, dan membuat penduduknya makin menderita stress (hehe, pengalaman pribadi).
Eh Jepang sih dateng melulu ya, biarpun ada Paris Syndrome juga, gak ngaruh. Malah dapat dikatakan bahwa pariwisata Paris mengalami bulan madunya pada tahun ini, dan merupakan salah satu yang terbaik dalam lima tahun terakhir ini.

Menurut kacamata orang awam (tidak bisa dijelaskan sumber dan tidak dapat dipertanggungjawabkan nilai kebenarannya), kembalinya orang Amerika setelah polemik Perancis dan Amerika dalam dukungan perang Irak, disebabkan karena liburan sukses Sarkozy ke US baru-baru ini. Kalau menurut orang awam lainnya, sukses film Davinci's Code tahun lalu lah yang membuat orang-orang makin menggila untuk datang ke Louvre, museum kedua yang paling dikunjungi di dunia. Selain itu, Paris memiliki musée d' art modern sebagai museum keempat yang paling dikunjungi di planet ini (padahal isinya sih menurut saya yang gak ngerti art modern yah...absurd!!hehe). Museum nomor satu yang paling dikunjungi di dunia? Museum NASA di Washington D.C. dong ah!


Daerah yang diduga mengalami penurunan dalam tingkat hunian hotel adalah sekitaran (termasuk) Toulouse, region Alpen, Les Voges, dan Bretagne, yang sekiranya bayak sekali terdapat aktivitas outdoor. Untungnya Bordeaux tidak mengalami penderitaan yang sama, berkat penghargaan dan perlindungan UNESCO terhadap kota tuanya. Sedangkan daerah Côte d'Azur tetap menjadi tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan dalam negeri, karena cuacanya yang selalu indah hampir sepanjang tahun.

Tahun 2006, Perancis dibayat sebagai negara bertujuan wisata terbesar, dengan total pengunjung 78 juta orang, diikuti oleh Spanyol 53 juta orang, USA 46,1 juta orang, China 41,8 juta orang, dan Italia 37,1 juta orang. untuk olahraga musim dingin, negara berbentuk hexagon ini memiliki pangsa pasar dunia sebanyak 25% (gak tau ya kalau musim dinginnya panas lagi kayak kemaren ya orang mending berenang di Côte d'azur lagi mungkin, hehe).

Kesuksesan ini bukannya tanpa beban. Tantangan terberat sektor tourism negara ini selain cuaca (yah..memang nyalahin cuaca itu kan gampang), adalah bagaimana memuaskan para turis, bikin turis lebih betah berlama-lama tinggal, dan bikin turis belanja lebih banyak di negara ini. Bila dibandingkan dengan negara tujuan turis terbesar kedua, Spanyol, Perancis masih kalah jauh. Total belanja yang dilakukan turis di negara olé adalah sebesar 45 milyar (billion -BrE) euro. Sedangkan di Perancis mereka hanya membelanjakan 35 milyar euro saja. Belum lagi masalah dalam negeri negara yang olahraga nasionalnya adalah strike atau mogok kerja, bikin turis pusing cari angkutan umum termasuk pesawat terbang untuk keluar dari negara neraka ini (hehe). Masalah lainnya adalah, Perancis hanya membelanjakan 33,8 milyar euro untuk promosi pariwisatanya, kalah jauh bila dibandingkan dengan Spanyol yang membelanjakan dua kali lebih banyak.

Negara ayam jantan ini masih menantikan kedatangan turis-turis pada bulan September, dimana akan diadakan Rugby World Cup 2007. Lumayan deh, adanya Rugby World Cup setidaknya mendatangkan rejeki buat satu orang kawan saya yang tinggal di Marseille, hehehe.

Mudah-mudahan kerjaannya lancar ya nak, meskipun bulan September adalah musim kejuaraan mogok kerja di Perancis. Salam deh buat para pemaen rugby ganteng yang kau temui. Sayang sekali, saya tidak sedang ada di Perancis pada saat-saat itu, padahal pengen tau juga, dan kebetulan si keong mas, adalah salah satu penggemar olahraga ini di TV (yoi baru tingkat tv aja dia mah). Jangan lupa supportnya buat Les Bleus dan hati-hati ntar digoda-goda sama para bongsor!!!!

