qu'est-ce qui m'arrive?!C'est vrai qu'avant la grossesse,j'aime bien l'art,mais pourquoi cela devient de pire en pire? c'est à cause de la bébé? En tout cas j'espère bien qu'elle va bien dedans, son cerveau se développe bien... le fait que je suis tombée amoureuse à mort d'art n'est pas une indication d'une maladie grave de cerveau (autisme ou quelques choses comme ça...) *s'inquiéter*
Je suis tombée amoureuse de Monet. Et quand je pense à ses tableaux, je me sens vivante, excitée, plein d'amour de la vie. J'étais déjà amoureuse de lui et son jardin exceptionnel en Normandie. Et j'adore Affandi, Raden Saleh, et Van Gough depuis toujours. Mais maintenant, tous les jours, je passe mes journées en dessinant, en effet, il ne se passe pas une journée sans que je dessine. Et quand je m'y mets, je me sens paisible et plein d'amour. Est-ce que c'est normal?
ô Dieu, je vous prie... prenez bien soins de ma future bébé, qu'elle soit née en bonne santé....
Showing posts with label journal. Show all posts
Showing posts with label journal. Show all posts
Tuesday, 18 May 2010
Wajah Tidur
Sudah seminggu terakhir ini dia cuti. Dan dia bakal cuti paling tidak untuk 2 minggu ke depan. Karena itu saya berangkat kerja sendirian. Senang bisa mendapati wajah tidurnya dengan tubuh dibalut couette. Rasanya damai dan manis. Saya akan selalu teringat, salah satu alasan mengapa saya begitu menyayanginya, wajah tidurnya!
Friday, 9 January 2009
Melihat Dunia Dengan Cara yang Berbeda

Ceritanya, akhir-akhir ini, hotel di mana gue bekerja, banyak kedatangan tamu-tamu tunanetra dari berbagai negara, yang menghadiri seminar atas undangan UNESCO yang letaknya gak jauh dari hotel. Mereka nginep sekitar minimal seminggu lebih.
Yang bikin gue kagum, banyak diantara mereka yang hadir berpasangan, dimana keduanya sama-sama buta, tapi kelihatannya hidup mereka normal-normal aja. Beberapa diantara mereka datang dengan anjing mereka (buset itu bayar berapa ya di pesawat?), dengan lap top mereka (gue gak tau gimana mereka bisa menggunakan komputer mereka, tapi gue yakin itu adalah barang yang sangat berharaga buat mereka). Diantara mereka, ada yang mantan menteri tenaga kerja (aduh gue lupa, menteri apa ya dia, mendagri atau menaker Inggris) David Blunket, yang buta semenjak lahir. Tauk gak sih lo, dia cukup ganteng dan menarik bow... yah ternyata gue baca di wiki, doi emang banyak skandal percintaan dengan berbagai wanita..hahah.
Beberapa, ada yang datang bersama pasangan mereka yang tidak buta, bikin gue salut sama mereka yang mampu mengabdikan hidupnya untuk kepentingan pasangan hidupnya, menolong tanpa pamrih, karena terus terang, gue belom tentu bisa. Kecuali kalau anggota keluarga gue mendadak ada yang begitu, gue pasti mau ngebantu (aduh mudah-mudahan nggak akan pernah kejadian).
Kita banyak direpotkan juga sih dengan mereka, karena misalnya tau-tau anjingnya udah kebelet pipis pagi-pagi, majikannya belom sempet ngeluarin mereka keluar karena masih sibuk ngeraba-raba situasi tempat, eh tau anjingnya udah ngompol duluan, bikin temen gue misuh-misuh (ya temen gue mah emang rada-rada..., udah gemes kali dia kecapean). Dan salah satu dari mereka yang bawa lap top, sempet kehilangan lap topnya di taxi yang membawa mereka dari bandara ke hotel kita, jadilah gue kerepotan telepon sana sini, sedangkan mereka tidak pernah tau nama taxi, nama supir, nomor kendaraan dan lain sebagainya (kata mereka, ada orang yang nolongin mereka manggilin taxi di airport, jadi mereka ya masuk-masuk aja). Belom lagi, kalau mereka minta pesan taxi, trus tau-tau supir taxinya gitu dateng jemput ke loby hotel, langsung nolak gitu ngeliat calon tamunya punya anjing. Kata mereka, gak ada taxi di Paris yang mau bawa anjing di dalam mobil mereka. Ihh... supir-supir taxi di Paris emang terkenal nyebelin dan kasar-kasar! Katanya mereka gak berhak menolak tamu buta yang bawa anjing (menurut hukum).
Pokoknya kerja kita jadi lebih extra untuk tamu-tamu kita yang spesial... Tapi manfaat yang ambil, jadinya gue diingetin lagi untuk lebih sabar, dan belajar lebih bersukur dengan apa yang gue punya.
Cukup menarik juga bagaimana melihat mereka bertahan hidup. Ada yang gak pakai anjing, ada yang ngeluarin gadget braille elektroniknya (mirip kayak pager bo!), dan tidak heran, mereka juga jadi tontonan tamu-tamu lainnya, apalagi ketika mereka saling berjumpa di lobby hotel, dan terdengar dari percakapan mereka bahwa mereka sudah sering bersua sebelumnya di suatu konferensi lain. Ada yang dari Arab Saudi yang senengnya minta ampun sama gue, begitu dia tau gue dari Indonesia. Udah gitu, sempet ngelawak, suatu hari, "Jackie, how are you?! I didn't see you yesterday!!"
"I am fine thank you. I was here yesterday, i saw you, and said hello to you, but it seemed that you did not recognize my voice because there was so many noise around!"
"Really? You saw me? But i did not saw you??!!!"
(ya iyalah.. !!!)
Trus ada juga yang sebelum keluar dari lobby hotel, betulin rambutnya dulu, seakan-akan dia sedang melihat refleksi wajahnya di pintu kaca hotel kita.
Semenjak kemarin, mereka sudah mulai banyak yang check-out. Gue pusing mikirin billnya, karena ada yang dibayarin assosiasi mereka, ada yang harus bayar sendiri, ada yang ketinggalan dari grupnya, ada yang gue lupa nagih tagihan ini itu yang lahir dari penggunaan kamar mereka,. Trus ada yang ngamuk-ngamuk sama gue, karena gue nyuruh temen kerja gue nemenin dia ke kamarnya in case kunci kamarnya emang gak beres. Yah bukannya gue ngelecehin sih, tapi maksud gue memudahkan dia sebetulnya. Sebelumnya dia ngeluh kalau kartu kunci kamarnya gak berfungsi. Gue kasih dia kunci baru, sambil minta tolong temen gue anterin itu cewek ke kamar. Kunci kamar terdemagnetisasi adalah hal yang biasa di hotel-hotel, jadi daripada capek bulak balik kan mendingan temen gue aja yang kalau emang gak berfungsi, turun ke loby hotel untuk minta gue bikin kunci baru.. Eh ini cewek bentak-bentak gue, dia pikir gue nganggap dia anak kecil, dan adalah kesalahannya kalau dia gak berhasil buka pintu kamarnya. Sedangkan tamu yang dari Arab Saudi gak punya lagi duit Euro untuk bayar konsumsi minibarnya, dia ngasih gue duit Real Arab, which is unacceptable actually, karena gue harus nanggung akibatnya: gue gak tau rate real, jadi gue harus nombok dari kantong pribadi untuk nutup transaksi gue.
