Showing posts with label culture. Show all posts
Showing posts with label culture. Show all posts

Thursday, 3 January 2008

Semoga Bukan Tong Kosong Nyaring Bunyinya




Inikah jawaban atas pertanyaan saya yang dilontarkan minggu lalu? (maaf ya Yuana, Lita, dan Dian, saya belom sempet jawab lagi.. hehe... Tapi terimakasih atas masukan kalian, sangat berguna, bisa saya pakai kalau nanti guru saya nantang saya balik..hehehe).

Hari ini, saya baca di halaman awal dari koran International Heral Tribune terbitan hari ini, iklan tentang "invitation to invest" di Indonesia oleh BKPM. Satu halaman penuh promosinya bo...

Iklan ini agak berlebihan sih, karena dibilang kalau Indonesia sangat zero tolerance sama korupsi... ah.. situ bisa aja deh! Seinget saya, temen saya kemaren masih sempet ngeluh, kalo orang-orang BKPM masih mata duitan, meski tidak lupa dia mengatakan kebaikan-kebaikan dari mereka juga (lebih tanggep dalam bekerja). Tapi, iklan ini tidak lupa menyisipkan pesan-pesan sponsor, yaitu keunggulan pariwisata kita, yang berarti "hurah!!!" pemerintah Indonesia mulai lagi beriklan!

Segitu aja deh updatenya... semoga iklan ini bukan cuman tong kosong nyaring bunyinya. Semoga beneran, nanti-nanti gak ada korupsi lagi di Indonesia, dan pariwisatanya makin jaya! Amiiin!!!! Ditunggu iklan-iklan dalam media perancis deh, mumpung orang Perancis lagi agak haus dengan budaya lain (walaupun daya beli menurun.. hahahaha - tantangan tuh buat pemerintah Indonesia untuk ngajak orang perancis liburan jauh-jauh sekalian!


Dan ngomong-ngomong, dimana berita tentang adanya proyek lanjutan Kyoto Protocol di Bali, yang akan diadakan selama dua minggu, dan bakal dihadiri 10.000 hingga 15.000 orang? Kok saya cari di detik.com atau kompas gak ada ya? Apa mata saya terlalu juling? Sedangkan di sini setiap media besar memberitakannya, gue udah sesumbar ke temen sekelas gue nih, dengan bilang, iklan pemerintah Indonesia yang saya liat di youtube, berbuah hasil!

Happy visit Indonesian year 2008, Indonesiaku sayang!

Salah satu iklan yang saya pernah lihat di youtube, yang berhubungan dengan tema After-Kyoto Protokol conference:



Dan ini katanya teaser iklan visit Indonesian year 2008:

Apa Sih Yang Kurang Dari Pariwisata Kita?

Hari ini guru di sekolah, banyak banget berbicara tentang Malaysia dari segi tourism, mengapa mereka sangat hebat sekali dalam pariwisata, dan menduduki peringkat yang lumayan tinggi dalam hal index pariwisata di dunia (kerentanan mereka terhadap industri pariwisata dilihat dari bagaimana negara itu menangani keadaan pariwisata di negaranya, hal ini dilihat dari beberapa faktor, antara lain masalah regulasi pariwisata, kelengkapan infrastruktur atau bagaimana masyarakat suatu negara menerima dengan baik wisatawan asing). Indonesia, menduduki urutan ke-60, melampaui India, Afsel, dan beberapa negara asteng lainnya. Index pariwisata ini diterbitkan oleh organisasi dunia dalam bidang Ekonomi, yang berpusat di Davos, Swiss (itu loh, yang tahun lalu Angelina Jolie dan Brad Pitt secara khusus dateng ke sana, dan langsung bikin heboh dunia paparazzi).