Sumber:
Le Point no. 1882 (16 agustus 2007)
Le Monde 1
Le monde 2
20minutes.fr 1
20minutes.fr 2

carnet d'adresse : Japanese Touch in Paris (updated)



Setelah membahas tentang sindroma paris di postingan sebelumnya sekarang saya mau cerita tentang sentuhan jepang di ibukota Perancis.

Paris di bulan Agustus adalah Paris yang sepi. Tapi saking sepinya bosenin deh ah, soalnya banyak toko yang tutup, karena pemilik dan pegawainya pada sibuk liburan (untung agustus udah mau berakhir). Yah, memang orang Perancis emang paling demen liburan di bulan Agustus (warisan jaman dulu). Anehnya, kebiasaan ini menular kepada orang Jepang yang tinggal di Paris, mereka juga jadi ikut-ikutan meliburkan diri. Sesuatu yang aneh karena mereka sangat terkenal dengan etos kerja yang tinggi, dan merasa cukup dengan memiliki waktu libur 12 hari dalam setahun.

Saya suka masakan jepang. Banyak orang menganggap masakan jepang kurang berbumbu, tapi menurut saya, di sini lah seninya, masakan jepang begitu halus. Untuk saya yang belum pernah ke Jepang, rasanya susah juga ya bilang, mana masakan jepang yang enak mana yang enggak, mana yang punya cita rasa asli, walau kadang-kadang di Jakarta atau di Bali, saya pernah juga masuk restaurant di mana yang masak orang Jepang asli. Dan rasanya sih ya enak-enak aja, terlepas dari apakah ini cita rasa jepang asli atau bukan.

Tapi memang seringkali, saya masuk ke restaurant jepang di Paris, yang masak bukan orang Jepang, dan kadang-kadang rasanya amburadul karena kurang memperhatikan kualitas, dan malah jadi cita rasa makanan China. Maka dari itu, teman-teman saya yang orang Jepang, memberikan advice kepada saya untuk selalu pergi ke restaurant dimana yang masak adalah orang jepang asli, atau dikelola secara jepang. Semenjak itu, saya jadi sering berburu restaurant jepang seperti yang disarankan teman saya.

Btw, memang untuk kualitas jepang asli ini, harga jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan restaurant/supermarket yang bukan Jepang asli. Bila anda ingin menemukan versi harga murah dari bahan makanan jepang, sebetulnya bisa dicari di supermarket Tang Frère, (supermarket asia terbesar di Paris) atau di beberapa supermarket asia lainnya. Tapi untuk bahan yang lebih spesifik seperti dashi, rasanya cuman bisa nemu di supermarket Jepang.