Dan ketika gue lagi sibuk-sibuk gitu, datanglah tamu lain yang baru datang, pasangan Canada. Yang perempuan, maaf, cacat di mukanya. Entah seperti ada tumor di mukanya yang membuat kepalanya seperti bengkak .. dan wajahnya mengingatkan gue kepada film beauty and the beast. Dia menggunakan tongkat untuk orang buta (walaupun gue gak yakin dia buta, karena dari caranya memandang gue ketika berbicara, dia tampak normal)... tapi suaminya normal, maksud gue, sehat, dan cukup menarik. Gue memandang suaminya dengan kagum, betapa hati orang ini sangat mulia... Dari cara mereka berbicara kepada orang-orang disekitar, dan kepada satu sama lain, tidak terbesit sedikitpun rasa minder dari cara mereka berbicara... Gue pun bertanya-bertanya dalam hati, apakah suaminya punya andil yang besar untuk memberikan kepercayaan diri kepadanya? Entahlah...
Rasanya gue sering terkagum-kagum melihat kecantikan para model... baju-baju yang indah... tapi begitu gue mengalami kejadian ini, rasanya gue mikir, gila.. gue harus puas-puasin diri, memandang segala sesuatu yang indah di dunia ini.. termasuk para lelaki ganteng di metro Paris... hahaha (serius amat sih baca tulisan gue!).
Btw, gue baru baca kemarin di kompas.com, bahwa Louis Braille (yang ternyata orang Perancis dan ternyata makamnya ada di deket hotel gue di Les Invalides), baru saja berulang tahun ke 200. Dan konferensi untuk para tunanetra ini digelar untuk memperingatinya! Pantesan, kok tau-tau awal tahun gini, hotel kita penuh banget dengan tamu-tamu. Baca deh riwayat hidup si pencipta huruf yang sangat berjasa untuk para tunanetra, yang ternyata sangat menarik dan penuh perjuangan...
Yang bikin gue kagum, banyak diantara mereka yang hadir berpasangan, dimana keduanya sama-sama buta, tapi kelihatannya hidup mereka normal-normal aja. Beberapa diantara mereka datang dengan anjing mereka (buset itu bayar berapa ya di pesawat?), dengan lap top mereka (gue gak tau gimana mereka bisa menggunakan komputer mereka, tapi gue yakin itu adalah barang yang sangat berharaga buat mereka). Diantara mereka, ada yang mantan menteri tenaga kerja (aduh gue lupa, menteri apa ya dia, mendagri atau menaker Inggris) David Blunket, yang buta semenjak lahir. Tauk gak sih lo, dia cukup ganteng dan menarik bow... yah ternyata gue baca di wiki, doi emang banyak skandal percintaan dengan berbagai wanita..hahah.
Beberapa, ada yang datang bersama pasangan mereka yang tidak buta, bikin gue salut sama mereka yang mampu mengabdikan hidupnya untuk kepentingan pasangan hidupnya, menolong tanpa pamrih, karena terus terang, gue belom tentu bisa. Kecuali kalau anggota keluarga gue mendadak ada yang begitu, gue pasti mau ngebantu (aduh mudah-mudahan nggak akan pernah kejadian).
Kita banyak direpotkan juga sih dengan mereka, karena misalnya tau-tau anjingnya udah kebelet pipis pagi-pagi, majikannya belom sempet ngeluarin mereka keluar karena masih sibuk ngeraba-raba situasi tempat, eh tau anjingnya udah ngompol duluan, bikin temen gue misuh-misuh (ya temen gue mah emang rada-rada..., udah gemes kali dia kecapean). Dan salah satu dari mereka yang bawa lap top, sempet kehilangan lap topnya di taxi yang membawa mereka dari bandara ke hotel kita, jadilah gue kerepotan telepon sana sini, sedangkan mereka tidak pernah tau nama taxi, nama supir, nomor kendaraan dan lain sebagainya (kata mereka, ada orang yang nolongin mereka manggilin taxi di airport, jadi mereka ya masuk-masuk aja). Belom lagi, kalau mereka minta pesan taxi, trus tau-tau supir taxinya gitu dateng jemput ke loby hotel, langsung nolak gitu ngeliat calon tamunya punya anjing. Kata mereka, gak ada taxi di Paris yang mau bawa anjing di dalam mobil mereka. Ihh... supir-supir taxi di Paris emang terkenal nyebelin dan kasar-kasar! Katanya mereka gak berhak menolak tamu buta yang bawa anjing (menurut hukum).
Pokoknya kerja kita jadi lebih extra untuk tamu-tamu kita yang spesial... Tapi manfaat yang ambil, jadinya gue diingetin lagi untuk lebih sabar, dan belajar lebih bersukur dengan apa yang gue punya.
Cukup menarik juga bagaimana melihat mereka bertahan hidup. Ada yang gak pakai anjing, ada yang ngeluarin gadget braille elektroniknya (mirip kayak pager bo!), dan tidak heran, mereka juga jadi tontonan tamu-tamu lainnya, apalagi ketika mereka saling berjumpa di lobby hotel, dan terdengar dari percakapan mereka bahwa mereka sudah sering bersua sebelumnya di suatu konferensi lain. Ada yang dari Arab Saudi yang senengnya minta ampun sama gue, begitu dia tau gue dari Indonesia. Udah gitu, sempet ngelawak, suatu hari, "Jackie, how are you?! I didn't see you yesterday!!"
"I am fine thank you. I was here yesterday, i saw you, and said hello to you, but it seemed that you did not recognize my voice because there was so many noise around!"
"Really? You saw me? But i did not saw you??!!!"
(ya iyalah.. !!!)
Trus ada juga yang sebelum keluar dari lobby hotel, betulin rambutnya dulu, seakan-akan dia sedang melihat refleksi wajahnya di pintu kaca hotel kita.
Semenjak kemarin, mereka sudah mulai banyak yang check-out. Gue pusing mikirin billnya, karena ada yang dibayarin assosiasi mereka, ada yang harus bayar sendiri, ada yang ketinggalan dari grupnya, ada yang gue lupa nagih tagihan ini itu yang lahir dari penggunaan kamar mereka,. Trus ada yang ngamuk-ngamuk sama gue, karena gue nyuruh temen kerja gue nemenin dia ke kamarnya in case kunci kamarnya emang gak beres. Yah bukannya gue ngelecehin sih, tapi maksud gue memudahkan dia sebetulnya. Sebelumnya dia ngeluh kalau kartu kunci kamarnya gak berfungsi. Gue kasih dia kunci baru, sambil minta tolong temen gue anterin itu cewek ke kamar. Kunci kamar terdemagnetisasi adalah hal yang biasa di hotel-hotel, jadi daripada capek bulak balik kan mendingan temen gue aja yang kalau emang gak berfungsi, turun ke loby hotel untuk minta gue bikin kunci baru.. Eh ini cewek bentak-bentak gue, dia pikir gue nganggap dia anak kecil, dan adalah kesalahannya kalau dia gak berhasil buka pintu kamarnya. Sedangkan tamu yang dari Arab Saudi gak punya lagi duit Euro untuk bayar konsumsi minibarnya, dia ngasih gue duit Real Arab, which is unacceptable actually, karena gue harus nanggung akibatnya: gue gak tau rate real, jadi gue harus nombok dari kantong pribadi untuk nutup transaksi gue.
Dan ketika gue lagi sibuk-sibuk gitu, datanglah tamu lain yang baru datang, pasangan Canada. Yang perempuan, maaf, cacat di mukanya. Entah seperti ada tumor di mukanya yang membuat kepalanya seperti bengkak .. dan wajahnya mengingatkan gue kepada film beauty and the beast. Dia menggunakan tongkat untuk orang buta (walaupun gue gak yakin dia buta, karena dari caranya memandang gue ketika berbicara, dia tampak normal)... tapi suaminya normal, maksud gue, sehat, dan cukup menarik. Gue memandang suaminya dengan kagum, betapa hati orang ini sangat mulia... Dari cara mereka berbicara kepada orang-orang disekitar, dan kepada satu sama lain, tidak terbesit sedikitpun rasa minder dari cara mereka berbicara... Gue pun bertanya-bertanya dalam hati, apakah suaminya punya andil yang besar untuk memberikan kepercayaan diri kepadanya? Entahlah...