Nah, sampailah si guru, menceritakan bahwa iklan pariwisata Malaysia sangat menarik dan menggoda. Sayangnya (atau untungnya), waktunya gak cukup, jadi kita gak sempat melihat iklan yang dimaksud. Tapi saya udah kebayang, kira-kira bagaimana rupa iklan itu. Trully Asia, yang digambarkan dengan orang dari berbagai suku bangsa, dan mungkin banget ada orang dayaknya. Sempet terlintas di kepala saya, lagu rasa sayange dan juga reog ponorogo yang minggu lalu katanya diklaim sebagai barongan mereka.

Secara khusus, setelah bubaran kelas, saya datangi guru saya, dan saya tanya, mengapa dia pilih membahas malaysia hari ini, dari sekitar 124 negara yang diteliti index pariwisatanya, mengapa mereka? Kira-kira saya sudah tau apa jawaban dia. Katanya, dia sangat tertarik dengan iklan yang ditampilkan di media-media, seperti di majalah, CNN, de el el Juga banyak sekali list yang diberikan oleh UNESCO terhadap kebudayaan mereka (masa iya sih?). Saya jelaskan, memang kami mengakui bahwa mereka memang sangat jago menjual pariwisata mereka, sangat diacungi jempol. Kemudian saya juga bercerita, tentang masalah promosi pariwisata mereka yang banyak menyinggung perasaan bangsa kami. Profesor saya cuman mengangguk-angguk. Rasanya saya seperti orang bodoh deh, mencoba menjelaskan suatu kenyataan, tapi sepertinya orang tidak terlalu peduli.

Saya tidak sirik dengan Malaysia, kalau mereka memang kaya akan sumber pariwisata, biarlah mereka menjadi terdepan. Setidaknya kami bangsa Indonesia tidak pernah mengkritik cara Thailand mempromosikan daerahnya yang memang ok berat, dan karena mereka tidak pernah merugikan bangsa kita kan? Atau Philippina yang tidak juga mengklaim hal-hal tertentu, padahal budaya kita kan juga banyak kesamaannya dengan mereka. Yang paling tidak saya suka, adalah bagamana orang lain mengklaim bahwa sesuatu adalah hasil pemikiran mereka, kemudian membuat kesan kalau hanya di daerah mereka lah hal itu dikenal dan lahir di sana.

Oke, saya tidak akan berpanjang-panjang tentang hal yang sudah sangat sering dibahas ini, karena tidak banyak gunanya kita menyalahkan mereka. Yang penting bagaimana kita melihat diri kita, dan membangun apa yang perlu ada, atau diperbaiki.

Sesampainya di rumah, saya buka situs berita Le Monde untuk mencari berita-berita terkini, dan lucunya, di situ ada iklan tentang pariwisata Malaysia, menggunakan bahasa perancis. Hebat, dalam hati saya. Mereka benar-benar all out terhadap pariwisata mereka, termasuk mengenal benar target mereka, yaitu orang perancis yang gak bisa bahasa lain selain bahasa perancis. Di dalamnya ada tentang orang dayak, makanan, de el el. Trus di mana dong, iklan-iklan pariwisata kita, ulasan tentang rendang dalam bahasa perancis, misalnya? hehe.

Saya pernah secara khusus mencari iklan pariwisata Indonesia di youtube, dapat! Iklan itu pakai bahasa inggris, dan entah apakah iklan ini pernah ditampilkan di CNN atau di expo-expo international? Iklan berdurasi panjang ini sepertinya tidak untuk ditampilkan di TV, jadi ditampilkan mana dong? Di Le Monde, saya tidak pernah lihat deh iklan pariwisata Indonesia, meski kalau di kedutaan RI Paris sih pernah lihat juga ada brochure-brochure, tapi orang kan harus secara khusus datang ke sana bukan?

Rasanya lemes deh, sadar bahwa kita memang masih harus beres-beres atau cuci piring. Untungnya, walaupun belum maksimal hasilnya, pemerintah kita sudah mulai sadar apa itu marketing negara kita (kayaknya sadarnya udah lama sih, semenjak visit Indonesia year berpuluh-puluh tahun yang lalu, lupa kapan pastinya..hehe). Ternyata tahun depan, bakal ada lagi tahun visit Indonesia Year 2008.