Anyway, berikut adalah beberapa alamat restaurant/toko kue/supermarket Jepang yang menjual kualitas maupun rasa Jepang. Ada sebagian yang sudah pernah saya coba, ada yang baru wacana saja:
  1. Taéko di marché (pasar) des enfants rouges: 39 rue de bretagne M:Filles du calvaire, buka dari selasa sampai minggu dari jam 9 sampai jam 15 dan dari jam 16-18. Tutup hari minggu setelah jam 12 dan setiap hari senin. Tidak banyak menu pilihan, hanya nasi jepang, menu rumahan saja. Tapi, kelebihannya, nasi jepangnya ennuakkk banget. Gurih abis. Rada mahal sebetulnya, siap-siap untuk menghabiskan sekitar 10 euro untuk satu makanan dengan porsi kecil.
  2. Ju jiya, sebuak catering jepang, di 42, rue St. Anne, buka setiap hari, 7/7 hingga jam 19:30 malam. Mereka menyediakan menu rumahan masakan jepang. Yang ini tidak terlalu mahal, dengan 7 euro bisa dapet satu kotak sushi, dan udah kenyuang banget. Ada bakwan jepang, ada bento-bento juga. Di bagian belakangnya terdapat mini market jepang, tempat saya nyetok bahan makanan jepang saya.
  3. Berikutnya adalah Kunitoraya, rue St. Anne, menyediakan udon. Restaurantnya agak mahal, bila dibandingkan restaurant jepang sekitarannya. Tapi bersiap-siaplah mengantri bila hendak makan di sini, karena restaurant ini banyak penggemarnya. Persis di sebelah kunitoraya ini ada satu restaurant, yang saya juga sudah pernah coba. Tapi saya lupa namanya. Ini enak juga, dan antri, makanannya banyak berupa udon-udon.
  4. Supermarket Jepang yang lainnya adalah salah supermarket Kiyoko (kalau gak salah namanya sih gitu ya) yang berseberangan dengan Starbuck, di jalan rue des petits champs. Supermarket ini rada mahal, dibandingkan dengan supermarket jujiya, tapi bahan makanannya lebih lengkap.
  5. Ada satu restaurant jepang yang menyediakan menu mie-mie (tepanyaki), yang dimasak oleh kokinya persis di depan kita, namanya Higuma. Restaurant ini terletak di rue st. Anne, di seberang restaurant Kunitoraya. Ini super ngantri deh, kalau jam-jam makan siang. Ini inceran saya berikutnya!!!
  6. Toko kue (patisserie) dan salon du the. Tidak jelas namanya apa, karena tidak ada papan namanya, tapi dekorasinya menarik, imut-imut, centil dan pinky. Di sini teman jepang saya bekerja sebagai pelayan (semua pelayannya memang orang Jepang). Alamat pastinya 11 bd courcelles (metro Villiers ligne 3). Tutup setiap hari rabu. Makanan maupun kue-kuenya memang Perancis, tapi teknik pembuatannya merupakan campuran antara Jepang dan Perancis, yang memberikan rasa dan tampilan baru pada kue-kuenya. Benar-benar classy. Harganya lebih mahal daripada toko kue atau salon du the lainnya di Paris, tapi dapat dimengerti, mengingat lokasinya yang tidak jauh dari Parc Monceau, tempat para bourgeois Paris tinggal dan tentu aja karena tampilan kuenya yang wah, dan rasanya yang "très fin".
(sorry kuenya agak bocel-bocel, maklum dari tokonya ke rumah gue jauh banget, jadi udah keburu rusak deh tuh kue-kue pada kegusrak-gusrak di tenteng buat naek turun métro Paris).

Ada banyak restaurant jepang di Paris, tapi tidak banyak yang benar-benar enak atau yang benar-benar menyediakan the real deal of the jap cuisine. Untungnya, setelah mencari-cari di net, saya menemukan suatu situs yang menawarkan apa yang selama ini saya cari: alamat-alamat restaurant jepang yang authentik. Berikut adalah linknya:



Kawasan Japan townnya Paris terletak gak jauh dari gedung Opera (sekitar 1 km dari Louvre). Bila anda sudah ketemu gedung ini, anda akan melihat disekitaran banyak sekali orang Jepang, dan juga turis Russia. (hehe.. gak tau ada apa ya mereka dengan kawasan ini). Selain itu, banyak juga sih emang kantor-kantor internasional di daerah sini. Beberapa blok dari gedung opera, terdapat, banyak restaurant jepang, dan juga beberapa supermarket jepang (rue St. Anne). Tapi hati-hati, banyak juga diantara mereka yang tidak memiliki cita rasa jepang asli, kalau memang pengen makanan jepang asli, pandai-pandailah memilih bila tidak ingin kecewa.

un romantique rendez-vous de l'aprèm, au Musée du quai Branly - Paris (Kencan Siang yang Romantis di Museum Quai Branly - Paris)

Tadi siang, janjian ama mantan pacar untuk kencan bareng. Iseng aja, udah lama pengen jalan-jalan di kota Paris yang romantis (asal jangan ada tokai anjing di mana-mana... tega deh ah!! hehehe... ). Maunya naek metro.. sekali-sekali gitu loh, pake kendaraan andalanku. Biar makin romantis, dan sangat parisian sekaleee (duleile..segitunya!).