Rasanya gue sering terkagum-kagum melihat kecantikan para model... baju-baju yang indah... tapi begitu gue mengalami kejadian ini, rasanya gue mikir, gila.. gue harus puas-puasin diri, memandang segala sesuatu yang indah di dunia ini.. termasuk para lelaki ganteng di metro Paris... hahaha (serius amat sih baca tulisan gue!).
Btw, gue baru baca kemarin di kompas.com, bahwa Louis Braille (yang ternyata orang Perancis dan ternyata makamnya ada di deket hotel gue di Les Invalides), baru saja berulang tahun ke 200. Dan konferensi untuk para tunanetra ini digelar untuk memperingatinya! Pantesan, kok tau-tau awal tahun gini, hotel kita penuh banget dengan tamu-tamu. Baca deh riwayat hidup si pencipta huruf yang sangat berjasa untuk para tunanetra, yang ternyata sangat menarik dan penuh perjuangan...
Tuesday, 16 December 2008
Jaga Baik-baik Laki Lo..
"Awasin terus, tempel terus tuh laki lo..jangan kasih kesempatan cewek-cewek pemburu bule ngembat dia..."
Jadi begitulah, nasihat yang sering gue denger dari temen-temen gue yang menikah dengan pria Bule, setiap mereka pulang ke Indonesia boyong suaminya, mereka selalu was-was, katanya laki mereka sering di"colek" cewek laen... kalo mereka bawa ke disco, trus yang ceweknya ke wc, eh balik-balik lakinya lagi digodain cewek laen.
Malah ada temen gue yang cerita, ada pemburu yang desperate, dianya masih duduk di samping suaminya aja, eh itu wanita pemburu bule udah pada sibuk pasang aksi ke suaminya, gimana gak melotot itu mata temen gue. Yah, kalau gue pikir sih emang bener desperate itu pemburu bule, karena asli, suami temen gue itu asli gak cakep (untuk ukuran dibandingin sama cowok Indonesia sekali pun, yeah.. walaupun suaminya emang bule, yang notabene orang-orang kan sering bilang lebih kece dari produk lokal - masa sih?) , dan gayanya biasa banget, alias gak yang bule punya duit banget (padahal emang suaminya itu tajir berat sih, haha.. berarti cewek pemburu bule itu daya "cium"nya boleh juga ya?).
Nah kemaren waktu pulang, gue lagi-lagi mendengar nasihat ini beberapa kali dari beberapa temen-temen gue, suruh tempel atau ikutin terus suami gue ke mana dia pergi. Tapi... waktu gue ke mall, gue sendiri males nempelin suami gue ke mana-mana, apalagi gue orangnya sering beser gitu kan, bentar-bentar pipis, masa suami gue disuruh ngikut gue ke wc? Parno amat gue ya? (Parno apa keGRan?)
Udah gitu, gue pikir-pikir ya, gue gak ngajak dia ke disco, aktifitas kita di Jakarta cuman nge-mall, ngafe, ngeresto, ke tempat-tempat yang pengunjungnya pun juga pada gak kampungan kalo ngeliat bule khan. Kebanyakan juga orang kantoran yang bisa satu kantor sama bule juga. Dan gue yakin, diantara mereka udah pada tau bule oke ato bule norak, yang rata-rata juga udah pada sering liat bule di negara aslinya, jadi udah tau buruk jeleknya para bulesss (yeah.. gue sebetulnya paling males sama kata-kata bule, hehe).
Tapi gue akuin, kadang ada rasa was-was juga sih kalo ninggalin dia, kayak dia nungguin gue potong rambut, di salah satu cafe di mall yang sama. Ntar kalo tau-tau ada cewek iseng gimana ya? Tapi gue pikir-pikir lagi, ya elahhh... kalau mau gaet suami gue mah, gih dah sana, cobain..soalnya dia asli kere gak punya duit dan gak cakep-cakep amat juga. Jadi, kalau mau siap menderita kayak gue, jadi istri bule tinggal di luar negeri kismin berat, ya sok deh cobain... hahaha...
Dan pula, suami gue kalo suruh cari istri baru dari Indonesia lagi, ya juga males, udah ampun-ampunan ngurus ijin tinggal buat gue yang sampe sekarang pun gak kelar-kelar deh.. dan belom lagi harus didik "istri" baru untuk belajar bahasa Perancis, budaya kejunya Perancis, dan lain sebagainya hahaha... itu sih kembali ke titik nadir namanya, dan belon tentu dia mau harus ngalamin itu semua... !!!
Kalo gue inget tentang pengalaman temen-temen gue, dibandingin ama pengalaman gue, gue jadi mikir, siapa yang harus dikasih hani ya, para bule seekers, temen-temen gue atau gue dan suami gue ya? Kayaknya golongan terakhir deh, soalnya hidup di luar negeri menderita gini..hahaha.. :))
Malah ada temen gue yang cerita, ada pemburu yang desperate, dianya masih duduk di samping suaminya aja, eh itu wanita pemburu bule udah pada sibuk pasang aksi ke suaminya, gimana gak melotot itu mata temen gue. Yah, kalau gue pikir sih emang bener desperate itu pemburu bule, karena asli, suami temen gue itu asli gak cakep (untuk ukuran dibandingin sama cowok Indonesia sekali pun, yeah.. walaupun suaminya emang bule, yang notabene orang-orang kan sering bilang lebih kece dari produk lokal - masa sih?) , dan gayanya biasa banget, alias gak yang bule punya duit banget (padahal emang suaminya itu tajir berat sih, haha.. berarti cewek pemburu bule itu daya "cium"nya boleh juga ya?).
Nah kemaren waktu pulang, gue lagi-lagi mendengar nasihat ini beberapa kali dari beberapa temen-temen gue, suruh tempel atau ikutin terus suami gue ke mana dia pergi. Tapi... waktu gue ke mall, gue sendiri males nempelin suami gue ke mana-mana, apalagi gue orangnya sering beser gitu kan, bentar-bentar pipis, masa suami gue disuruh ngikut gue ke wc? Parno amat gue ya? (Parno apa keGRan?)
Udah gitu, gue pikir-pikir ya, gue gak ngajak dia ke disco, aktifitas kita di Jakarta cuman nge-mall, ngafe, ngeresto, ke tempat-tempat yang pengunjungnya pun juga pada gak kampungan kalo ngeliat bule khan. Kebanyakan juga orang kantoran yang bisa satu kantor sama bule juga. Dan gue yakin, diantara mereka udah pada tau bule oke ato bule norak, yang rata-rata juga udah pada sering liat bule di negara aslinya, jadi udah tau buruk jeleknya para bulesss (yeah.. gue sebetulnya paling males sama kata-kata bule, hehe).
Tapi gue akuin, kadang ada rasa was-was juga sih kalo ninggalin dia, kayak dia nungguin gue potong rambut, di salah satu cafe di mall yang sama. Ntar kalo tau-tau ada cewek iseng gimana ya? Tapi gue pikir-pikir lagi, ya elahhh... kalau mau gaet suami gue mah, gih dah sana, cobain..soalnya dia asli kere gak punya duit dan gak cakep-cakep amat juga. Jadi, kalau mau siap menderita kayak gue, jadi istri bule tinggal di luar negeri kismin berat, ya sok deh cobain... hahaha...