Coba lihat situs ini: http://www.my-indonesia.info/index.php. Coba juga lihat foto-fotonya yang dibikin oleh agen RIA NOVOSTI, kalau saya tidak salah, ini adalah kantor berita resminya Russia. Apakah kita pernah tahu tentang keberadaan situs ini? Kalau saya tidak khusus mencarinya, saya tidak akan pernah tau. Huuu... saya ini orangnya ignorant sekali ya ternyata.... apa pemerintah yang kurang promosi?

Saya juga mencari tahu tentang situs budaya UNESCO dan bandingkan dengan negara-negara tetangga. Untungnya Indonesia masih punya lebih banyak hal yang termasuk dalam list UNESCO, walaupun bila dibandingkan dengan Italia atau Perancis, Indonesia kalah jauh banget, tapi setidaknya ini cukup membanggakan saya (sedikit bisa bernapas lega kalau apa yang dikatakan profesor saya tentang negara tetangga yang saya sebutkan sebelumnya, tidak benar adanya..).

Saya pernah baca, miss pariwisata Indonesia tahun 2006, (lupa namanya siapa) berkata: "Sebetulnya kesuksesan pariwisata Indonesia bukan hanya bergantung kepada pemerintah aja loh, tapi juga seluruh lapisan masyarakat". Hmm.. kesannya emang kata-kata dia orba banget sih, tapi setelah saya renungkan, bener juga loh. Kalau kita cuman menuding pemerintah gak komit dalam menjalankan pariwisata, dan kita terus berlaku seenaknya terhadap wisatawan (tidak kooperatif) yah percuma juga itu peraturan digolkan ditingkat atas kalau kitanya juga gak komit untuk menjalankannya. Saya pikir, keberhasilan Indonesia bukan hanya usaha satu golongan saja, tapi juga usaha setiap orang.

Saya gak mau ah berteori-teori, saya sendiri gak punya solusi yang jelas nyata dan jreng hasilnya. Tapi sekiranya, saya tidak akan pernah berhenti mempromosikan negara saya kepada khalayak ramai, ke semua orang yang saya tahu, walaupun saya tahu, wisman-wisman yang datang ke Indonesia bakal terus kecele merasa terus diplorotin. Tapi saya gak mau putus asa, karena saya pikir, orang Indonesia bisa belajar dengan langsung praktek. Kalau menunggu mereka berubah, ya kapan? Gimana kalau wisman terus datang, dan orang Indonesia jadi "dipaksa" belajar berubah?

Ah, maaf kalau saya terlalu nasionalis terhadap Indonesia. Temen Phil saya di kelas yang lama tinggal di My aja sering kali membanggakan negara itu, dan sudah sangat hopeless dengan keadaan negaranya sendiri, makanya dia sering kali godain saya setiap saya bilang, saya gak suka dengan negara tetangga kami itu.

Bukan dari segi saya tidak suka orang-orangnya, tapi saya hanya tidak suka cara mereka seperti anak kecil yang manja, yang apa-apa mau diaku miliknya. Kalau soal mereka lebih maju, memang kenyataannya seperti itu, ya mau apa? Tapi yang jelas, rasa marah kalau budaya kita diambil negara lain, tidak ada hubungannya dengan masalah sifat orang-orang di negara itu. Saya tidak membenci orang-orangnya, tapi tidak menyukai negaranya.

Teman Phil saya ini, sering kali bilang ke saya, kalau dia ingin sekali pensiun di My atau bikin investasi di negara itu, karena dia cinta banget dengan My. Dia sering ngajak saya. Hehehe.. saya mah ogah deh mbak, bukan negara gue juga sih, kalau saya bisa dan mampu sih, mendingan nolongin bangsa sendiri aja deh yang jelas-jelas bikin ortu atau generasi penerus bangga. Kesannya saya emang terlalu banyak omong, tapi entah kenapa, saya memikirkan keponakan kecil saya yang imut-imut, apakah nanti kalau dia sudah mengerti tentang dunia, apakah masih ada sesuatu di Indonesia yang bisa dibanggakannya? Jangan-jangan dia malah malu jadi orang Indonesia, seperti generasi-generasi seumuran saya.