Tadinya saya mau ngajak si doi (cie elah.. kayak lagunya Dina Mariana jaman dulu, .. "doi" bo!!) ke Musée Guimet, museum yang menyimpan koleksi The Great Asian Culture, yang saya kunjungin sama Madame Woetz beberapa waktu yang lalu. Saya pengen nunjukin aja ke dia sepenggal kisah kerajaan Sriwijaya dari Palembang, yang ada di museum itu. Tapi dipikir-pikir, mending cari museum laen aja deh, di Paris masih banyak banget museum yang belom saya kunjungin. Akhirnya saya pilih museum yang deket sungai Seine dong, Museum Branly ini. Toh pasti ada koleksi tentang Indonesianya juga. Wong ini museum tentang kebudayaan etnik, ya pasti ada dong. Dan alasan kedua dipilihnya museum ini adalah, biar makin romantis gituh. Karena udah lama juga, kita gak jalan-jalan di pinggir sungai Seine, menikmati sinar matahari yang jatoh di kota Paris. Terakhir waktu kita pulang dari Museum Dunia Arab (masih sodaraan temennya dunia fantasi jakarta kayaknya..hehehe). Itu juga di pinggiran sungai Seine, dan kita jalan ke arah gereja Notre Dame de Paris.Sinar keemasan matahari yang mantul di besi menara Eiffel, dan di riak sungai Seine, biasanya menambah romantisnya suasana kota.

Sedikit cerita tentang musium Branly. Musium ini terletak dipinggir sungai Seine, deket banget sama menara Eiffel. Diresmikan tahun lalu sama president Perancis Jacques Chirac, museum dengan arsitektur moderen (aneh bin ajaib bentuk gedung dan juga sistem pencahayaannya) ini menyimpan beragam koleksi etnik dari empat benua di dunia (lima kali yeee.. saya gak nemu yang bagian eropa.. abis kaki udah gempor.. gede banget bo). Ada beberapa bagian yang menampilkan kerajinan dari Flores, Papua, Timor, dan berbagai pulau lain di Indonesia. Museum ini kayaknya masih satu seri dengan museum Guimet yang saya udah ceritain tadi. Karena koleksi yang ada di sini, yah gak ada di museum Branly, gitu juga sebaliknya.

Setelah kira-kira 3 jam menghabiskan waktu di sana dan gempor banget, kita cabut mencari stasiun metro terdekat untuk pergi ke arah Place d'italie. Maen-maen bentar, trus pulang ke rumah, naek tram Paris yang baru. Biar si mantan pacar bisa mengoptimalkan tiket terusan metronya dengan naek multimodaan kemana-mana (rugi bo, bayar ampir €10, mobilist zona 1-4, kalo gak dipake secara optimal?), dan juga ngerasain deh gimana rasanya naek tram baru di Paris.

Dibawah ini ada juga foto-foto tempat-tempat yang kita lewatin. Sorry kalau foto-foto di dalam museum branly banyak yang blur, karena di dalem museum, dilarang foto pake kamera. Jadi saya motonya ngumpet-ngumpet, gak pake flash.


Serius di dalam RER B


Gedung dari seberang.. cantik juga


deket kan dari eiffel?


Wilujeng Sumping di Museum Branly


ada ruangan namanya Levy Strauss


Museum ini didominasi dengan warna merah

arsitektur moderen

arsitektur luar

arsitektur luar

tampak luar

Taman cahaya sekitar Museum

salah satu koleksi museum

koleksi kaen sumba

perhiasan dari sulawesi
4 Replies

megalith dari abad 1

suasana dalem museum

ini gedung apa ya?

Api Ladi Di? Nggak ah?!


Tramway dan tramnya

body tram

di dalem tram

dalam tram, luas.


Cité Universitaire

Cité U

Cité U

DSCN4021.JPG

DSCN4022.JPG

PARIS SYNDROME, PENYAKIT KEJIWAAN BARU YANG BANYAK DIDERITA ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI PARIS



Stereotype Paris sebagai kota cahaya, kota mode atau kota cinta, telah menarik banyak sekali orang Jepang untuk mengunjungi atau menetap di Paris, dengan expectasi yang berbeda-beda. Namun semuanya banyak yang berdasarkan pada stereotype Paris semata, yang belum tentu benar adanya.