Dan pula, suami gue kalo suruh cari istri baru dari Indonesia lagi, ya juga males, udah ampun-ampunan ngurus ijin tinggal buat gue yang sampe sekarang pun gak kelar-kelar deh.. dan belom lagi harus didik "istri" baru untuk belajar bahasa Perancis, budaya kejunya Perancis, dan lain sebagainya hahaha... itu sih kembali ke titik nadir namanya, dan belon tentu dia mau harus ngalamin itu semua... !!!
Kalo gue inget tentang pengalaman temen-temen gue, dibandingin ama pengalaman gue, gue jadi mikir, siapa yang harus dikasih hani ya, para bule seekers, temen-temen gue atau gue dan suami gue ya? Kayaknya golongan terakhir deh, soalnya hidup di luar negeri menderita gini..hahaha.. :))
Tuesday, 9 December 2008
I am back... from dreams to reality!
After 5 weeks away from France to go home back to the loveliest country on earth (indonesia), i am back to reality... menghadapi dinginnya cuaca Perancis, dan hebatnya tadi siang salju turun..bikin saya semakin ngedumel-ngedumel. Belum lagi saya meringis menatap wajah tukang daging dan tukang sayur dekat rumah saya, betapa saya tidak merindukan mereka, walaupun mereka selalu baik terhadap saya. Saya pun juga mulai lupa kata-kata sakti dalam memesan daging (padahal waktu liburan saya tetap menggunakan bahasa ini untuk berkomunikasi kepada teman-teman perancis yang ikut dengan kita).
Banyak sekali yang saya lakukan ketika kemarin pulang kampung, dan sayangnya banyak sekali tidak sempat berjumpa dengan kawan-kawan lama saya, karena kesibukan mereka, dan juga waktu yang mepet di Jakarta...Saya pun tidak lama menghabiskan waktu dengan keluarga saya.. padahal saya ingin berlama-lama dengan mereka, khususnya melihat keponakan-keponakan saya tumbuh menjadi besar!
Banyak hal baru yang saya lakukan ketika kami di Indonesia, misalnya rafting, diving, surfingdan yang asik adalah makan kecombrang..betapa saya merindukan tanah airku itu!
Saya transit di Abu Dabhi, karena saya naik pesawat Etihad yang merupakan pesawat nasional para emirati.. Sungguh saya puas dengan pelayanan mereka, dan entertainment mereka yang nomor satu, terutama makanannya yang tiada tara! Sandwichnya aja maknyus banget, padahal saya biasanya paling malas makan sandwich!
Transit di Abu Dabhi adalah transit yang cukup membosankan, karena tempat transitnya kecil, dan bising sekali dengan pengumuman-pengumuman. Tapi saya terkesima dengan international people yang bekerja di dalamnya. Saya menemukan wajah-wajah yang mirip dengan saya, yang ternyata mereka adalah orang Philipina.
Satu yang menjadi sorotan saya adalah banyaknya TKI yang menumpang pesawat yang sama., yang hendak pulang kampung, maupun berangkat kerja ke tanah Arab. Rasanya iba melihat banyak dari mereka yang datang dari desa terpencil di Indonesia untuk mengadu nasib, tapi sering ditipu sana sini, disiksa... Salut kepada mereka, pahlawan devisa Indonesia.
Tapi yang saya sesalkan dan yang bikin saya makin sadar ketinggalannya bangsaku, adalah, ketidakmampuan mereka dalam bersikap, tidak ada budaya yang baik sebagai penumpang pesawat. Rata-rata dari mereka tidak tahu budaya antri, dan berlaku membahayakan semua awak pesawat, dengan tidak mematikan handphone mereka di pesawat, dan juga terus menerus bersms-an hingga detik terakhir pesawat siap lepas landas. Terakhir yang bikin malu, adalah ketika pesawat baru saja landing, mereka sudah melepas sabuk pengaman dan membuka bagasi kabin yang terletak di atas kursi mereka. Otomatis pramugari ngamuk berat...
Duh, bangsaku, engkau memang indah sekali.. tapi masih banyak PR kita, yaitu memajukan dan mendidik bangsa. Rasanya ingin turun tangan membantu apa saja yang bisa kita bantu untuk membangun bangsa... jadi ingat teman yang tidak sedikit pun ingin pulang, karena Indonesia terlalu terbelakang.. Mungkin dia lupa kalau roma tidak dibangun dalam satu hari, dan prosesnya panjang sekali. Mungkin dia hanya mau enaknya aja, biar orang lain yang membangun Indonesia, nanti kalau Indonesia udah bagus, baru deh mau pulang... dia tinggal menikmati perjuangan orang lain... nggak sadar kalau bangsa kita membutuhkan uluran tangannya juga untuk dibangun...
Ah, rasanya tempat saya bukan di Perancis... jadi ingat kata sepupu saya kemarin, hujan emas di negeri orang, lebih enak hujan batu di negeri sendiri..hihihi.. kuno sih, tapi kadang saya memahaminya.
Banyak sekali yang saya lakukan ketika kemarin pulang kampung, dan sayangnya banyak sekali tidak sempat berjumpa dengan kawan-kawan lama saya, karena kesibukan mereka, dan juga waktu yang mepet di Jakarta...Saya pun tidak lama menghabiskan waktu dengan keluarga saya.. padahal saya ingin berlama-lama dengan mereka, khususnya melihat keponakan-keponakan saya tumbuh menjadi besar!
Banyak hal baru yang saya lakukan ketika kami di Indonesia, misalnya rafting, diving, surfingdan yang asik adalah makan kecombrang..betapa saya merindukan tanah airku itu!
Saya transit di Abu Dabhi, karena saya naik pesawat Etihad yang merupakan pesawat nasional para emirati.. Sungguh saya puas dengan pelayanan mereka, dan entertainment mereka yang nomor satu, terutama makanannya yang tiada tara! Sandwichnya aja maknyus banget, padahal saya biasanya paling malas makan sandwich!
Transit di Abu Dabhi adalah transit yang cukup membosankan, karena tempat transitnya kecil, dan bising sekali dengan pengumuman-pengumuman. Tapi saya terkesima dengan international people yang bekerja di dalamnya. Saya menemukan wajah-wajah yang mirip dengan saya, yang ternyata mereka adalah orang Philipina.
Satu yang menjadi sorotan saya adalah banyaknya TKI yang menumpang pesawat yang sama., yang hendak pulang kampung, maupun berangkat kerja ke tanah Arab. Rasanya iba melihat banyak dari mereka yang datang dari desa terpencil di Indonesia untuk mengadu nasib, tapi sering ditipu sana sini, disiksa... Salut kepada mereka, pahlawan devisa Indonesia.
Tapi yang saya sesalkan dan yang bikin saya makin sadar ketinggalannya bangsaku, adalah, ketidakmampuan mereka dalam bersikap, tidak ada budaya yang baik sebagai penumpang pesawat. Rata-rata dari mereka tidak tahu budaya antri, dan berlaku membahayakan semua awak pesawat, dengan tidak mematikan handphone mereka di pesawat, dan juga terus menerus bersms-an hingga detik terakhir pesawat siap lepas landas. Terakhir yang bikin malu, adalah ketika pesawat baru saja landing, mereka sudah melepas sabuk pengaman dan membuka bagasi kabin yang terletak di atas kursi mereka. Otomatis pramugari ngamuk berat...