Menurut teman-teman, apa sih yang kurang dari kita? Apakah ada yang bisa kita bantu untuk menolong Indonesia? Walaupun hanya sedikit tenaga, tapi kan lebih baik daripada tidak pernah sama sekali....

Yang ini pesan yang saya tulis di salah satu blog saya (yang bahasanya bukan bahasa indonesia.. rennnn ca na nya sih gitu.. hehe.. tp saya males banget update), yang saya tujukan untuk para francophone untuk kira-kira mencari tau, apa sih nama-nama di bawah ini.... Ada yang mau membantu saya menambahkan daftarnya? Silahkan loh... saya sangat butuh info, walaupun ini cuman setetes air di lautan...

Thursday, 30 August 2007

Chambord

Ini dia chateau yang paling dramatis di Perancis. Bentuknya yang sangat unik, bergaya reinessance, gak bakal dilupain sama orang-orang. Mengingatkan kita sama negeri dongeng-dongeng model Cinderella, atau Putri yang dikurung di menara atas, dan ngepang rambutnya sampai bawah sehingga sang pangeran bisa manjat rambutnya itu dan menyelamatkan sang putri (duh bokis banget, emang mereka turunnya lagi pake apaan ya? Terjun? Pake rambutnya putri tadi? Yah.. putrinya ditinggal diatas dong? Terjun pake payung kali...).

Anyway, Chambord terletak di Blois (de la loire) dibangun di tahun 1519 oleh François I (dengan jasa baik Leonardo da Vinci sebagai arsitektur yang bantu2 kasih ide), menggunakan 18.000 pekerja selama 30 tahun pembangunannya. (Pembaca multiply ada yang mau nambahin lebih lanjut tentang sejarahnya mungkin?).

Sayang, waktu kami kesana, kita gak masuk ke dalam. Kami agak buru2 melanjutkan perjalanan, karena kita juga gak ada rencana untuk berkunjung kemari. Saya pun, seperti biasa, awalnya, tidak pernah tahu, kalau ada tuh yang namanya Chambord, kastil yang penuh fantasi. Pas nyampe, baru bengong, kok ada yang beginian di Perancis?






bareng ama temen di Chambord


cerobong asap di chateau


kolam di sekitaran chateau



























un romantique rendez-vous de l'aprèm, au Musée du quai Branly - Paris (Kencan Siang yang Romantis di Museum Quai Branly - Paris)

Tadi siang, janjian ama mantan pacar untuk kencan bareng. Iseng aja, udah lama pengen jalan-jalan di kota Paris yang romantis (asal jangan ada tokai anjing di mana-mana... tega deh ah!! hehehe... ). Maunya naek metro.. sekali-sekali gitu loh, pake kendaraan andalanku. Biar makin romantis, dan sangat parisian sekaleee (duleile..segitunya!).

Tadinya saya mau ngajak si doi (cie elah.. kayak lagunya Dina Mariana jaman dulu, .. "doi" bo!!) ke Musée Guimet, museum yang menyimpan koleksi The Great Asian Culture, yang saya kunjungin sama Madame Woetz beberapa waktu yang lalu. Saya pengen nunjukin aja ke dia sepenggal kisah kerajaan Sriwijaya dari Palembang, yang ada di museum itu. Tapi dipikir-pikir, mending cari museum laen aja deh, di Paris masih banyak banget museum yang belom saya kunjungin. Akhirnya saya pilih museum yang deket sungai Seine dong, Museum Branly ini. Toh pasti ada koleksi tentang Indonesianya juga. Wong ini museum tentang kebudayaan etnik, ya pasti ada dong. Dan alasan kedua dipilihnya museum ini adalah, biar makin romantis gituh. Karena udah lama juga, kita gak jalan-jalan di pinggir sungai Seine, menikmati sinar matahari yang jatoh di kota Paris. Terakhir waktu kita pulang dari Museum Dunia Arab (masih sodaraan temennya dunia fantasi jakarta kayaknya..hehehe). Itu juga di pinggiran sungai Seine, dan kita jalan ke arah gereja Notre Dame de Paris.Sinar keemasan matahari yang mantul di besi menara Eiffel, dan di riak sungai Seine, biasanya menambah romantisnya suasana kota.