Banyak diantara mereka adalah turis, atau memang bekerja di sini. Mayoritas dari mereka, awalnya datang sebagai turis, tahun berikutnya mereka kembali dengan berbekal visa pelajar guna menetap lebih lama di Paris. Bidang yang mereka pelajari, rata-rata dimulai dengan kuliah bahasa di Paris selama minimal setahun, sehingga selama itu mereka bisa merasakan bagaimana rasanya jadi penduduk Paris dan mengenal life style lokal. Kalau visa belajar bahasa sudah melampaui batas waktu (3 tahun), mereka melanjutkannya ke bidang lain, seperti mendaftar di sekolah tinggi seni, atau lain sebagainya.

Banyak juga diantara mereka yang kemari ingin melakukan magang di restaurant atau patiserie dari koki terkenal, untuk mempelajari teknik-teknik yang berbeda dengan yang mereka pelajari di Jepang. Tidak hanya di sektor makanan, tapi juga di sektor mode, seperti penataan rambut, maupun sektor bunga-bungaan. Mereka mencari mode baru selain model rambut anime style, atau model karangan bunga yang lain daripada Ikebana Jepang yang Zen. Dan mereka mencarinya di Eropa, yang menurut mereka tempat lahirnya mode dan kebudayaan dengan style rafiné atau refined. Harapan mereka adalah mengawinkan style dua budaya yang berbeda tersebut, (bisa jadi hanya mengadopsi style Eropa), sehingga ketika mereka pulang ke Jepang nanti, mereka bisa bangga mengatakan, mereka sudah pernah tinggal di Eropa selama setahun (punya european experienced-lah isitilahnya). Pengalaman Eropa mereka bisa mereka jadikan bekal dalam mencari kerja, maupun buka usaha sendiri.



Ketika mereka memutuskan untuk menetap di Paris, umumnya tidak memiliki bayangan akan apa yang akan mereka hadapi di Paris. Image akan Paris yang dibangun berdasarkan stereotype semu akan Paris yang romantis dan modist ternyata sangat jauh berbeda di dunia aslinya. Romantis? Romantis apanya? Di mana? Bayangan di kepala orang Jepang, bahwa setiap orang di Paris romantis dan berpakaian Chanel atau Louis Vuitton lenyap begitu saja ketika mereka berada di dalam metro yang kotor, dimana orang-orang berpakaian dengan seenak jidat (apalagi kalau musim panas). Modis? Modis apanya kalau pake baju, baju dalemannya ikut nyembul ke luar? Yang ada bukan kesan classy, tapi malah kesan trashy yang didapat. Belum lagi perlakuan cuek, kasar, individualis orang-orang Perancis yang mereka terima, bikin bayangan Paris yang wah makin hancur lebur.

Ternyata, Paris (atau Perancis, orang sering menyamaratakan Paris dengan Perancis, padahal keduanya lain banget) yang termasuk kota wisata terbaik di dunia, penduduknya tidak ramah, tidak welcome dan tukang grumble-grumble. Ternyata oh ternyata....

Rasa kecewa akan realita Paris, membuat banyak penduduk Jepang ini menjadi larut dalam kesedihan, dan tidak jarang yang bermanifestasi menjadi depressi atau pun kegilaan. Dan menurut keterangan yang saya dapet, belum ada orang lain selain orang Jepang yang menderita penyakit ini (belom kedeteksi aja mungkin). Penyakit kejiwaan ini ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 oleh seorang dokter di Paris (lupa namanya siapa), dan diberi nama Paris Syndrome.

Menurut Routard.com, guide semacam Lonely Planetnya perancis, setiap tahunnya sekitar 100 orang Jepang terkena penyakit ini. Gejalanya bisa macam-macam, yaitu pusing-pusing, sakit kepala dan lain sebagainya (wah, gue kurang jelas juga di bagian ini) sampai depresi maupun berhalusinasi. Sepertiganya, bisa dengan segera disembuhkan. Namun ada juga yang harus dirumahsakitkan (25 persen), atau dipulangkan ke Jepang, dengan bantuan embassy Jepang di Paris.