Duh, bangsaku, engkau memang indah sekali.. tapi masih banyak PR kita, yaitu memajukan dan mendidik bangsa. Rasanya ingin turun tangan membantu apa saja yang bisa kita bantu untuk membangun bangsa... jadi ingat teman yang tidak sedikit pun ingin pulang, karena Indonesia terlalu terbelakang.. Mungkin dia lupa kalau roma tidak dibangun dalam satu hari, dan prosesnya panjang sekali. Mungkin dia hanya mau enaknya aja, biar orang lain yang membangun Indonesia, nanti kalau Indonesia udah bagus, baru deh mau pulang... dia tinggal menikmati perjuangan orang lain... nggak sadar kalau bangsa kita membutuhkan uluran tangannya juga untuk dibangun...
Ah, rasanya tempat saya bukan di Perancis... jadi ingat kata sepupu saya kemarin, hujan emas di negeri orang, lebih enak hujan batu di negeri sendiri..hihihi.. kuno sih, tapi kadang saya memahaminya.
Thursday, 7 August 2008
Mimpi
Mungkin gak sih, ada orang-orang tertentu yang kita tidak pernah berjumpa di dalam dunia nyata, terus hadir di dalam mimpi kita?
Mungkin gak sih kita mimpiin orang yang gak terlalu dekat dengan kita? Karena saya kepengen sekali berjumpa dengan Nenek saya yang baru minggu lalu meninggal. Walaupun ini hanya di dalam mimpi, saya ingin mengucapkan selamat jalan kepada beliau... Saya baru sadar, kalau selama ini saya hampir tidak pernah bermimpi tentangnya....
Mungkin gak sih kita mimpiin orang yang gak terlalu dekat dengan kita? Karena saya kepengen sekali berjumpa dengan Nenek saya yang baru minggu lalu meninggal. Walaupun ini hanya di dalam mimpi, saya ingin mengucapkan selamat jalan kepada beliau... Saya baru sadar, kalau selama ini saya hampir tidak pernah bermimpi tentangnya....
Sunday, 22 June 2008
Fête de La Musique 2008
Yup, kemaren tanggal 21 juni, kita di Perancis ngerayain Pesta Musik menyambut datangnya matahari (musim panas) yang udah gak kita lihat sejak lamaaaa (maklum, matahari Paris kan rada-rada moody). Di setiap sudut kota, banyak band-band bikin konser, dengan penonton yang membludak di mana-mana. Si Mas jemput gue di tempat kerja, trus kita kita ke sudut Canal St. Martin di Paris, makan masakan Korea sampai asli mo meledak itu perut, (ennak banget dan murah sih) trus lanjut ngeliat konser rock yang lagu-lagunya mirip sama Arctic Mokeys, atau Franz Ferdinand di dekat canal yang cantik (tapi agak kotor deh bo). Trus kita ke daerah Quartir Latin yang penuh dengan restaurant (dan manusia), untuk join dengan Cedric dan Valerie, kemudian join juga dengan beberapa temen kuliah Mas Gorilla.
Gue agak kecewa, karena Pesta Musik tahun ini gue kebanyakan nonton punggung orang, karena saking banyaknya orang memadati jalan-jalan, karena tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana hujan turun bererot pada tanggal 21 juni 2007 (dan tahun 2006), tahun ini matahari bersinar dengan menyengatnya! Selain itu, gue merasakan bahwa Paris terlalu besar kali ya, hingga kurang "bising" dengan musik. Semua orang menikmati pesta musik dengan minum bir dan bersuka cita (imagine if this happens in the sunny streets of Jakarta, hehe).
Well, anyway, here comes the sun, bienvenue l'été, bons vacances (merde je doit travailler tout l'été!!!). Btw..i am very in the mood to listen to this song, recycled by a French band:
Gue agak kecewa, karena Pesta Musik tahun ini gue kebanyakan nonton punggung orang, karena saking banyaknya orang memadati jalan-jalan, karena tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana hujan turun bererot pada tanggal 21 juni 2007 (dan tahun 2006), tahun ini matahari bersinar dengan menyengatnya! Selain itu, gue merasakan bahwa Paris terlalu besar kali ya, hingga kurang "bising" dengan musik. Semua orang menikmati pesta musik dengan minum bir dan bersuka cita (imagine if this happens in the sunny streets of Jakarta, hehe).
Well, anyway, here comes the sun, bienvenue l'été, bons vacances (merde je doit travailler tout l'été!!!). Btw..i am very in the mood to listen to this song, recycled by a French band:
Thursday, 3 January 2008
Salah Satu Alasan, Kenapa Kita Bayar Pajak Mahal

Dasar langsung kepikiran duit, langsung deh bilang: Oh ternyata ini toh, alasan kita bayar pajak mahal bener tahun 2007 ini: karena bakal ada pertunjukan spektakuler menyambut natal (selaen juga pasar natal di balai kota). Tinggal di Perancis, sarat dengan bayar pajak yang aujubile... sekitar bulan september sampai akhir oktober, kita diberatkan dengan tagihan 3 pajak, yang lumayan bikin kita blenger lah..hehe. Dan konon, kota tempat saya tinggal, pajaknya emang lebih tinggi dibanding kota-kota tetangga lainnya (menurut Harian Metro, Essone dan Calais - Normandie mengalami presentase kenaikan pajak yang sangat besar selama lima tahun belakangan ini). Padahal sih, fasilitas kota kita ya biasa-biasa aja, umum, seperti: stasiun kereta RER C, beberapa bus non RATP - jadi gak rawan mogok kerja, antar jemput ke stasiun kereta (shuttle bus yang mayan nyaman gitu deh - tapi tetep bayar 0.15 cent dan waktu tunggunya lamaa bener), perpus umum, taman-taman, trotoir yang jadi cantik di pusat kota, dan ini dia yang bikin gue bengong: stadion sepak bola (yang letaknya gue juga gak tau pasti di mana). Buset dah, gue kagak pernah maen bola, gue kena getahnya juga suruh biayain..Apes! Besok-besok gue gabung club sepak bola daerah gue deh, biar bisa ikut memanfaatkan pajak yang telah dibayar.
Dan ini dia yang bikin mahal, gue rasa: pertunjukkan kembang api yang diadakan tiap tahun (setahun sekali - tapi tahun ini udah dua kali), dengan catatan, yang tadi malem lebih spektakuler, daripada yang udah-udah.
Dan tau aja tuh si Pak walikota, gue selama ini misuh-misuh suruh bayar pajak, eh itu pertunjukan kembang api ditaroh persis di depan jendela apartemen, biar bisa menghibur gue yang sedang bermuram durja, dan nginyem sepanjang empat bulan dari bulan September sampe sekarang gak sembuh-sembuh.. hehehe.
Untung, tahun depan, Pak walikotanya ganti, kan dia yang bikin kebijaksanaan-kebijaksanaan bikin kantong warga memble. Konon, kota tempat gue tinggal, mayoritas adalah orang-orang dari partai Sosialis. Tapi ternyata, si Pak walikota ini, adalah orang partai kanan, alias UMP. Untuk pemilihan tahun depan, UMP tidak akan lagi menurunkan si bapak ini sebagai kandidatnya, karena dapat dipastikan bakal kalah, akibat kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang tidak populis itu.
Bisa jadi kembang api ini dibikin dashat karena si bapak itu mau perpisahan..hehe.. Yah, sudahlah.. selamat jalan aja pak. Saya tau bapak baik sekali dalam membantu saya mendapatkan CdS (eh iya loh, dia emang baek, ramah, sangat suportive kepada warganya yang terdiri dari beragam warna), tapi isi kantong lebih penting ternyata ya Pak..hehe.
Ya sutralah, ini akhirnya saya posting aja foto-foto kembang apinya, yang dibakar dari duit warga. Lumayan berbagi keindahan sama temen-temen di MP daripada gue berbagi kemanyunan melulu..hehehe. Enjoy!