Sedikit cerita tentang musium Branly. Musium ini terletak dipinggir sungai Seine, deket banget sama menara Eiffel. Diresmikan tahun lalu sama president Perancis Jacques Chirac, museum dengan arsitektur moderen (aneh bin ajaib bentuk gedung dan juga sistem pencahayaannya) ini menyimpan beragam koleksi etnik dari empat benua di dunia (lima kali yeee.. saya gak nemu yang bagian eropa.. abis kaki udah gempor.. gede banget bo). Ada beberapa bagian yang menampilkan kerajinan dari Flores, Papua, Timor, dan berbagai pulau lain di Indonesia. Museum ini kayaknya masih satu seri dengan museum Guimet yang saya udah ceritain tadi. Karena koleksi yang ada di sini, yah gak ada di museum Branly, gitu juga sebaliknya.

Setelah kira-kira 3 jam menghabiskan waktu di sana dan gempor banget, kita cabut mencari stasiun metro terdekat untuk pergi ke arah Place d'italie. Maen-maen bentar, trus pulang ke rumah, naek tram Paris yang baru. Biar si mantan pacar bisa mengoptimalkan tiket terusan metronya dengan naek multimodaan kemana-mana (rugi bo, bayar ampir €10, mobilist zona 1-4, kalo gak dipake secara optimal?), dan juga ngerasain deh gimana rasanya naek tram baru di Paris.

Dibawah ini ada juga foto-foto tempat-tempat yang kita lewatin. Sorry kalau foto-foto di dalam museum branly banyak yang blur, karena di dalem museum, dilarang foto pake kamera. Jadi saya motonya ngumpet-ngumpet, gak pake flash.


Serius di dalam RER B


Gedung dari seberang.. cantik juga


deket kan dari eiffel?


Wilujeng Sumping di Museum Branly


ada ruangan namanya Levy Strauss


Museum ini didominasi dengan warna merah

arsitektur moderen

arsitektur luar

arsitektur luar

tampak luar

Taman cahaya sekitar Museum

salah satu koleksi museum

koleksi kaen sumba

perhiasan dari sulawesi
4 Replies

megalith dari abad 1

suasana dalem museum

ini gedung apa ya?

Api Ladi Di? Nggak ah?!


Tramway dan tramnya

body tram

di dalem tram

dalam tram, luas.


Cité Universitaire

Cité U

Cité U

DSCN4021.JPG

DSCN4022.JPG

The National Museum of Republic of Indonesia

These are old photos that i took in 2004, when i went there to visit it again (the last time was ages ago with school), but that time, it was with my sister who just finished her study abroad (i think she was kinda missing this museum too and appriciated the purpose of this cultural visit on a sunny saturday noon).

This is the biggest museum in indonesia yet so small (to be confirmed), which guardes the Indonesian heritages from the old days. Unfortunately, not so many indonesians visit this museum, as if we dont care of our own treasure. Pitty.
But there is still hope. This museum was renovated again last year, they added another wing to the museum, giving it a salle of exhibition (when i went there, there was an exhibition of French - Indonesian Archaeology Expedition in Borneo, about the study about cave man, which they did in Borneo, which was sooo amazing!).
Btw, the elephant statue situated in front of this building simbolizes a friendship between our country and Thailand.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30