Diantara mereka yang gila, ada seorang ibu-ibu yang merasa bahwa dia mau kopdaran dengan Virgin Marie, di depan gereja Notre Dame de Paris setiap jam 16 (hehehe.. psiko abis, mending kopdaran ama mp-ers aja deh!) . Ada pria yang merasa bahwa dia adalah raja Louis XIV. Ada juga yang ngerasa kalau hotelnya dibajak, atau merasa dirinya diserang oleh micro-wave.

Menurut seorang pengamat psikologi, halusinasi ini sebetulnya disebabkan oleh suatu keadaan yang meletup-letup ketika mereka berkunjung ke Paris. Ada detak jantung yang naik, pusing hingga ingin pingsan, yang akhirnya bisa menyebabkan seseorang berhalusinasi.

Obat terhadap penyakit ini belum ditemukan, karena gak mungkin membuat orang-orang Perancis menjadi lebih ramah (udah bawaan orok sih!). Para psikolog dalam terapi mereka terhadap pasien sindroma ini, sepertinya (sepertinya loh! hehehe..), mungkin (!) mengatakan bahwa percuma ngomel-ngomel benci sama orang Perancis, karena walaupun orang Perancis tau kalo mereka menyebalkan, tukang ngeluh, mereka cuek dan gak akan pernah berubah. Talk about the arrogance of the frenchs, what can we do? I bet they will just give you the parisian shrug as the answer. Psikolog hanya bisa mewanti-wanti, agar para nipons ini ikut-ikutan cara orang perancis dalam berlaku: kalau dikasarin, ya kasarin balik, jadilah tukang ngeluh, individualist dan gak pedulian!

Kalo menurut saya, perlu juga disebar-sebarkan ke setiap orang kalau stereotype itu gak selamanya benar adanya. Apakah perlu dikasih selebaran: JANGAN DATANG KE PARIS, ORANGNYA SOTOY-SOTOY LOH? Toh orang Paris atau Perancis gak akan peduli juga kalo mereka kita teriakin ngocol or senga sampe mulut kita berbusa juga. Mereka sadar kalo mereka senga, tapi ya cuek bebek aja, mereka gak pernah punya pemikiran untuk mengubah diri mereka sendiri dalam bersikap, apalagi dengan orang asing (sesama orang Perancisnya sendiri mereka juga gak ramah kok).

Jadi ya benar apa kata psikolog, pola pikir kita yang harus berubah, bukannya mengharapkan keadaan (mereka) untuk berubah. Buang karakter asal atau mental yang di bawa dari negara kita, untuk bisa membaur dengan budaya lokal. Ini namanya adaptasi. Ngomel-ngomel atau bete tentang ketidakramahan orang lokal cuman buang-buang waktu dan energie. Jadi ingat, suami saya dulu selalu menghibur saya, bahwa ketidakramahan orang Paris itu bukan disebabkan oleh judgemental warna kulit saya yang berbeda. Toh di Paris banyak orang dengan kulit berwarna. Mereka tidak akan pernah tahu bahwa saya bukan orang lokal, kalau cuman melihat sekilas. Jadi ketidakramahan mereka itu ya emang sudah begitu dari sananya, saya yang harus deal with it and move on, karena suami juga kerap mengalami perlakuan yang kurang enak di Paris.

Tapi tetep aja, sepertinya stereotype semu tentang Paris kota romantis, mode, gak akan dengan mudah dihilangkan. Paris will always be Paris, dengan segala borok-borok dan keindahannya. Dan yang penting, Paris bakal tetep punya Louis Vuitton, salah satu magnet terkuat bagi orang-orang Jepang.