Yang mengabadikan, ya mas gorilla.
Monday, 26 November 2007
Masih Belum Bisa Lega
Setelah lama sibuk dengan kuliah, dibombardir dengan tugas kuliah, test mendadak, pesta pelajar, pameran wine, dan juga blokade dan mogok masal perancis, saya masih belom bisa bernapas dengan lega. Tapi dengan berakhir atau disuspensinya grève (mogok), saya bisa sedikit tenang dalam menjalankan tugas kuliah.
Saya masih belum menemukan internship untuk mendukung study saya, karena banyak sekali ternyata masalah yang saya alami dengan sekolah saya yang tai kampret itu, hehe. Belum lagi si mas gorilla akhir pekan ini bakal ke Jepang, meninggalkan saya sendirian berkecimpung dengan dunia perancis yang penuh dengan ketololan. Satu-satunya yang membuat saya cukup gembira adalah kelas bahasa asing yang saya ambil di kelas, yaitu kelas bahasa Cina dan kelas bahasa Spanyol, saya kembali menghidupkan mimpi saya. Selain itu, tidak semua hal berjalan dengan bagus.
Tapi teteup, saya akan terus berpikiran positif. Bila saatnya tiba, semua akan menjadi indah. Sementara itu, saya menghibur diri saya dengan lagu-lagu dari AIR, dan juga Pulp, band jadul yang bikin saya bener-bener jatuh cinta. Buat saya, pulp itu mengalami revolusi yang bagus sepanjang karirnya. Mulai dari lagu-lagu model era The Clash, David Bowie, sampai Blur. Sayang mereka bubar..
Tapi gak apa. Rindu terobati ketika mencari musik mereka di directory www.deezer.com, dan juga menemukan beberapa video clip mereka di youtube.
Saya masih belum menemukan internship untuk mendukung study saya, karena banyak sekali ternyata masalah yang saya alami dengan sekolah saya yang tai kampret itu, hehe. Belum lagi si mas gorilla akhir pekan ini bakal ke Jepang, meninggalkan saya sendirian berkecimpung dengan dunia perancis yang penuh dengan ketololan. Satu-satunya yang membuat saya cukup gembira adalah kelas bahasa asing yang saya ambil di kelas, yaitu kelas bahasa Cina dan kelas bahasa Spanyol, saya kembali menghidupkan mimpi saya. Selain itu, tidak semua hal berjalan dengan bagus.
Tapi teteup, saya akan terus berpikiran positif. Bila saatnya tiba, semua akan menjadi indah. Sementara itu, saya menghibur diri saya dengan lagu-lagu dari AIR, dan juga Pulp, band jadul yang bikin saya bener-bener jatuh cinta. Buat saya, pulp itu mengalami revolusi yang bagus sepanjang karirnya. Mulai dari lagu-lagu model era The Clash, David Bowie, sampai Blur. Sayang mereka bubar..
Tapi gak apa. Rindu terobati ketika mencari musik mereka di directory www.deezer.com, dan juga menemukan beberapa video clip mereka di youtube.
Sunday, 21 October 2007
Dibikinin Tas Sama Mas Gorilla
Besok, mulai lagi deh yang namanya sekolah setelah dua minggu libur. Gue yang bokek berat, pengennya bawa rantangan ke sekolah biar bisa makan siang cara hemat. Tapi kok malu ya, bawa-bawa rantangan yang dipamerkan gitu ke semua orang. Apa kata dunia ngeliat ini cewek asia banget, trus nenteng-tenteng rantang, baik di sekolah maupun di angkot paris.. halah...
Gue minta tolong sama suami gue, untuk bikinin tas, dari bahan yang kita punya. Tasnya mirip-mirip aja sama tas yang dia pernah bikin sebagai sarung tenda camping kami. Dia setuju.. sore tadi, dia langsung tuh bikinin tas pesenan gue, pake mesin jahit yang kita punya. Gue request tasnya, bentuknya harus tas tentengan (tote bag istilah modenya.. cie elah), bisa masuk rantangan dan termos minuman gue yang ekologis itu.
Jadinya ya seperti ini: Tadaaa...
Asli deh, LV LV aja mah.. kalah banget sama tas bikinan dia.. hehehe.. Keren kan?
Tapi ngomong-ngomong, ini tas bikinnya seadanya banget, lihat gimana design, motong bahan dan ngejaitnya dong.. ancur banget. Coba aja intip dalemnya, jaitannya ancur banget. Dia aja gak pake ukuran pasti bikinnya, asal gunting gitu. Tapi gak apa-apa, paling nggak, cukup stylish deh, buat nutupin rantangan gue.
Tapi ngomong-ngomong, ini tas bikinnya seadanya banget, lihat gimana design, motong bahan dan ngejaitnya dong.. ancur banget. Coba aja intip dalemnya, jaitannya ancur banget. Dia aja gak pake ukuran pasti bikinnya, asal gunting gitu. Tapi gak apa-apa, paling nggak, cukup stylish deh, buat nutupin rantangan gue.
Dan kalau gue gak lagi pakai baju kantoran (gue kuliah wajib pakai baju kantoran), tas ini macthing banget sama jeans gue.. Hahahaha...
Thanks beib!!! Love you as always!
Wednesday, 17 October 2007
ACI
Gak tau dari kemaren, mikirinnya pulang melulu. Udah setahun gak pulang (loh baru setahun, ya gak sih?). Udah belakangan hari ini, gue ngeliat beberapa film Indonesia model Naga Bonar jadi 2, Jakarta Undercover di youtube, trus jadinya one thing leads to another gini, gue jadi cari-cari klip tentang Indonesia atau Jakarta karena merasa kangen, rindu, kehilangan.
Gak cuman berhenti di situ, gue juga jadi cari-cari lagu-lagu perjuangan bangsa padamu negeri, tanah airku di imeem.com, multiply, juga di youtubenya sendiri, dari lagu Bengawan Solonya Gesang, sampai lagu Benderaku-nya Coklat. Masih mau terus, gue mencari tahu beberapa kekayaan bangsa Indonesia, ya mulai dari angklung, batik, makanan, dan beberapa bumbu-bumbu yang asalnya dari Indonesia. Bangga rek...Indonesia itu kaya banget, cuman salah management aja. Ah, tapi gue gak mau nyela-nyela pemerintahan di sini. Udah bosen ah. Nyela itu gampang banget, tapi coba kalau kita yang disuruh pegang tanggung jawab itu, mendingan lari khan? Takut gak bisa nolak kalau diajak korupsi? Takut gak kuat ngelawan arus? Bosen ah dengernya!! Padahal kalau gak bersatu, ya mana bisa ya? Harus ada yang memulai duluan khan?
Selama gue tinggal di beberapa kota di luar Indonesia, gue semakin sadar, gak ada kota/negara yang sempurna (apalagi Paris, sebagai salah satu kota yang paling wah di dunia). Semua memiliki segala kekurangan. Pada akhirnya, either gue cuman bisa nerima, atau nggak ya gue cuman mencari, suatu tempat di mana gue merasa hati gue di sana. Dan itu gue rasa adalah Jakarta.
Cita-cita gue: dua tahun lagi balik ke Jakarta, tinggal dan kerja di sana bareng suami. Ngurus nyokap-bokap tercinta, mendekatkan diri sama keluarga yang lain memberikan sedikit uluran tangan gue kepada bangsa gue, yah mungkin gak akan banyak, tapi lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali. Langkah raksasa belom bisa dibikin, yah yang kecil-kecil aja dulu deh.
Sementara cita-cita itu belom tercapai, yang bisa gue perbuat hanya: mengajarkan suami gue bahasa Indonesia sedikit-sedikit, memperkenalkan kekayaan budaya yang kita punya terhadap orang-orang di sekitar gue, dan tentunya gue akan mengajarkan itu semua ke anak-anak gue kelak. Mengajarkan mereka tentang apa yang gue punya dalam hati gue sekarang: Bangga menjadi anak Indonesia.
Gak cuman berhenti di situ, gue juga jadi cari-cari lagu-lagu perjuangan bangsa padamu negeri, tanah airku di imeem.com, multiply, juga di youtubenya sendiri, dari lagu Bengawan Solonya Gesang, sampai lagu Benderaku-nya Coklat. Masih mau terus, gue mencari tahu beberapa kekayaan bangsa Indonesia, ya mulai dari angklung, batik, makanan, dan beberapa bumbu-bumbu yang asalnya dari Indonesia. Bangga rek...Indonesia itu kaya banget, cuman salah management aja. Ah, tapi gue gak mau nyela-nyela pemerintahan di sini. Udah bosen ah. Nyela itu gampang banget, tapi coba kalau kita yang disuruh pegang tanggung jawab itu, mendingan lari khan? Takut gak bisa nolak kalau diajak korupsi? Takut gak kuat ngelawan arus? Bosen ah dengernya!! Padahal kalau gak bersatu, ya mana bisa ya? Harus ada yang memulai duluan khan?
Selama gue tinggal di beberapa kota di luar Indonesia, gue semakin sadar, gak ada kota/negara yang sempurna (apalagi Paris, sebagai salah satu kota yang paling wah di dunia). Semua memiliki segala kekurangan. Pada akhirnya, either gue cuman bisa nerima, atau nggak ya gue cuman mencari, suatu tempat di mana gue merasa hati gue di sana. Dan itu gue rasa adalah Jakarta.
Cita-cita gue: dua tahun lagi balik ke Jakarta, tinggal dan kerja di sana bareng suami. Ngurus nyokap-bokap tercinta, mendekatkan diri sama keluarga yang lain memberikan sedikit uluran tangan gue kepada bangsa gue, yah mungkin gak akan banyak, tapi lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali. Langkah raksasa belom bisa dibikin, yah yang kecil-kecil aja dulu deh.
Sementara cita-cita itu belom tercapai, yang bisa gue perbuat hanya: mengajarkan suami gue bahasa Indonesia sedikit-sedikit, memperkenalkan kekayaan budaya yang kita punya terhadap orang-orang di sekitar gue, dan tentunya gue akan mengajarkan itu semua ke anak-anak gue kelak. Mengajarkan mereka tentang apa yang gue punya dalam hati gue sekarang: Bangga menjadi anak Indonesia.
Tanah Airku
Indonesia Tanah Air Beta
Nah kalau yang ini, adalah iklan favorit gue sepanjang masa, dari jaman gue SMP, gak pernah bisa lupa sama iklan yang satu ini. Terkenang terus sama lagu dan temanya. Pas betul.
Tuesday, 16 October 2007
BokeK & The Keke
Gila.. bulan ini kita penuh dengan kebokekan! Pulang liburan selama 3 minggu yang budgetnya udah kepotong duluan untuk bayar pajak penghasilan tahun ini, kita udah boke banget. Liburannya kelamaan juga sih, hehe. Kita waktu itu mikirnya, "wah ya udah deh gak apa-apa, toh gak ada yang harus dibayar-bayar lagi nih, selain pajak tempat tinggal yang kira-kira datangnya akhir bulan October".
Ternyata dugaan kita salah man! Ada tagihan untuk perawatan gedung apartemen yang biayanya gak sedikit itu. Bulan april tahun ini, kita udah bayar sejumlah uang, yang jumlahnya sangat mencekek banget itu, kita pikir udah abis.. ternyata masih ada lagi sisa tagihan yang keluar di bulan September ini, yang jumlahnya juga mencekek leher. Nasib!
Dan parahnya semua tagihan yang lain yang biasanya keluar tiap beberapa bulan sekali, bangsa listrik, gas, telepon, juga jatoh tempo pada waktu yang berdekatan. Boke lah kita. Berat! Selama dua tahun gue tinggal di Perancis, belom pernah deh yang namanya kita seboke itu karena ditagih macem-macem dalam waktu yang berdekatan. Hiks. Lebih buruk, tagihan cicilan sekolahan gue, keluar juga. Buat orang lokal, duit segitu nyarinya juga sebulanan. Panik? Sempet sih.
Tapi ya udah, mo digimanain lagi. Mr. Gorilla kan orang lokal, masa sih dia gak bisa survive di negaranya sendiri? Hahaha. Gue sempet stress sih, masa pada saat yang bersamaan Mr. Gorilla harus tugas ke negara matahari terbit. Yah?!!! Gue ditinggal bersama hutang-hutang yang menumpuk? Sensi gitu gue jadinya.. hehehe...Untung dia pergi hanya seminggu, dan sabtu kemarin, dia udah ada di pelukan gue lagi (biar kata boke, ngomong dangdut tetep harus jalan).
Akhirnya kita pun mengencangkan ikat pinggang. Tas pinggang Mr. Gorilla yang sempat hilang beberapa waktu lalu karena liburan yang penuh dengan siksaan olahraga, dan sempat mau muncul kembali karena makanan enak di akhir liburan, jadi harus terpaksa ngeblesek ke dalam. Mau gimana lagi? Gak ada pilihan. Tapi sebelnya, pada saat yang sama, sebetulnya ada beberapa keinginan beli ini itu, dan ada beberapa teman yang sedang ada di Paris, dan gue juga lagi ada libur kuliah, jadi pengen berdekatan dengan kawan-kawan selagi masih sempat. Tapi gak bisa maximal gitu karena asli gak ada duit buat ngafe. Hiks. Mana ada hutang masakin masakan Indonesia buat orang Belgi, kan gak enak masa nunda melulu? And to make things worst, kita harus terima tamu nginep di rumah kita. Yang ini mah gak bisa dibatalin karena direncanainnya udah beberapa minggu sebelomnya dan mereka harus datang ke Paris dari Grenoble untuk nonton konser Dream Theatre bersama suami. Yah tamu kan pembawa rejeki harusnya, jadi ikhlas lah, harus diterima dengan tangan terbuka, walaupun hasilnya gak maksimal, karena waktu itu gue lagi sibuk-sibuknya kuliah dan ada test segala.
Selain itu, gue juga harus nginep di tempat Dewi untuk menghindari nervous breakdown ditinggal suami tugas seminggu...hehe. Ini sebetulnya sunnah sih, tapi gue kan juga pengen spend some times sama si Dewi, kebetulan lagi sempet. Nah, yang namanya nginep kan gak mungkin gue gak masak buat si dewi juga.... gue bukan tipe orang penganut mangan ora mangan sing penting ngumpul, buat gue, ngumpul ya harus pake makan bareng. Gue kan lebih sebagai orang Indonesia bukan orang Jawa.
Lebaran, kita juga maksa ke KBRI untuk makan siang gratis. Makanan gratis aja kita gak nolak, apalagi ini makanan Indonesia gitu loh! Tapi apa daya, ke sananya aja kan butuh ongkos ya. Kami berencana menggunakan motor guna menghindari kemacetan lalu lintas akhir pekan Paris. Tapi sial, ternyata tanki bensinya kosong mplompong. Sialan, jadi kudu beli dulu deh tuh! Untung ada persediaan duit yang gue lipet-lipet di bawah bantal (hehe bokis deng). Jadi kita akhirnya melaju juga ke KBRI setelah isi bensin.