Nah foto-foto di halaman ini adalah sebagai sedikit gambaran banyaknya orang Jepang yang ingin menetap di Paris (foto-foto diambil ketika ada lunch di rumah teman Jepang, dan pesta kelas bahasa semester II di La Catho - Paris). Kami mungkin hampir menderita Paris Syndrome, dan kemudian kami belajar untuk memiliki kelakuan sama gelonya kayak orang Perancis =)))))


A Paris à Velo: Ayo Naek Sepeda Sewaan ke Pantai di Paris Sambil nge-Net (a.k.a: Yang Baru di Paris)

Setelah Rennes (salah satu kota di Bretagne Perancis Barat), kini Paris ikut-ikutan (saya gak tau apa ada kota lain yang sudah punya sepeda model gini). Dari minggu lalu, Paris meresmikan penggunaan Vélib (sepeda sewaan milik balai walikota Paris), guna memasyarakatkan sepeda, sekalian mengurangi polusi dan kemacetan (dua cita-cita ini kayaknya tetep bakal susah deh dicapai) .

Orang Perancis memang masih belom suka kemana-mana pakai sepeda, sepeda ya buat olahraga di akhir pekan aja kali. Tapi oke juga nih, selama 4 tahun ada kenaikan 47% jumlah jalur sepeda di kota Paris, yang biangnya macet. Jadi sepertinya, bersepeda di Paris makin aman (akhirnya!!!).

Jumlah Vélib yang akan dioperasikan pada akhirnya adalah 20.000 sepeda dengan 1,441 stasiun atau bornes (super!!!). Pada saat ini baru 10648 sepeda dan 750 stasiun, Vélib atau borne, yang dioperasikan. Dengan adanya sepeda sewa gini, orang-orang kalau mau menempuh jarak dekat, ya gak usah pusing turun naek tangga metro lagi, tapi cukup sewa sepeda yang bisa ditaruh (dibalikin) di stasiun Vélib yang tersebar dimana aja.

Tarifnya, beragam, dari €1 sampai €29 (abonemen setahun) dan tergantung waktu pemakaian. Wah kalau saya yang make, bisa mahal dong bayarnya soalnya saya kalau ngayuh kan siput bangettt...hehe. Dan hati-hati, ada uang deposit €150 yang bisa amblas kalo kita gak menaati aturan maennya.

Kira-kira siapa aja konsumennya?

Kalo menurut saya nih,

  1. yang pasti sih anak-anak muda yang seneng ke disko, kalo malem daripada nunggu bis malem, mending naek sepeda deh ya,
  2. orang yang suka bete nunggu metro dateng, apalagi kalau jam-jam sibuk,
  3. terus orang yang bete banget pas musim panas karena di dalam metro sering banget bau ketek dan lebih panas 5°C daripada di luar metro.
  4. Dan tentu saja Vélib ini jadi alternative yang bagus kalo transport-transport lagi pada mogok kerja..sesuatu yang sangat sering terjadi di Perancis. Hueks..
  5. Turis

Nah, musim panas gini, enaknya kemana ya di Paris pake sepeda? Tentu aja dong, ke Paris Plage, atau Pantai Paris (terjemahan bebasnya). Mulai tanggal 20 Juli sampai tanggal 20 Agustus (setiap musim panas), sepanjang sungai Seine di Paris bakal di sulap jadi pantai, lengkap dengan pohon palem dan pasirnya (juga parasol alias payung-payung segede bagong). Asik khan?

Nah, satu lagi yang baru nih, adalah Paris Wi-Fi. Udah dari lama, kota Paris berambisi untuk menjadi kota yang seluruh pelosoknya bisa tercakup oleh net koneksitas cepat, dengan menggunakan teknologi Wi Fi. Jadi para pengunjung, turis atau penduduknya, bisa nge-net secara CEPAT dan GRATOS (pake "o", sengaja), pake hape, pda, maupun komputernya. Untuk sementara ini, balai walikota Paris masang transmitternya di taman-taman, perpus, museum. Jadi, sambil piknik, bisa kirim email, ngeMP, atau chatting nih..... mungkin di masa-masa datang benar-benar seperti tinggal mau telepon aja, kalau mau konek ke net.... AYO TARIK MANG!!!

Terus terang, untuk tiga hal yang saya bicarakan di atas, saya belom coba. Tapi yang ini saya udah coba, La Coulée Verte, yaitu semacam jalur hijau sepanjang 12 km di suburbian selatan Paris. Jalur hijau ini menghubungkan Paris Malakof dengan kota-kota suburb yang dilaluinya, hingga kota Massy sebagai kota terakhir. Buat saya yang tinggal di selatan, tentu tujuan akhirnya ya Paris lah, karena berangkat ya dari arah selatan.

Jalur ini hanya khusus untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda yang demen banget olahraga (mampus deh.. gue mah kagak!!.. Sepeda sih sebaiknya untuk transport belanja aja ya.. haha).

Asiknya berputar di Coulée Verte ini rasanya damai banget, karena semua orang yang ada di jalur ini, berasa banget jiwa petualang atau mood olahraganya. Gak asiknya: BUSET DAH TANJAKANNYA BANYAK BANGET!! gila ini yang namanya jalur.. ampun deh.. 12 kilo itu pake tanjakannya bukan ya?

Weekend kemaren, saya udah coba jalur ini, cuman sayangnya, dari rumah ke kota Massy, saya pakai sepeda juga, dan ditotal-total jarak Pergi dan Pulang, yah 30 km deh. Hehehe.. berangkat jam 3 sore, pulang jam 20, asli gempoooorrrr.... kaki pegel-pegel, saking pegelnya sempet panik karena malemnya bener-bener saya gak bisa ngerasain kedua kaki saya lagi....haha. Itupun gak sampe Parisnya bener deh. Baru sampe kota Châtillon, udah keburu bosen duluan... ngebayangin pulangnya masih harus genjot lagi. Padahal tadinya mau bersepeda juga di parisnya, ke Louvre gitu.

Nah ini foto-foto sepanjang perjalanan, yang kami tangkep dari lensa kami...


Peta

Suasana jalur karena lagi ada keramaian perayaan hari revolusi Perancis

wahana bermain anak dadakan di keramaian perayaan hari revolusi Perancis


ayo genjot jeng.... tanjangkan nih!!!



Salah satu jembatan jalur sepeda yang menanjak


Kalo ini sih udah bukan di Coulée Verte, tapi masih jalur sepeda juga deket rumah, ada hutan kecil, kanal dan danau


idem aja deh


INFORMASI TAMBAHAN (untuk mereka yang tertarik dengan program-program Paris découvert autrement) silahkan cek pranala luar berikut ini (ikut-ikut si Aa wingkypedia..hehe):
  1. Untuk penjelasan dalam bahasa inggris mengenai Vélib (model, tujuan, dan lain sebagainya) silahkan cari file format PDFnya di sini atau http://www.velib.paris.fr/ untuk french versionnya (untuk tarif mapun peta letak stasiun Vélib).
  2. Keterangan Paris Plage atau Pantai Paris, bisa klik di sini, sedangkan untuk Paris Wi-Fi, di sini lah yaw.
  3. Untuk La Coulée Verte, silahkan klik di sini dan di sini.
  4. Majalah Le Point, minggu ke-2 July 2007

KEBUN SEMENTARA DI ALUN-ALUN BALAI WALIKOTA PARIS

Belakangan ini, pangling kalau ke balai walikotanya Paris. Ditengah-tengah alun-alunnya terdapat kebun (sementara) seluas 2600m2, yang dimaksudkan untuk memberikan konsep yang nyaman tentang keberadaan kebun di tengah kota. Konon, trend orang-orang Paris sekarang, hobby banget bercocok tanam, walau hanya memanfaatkam space yang ada di balkon mereka.
Hasilnya, gak jeleklah. Lumayan, ada warna-warna indah di tengah bangunan kono berwarna abu-abu. Di dalamnya disandingkan juga beberapa tanaman yang melindungi kualitas air, juga tanaman yang bermanfaat sebagai bumbu-bumbu.

Kalau mau lihat alun-alun balai walikota Paris tanpa kebun ini, coba klik di sini. Bagusan mana hayo?
Instalasi kebun ini berlangsung semenjak tanggal 25 mei, hingga 1 Juli 2007.
Letak: Hôtel de Ville, M. ligne 1


1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44