Sampe di sana makan pun gue gak bisa terlalu banyak, karena saking banyak ketemu orang-orang, gue jadi keenakan ngobrol gak jelas. Mana si Alia temen kuliah gue yang sekarang jadi dosen di Unpad, dateng lagi ada konferensi. Ih gue demen banget dah. Tapi rugi.. makanannya kurang banyak.. kan tadinya niatnya makan sekenyang mungkin biar gak usah makan malem lagi..hehehe.
Untuk masak makanan di rumah, gue terpaksa ngurangin bumbu-bumbu dan kuantitas bahan makanan, demi menghemat. Untung di freezer ada stock sedikit daging, dan gue berusaha gak makan siang. Atau makan pagi dan siang gue gabung..haha. Sebetulnya praktek begini biasa banget kan, tapi gue jadi lebih extra kelaperan berat gitu. Sosis kering (halal dong), yang gue beli seminggu yang lalu untuk ngejamu tamu dari grenoble, gue makan tipis-tipis untuk cemilan. Makannya pake nasi segala biar kenyang dikit. Tapi gila, semakin makan itu semakin pengen tambah, walhasil, itu sosis nyaris abis deh. Udah gitu, dalam waktu 2 hari, gue udah sempet makan banyak banget indomie. Buset, gue baru kali ini makan indomie dalam waktu berdekatan sebanyak itu. Gak sehat deh ngerasanya, yang biasanya gue ngefans dengan rasa kimia indomie, jadi gak napsu lagi saking bosennya. Anak kost-kostan banget gak seh? Tapi udara mendung dingin gitu di luar, bikin perut makin berasa keroncongan. Lapperrr...
Tapi kemaren malem, gue bener-bener udah gak kuat nahan napsu untuk masak yang sedikit ngejreng. Masa makan indomie melulu? Gue bikin aja tuh ayam goreng bumbu petis resep mbak Wienda. Gue bikin porsinya gak banyak emang, tapi tauknya Mr. Gorilla ada acara tanding turnamen volley kantor di Vélizy (tauk tuh tumben, gue aja kagak tau kalo dia bisa maen volley), jadi gue makan sendirian, gue sisain ayam buat dia juga.
Pulangnya, dapet kabar baik, tim dia juara ke-2 dan dapet voucher belanja di Décathlon. Asik (tapi belanjanya kapan-kapan aja kali ye). Trus dia gue tawarin makan malem pake ayam.
"Gor.. lo mau ayam panggang bumbu petis gak?" tanya gue.
"Ogah ah.. gue udah makan sandwich tadi sebelom tanding", jawabnya. Tapi dia mengamati itu ayam dengan seksama.
"Eh... menggoda juga ye ayam lo!" katanya cengar-cengir. "Boleh juga deng, gue makan ya?"
"Oke! Gue ambilin piring!" jawab gue. Eh belom sempet ambil piring, dia bilang gini, "Eh gak usah deng! Itu buat elo besok makan siang di rumah aja biar hemat. Kasian elo besok gak ada makanan kalo ayamnya gue makan!"
Gue bengong.... Tapi sumpah, gue ampir ngakak. Segini bokeknya-kah kita sampe urusan makanan aja bener-bener pake istilah sepiring berdua? Gue sambil malu-malu cuman bisa berucap, "Aduh Gor, makasih ya, elo emang suami penegertian banget deh. Di saat hidup susah begini, elo gak pernah ngeluh, malah dengan baik hatinya memikirkan nasib mulut istri elo yang pemales ini".
Abis itu gue langsung menuju komputer, niatnya sih mo browsing cari kerja part time buat sekolahan...hehehe.
Ternyata dugaan kita salah man! Ada tagihan untuk perawatan gedung apartemen yang biayanya gak sedikit itu. Bulan april tahun ini, kita udah bayar sejumlah uang, yang jumlahnya sangat mencekek banget itu, kita pikir udah abis.. ternyata masih ada lagi sisa tagihan yang keluar di bulan September ini, yang jumlahnya juga mencekek leher. Nasib!
Dan parahnya semua tagihan yang lain yang biasanya keluar tiap beberapa bulan sekali, bangsa listrik, gas, telepon, juga jatoh tempo pada waktu yang berdekatan. Boke lah kita. Berat! Selama dua tahun gue tinggal di Perancis, belom pernah deh yang namanya kita seboke itu karena ditagih macem-macem dalam waktu yang berdekatan. Hiks. Lebih buruk, tagihan cicilan sekolahan gue, keluar juga. Buat orang lokal, duit segitu nyarinya juga sebulanan. Panik? Sempet sih.
Tapi ya udah, mo digimanain lagi. Mr. Gorilla kan orang lokal, masa sih dia gak bisa survive di negaranya sendiri? Hahaha. Gue sempet stress sih, masa pada saat yang bersamaan Mr. Gorilla harus tugas ke negara matahari terbit. Yah?!!! Gue ditinggal bersama hutang-hutang yang menumpuk? Sensi gitu gue jadinya.. hehehe...Untung dia pergi hanya seminggu, dan sabtu kemarin, dia udah ada di pelukan gue lagi (biar kata boke, ngomong dangdut tetep harus jalan).
Akhirnya kita pun mengencangkan ikat pinggang. Tas pinggang Mr. Gorilla yang sempat hilang beberapa waktu lalu karena liburan yang penuh dengan siksaan olahraga, dan sempat mau muncul kembali karena makanan enak di akhir liburan, jadi harus terpaksa ngeblesek ke dalam. Mau gimana lagi? Gak ada pilihan. Tapi sebelnya, pada saat yang sama, sebetulnya ada beberapa keinginan beli ini itu, dan ada beberapa teman yang sedang ada di Paris, dan gue juga lagi ada libur kuliah, jadi pengen berdekatan dengan kawan-kawan selagi masih sempat. Tapi gak bisa maximal gitu karena asli gak ada duit buat ngafe. Hiks. Mana ada hutang masakin masakan Indonesia buat orang Belgi, kan gak enak masa nunda melulu? And to make things worst, kita harus terima tamu nginep di rumah kita. Yang ini mah gak bisa dibatalin karena direncanainnya udah beberapa minggu sebelomnya dan mereka harus datang ke Paris dari Grenoble untuk nonton konser Dream Theatre bersama suami. Yah tamu kan pembawa rejeki harusnya, jadi ikhlas lah, harus diterima dengan tangan terbuka, walaupun hasilnya gak maksimal, karena waktu itu gue lagi sibuk-sibuknya kuliah dan ada test segala.
Selain itu, gue juga harus nginep di tempat Dewi untuk menghindari nervous breakdown ditinggal suami tugas seminggu...hehe. Ini sebetulnya sunnah sih, tapi gue kan juga pengen spend some times sama si Dewi, kebetulan lagi sempet. Nah, yang namanya nginep kan gak mungkin gue gak masak buat si dewi juga.... gue bukan tipe orang penganut mangan ora mangan sing penting ngumpul, buat gue, ngumpul ya harus pake makan bareng. Gue kan lebih sebagai orang Indonesia bukan orang Jawa.
Lebaran, kita juga maksa ke KBRI untuk makan siang gratis. Makanan gratis aja kita gak nolak, apalagi ini makanan Indonesia gitu loh! Tapi apa daya, ke sananya aja kan butuh ongkos ya. Kami berencana menggunakan motor guna menghindari kemacetan lalu lintas akhir pekan Paris. Tapi sial, ternyata tanki bensinya kosong mplompong. Sialan, jadi kudu beli dulu deh tuh! Untung ada persediaan duit yang gue lipet-lipet di bawah bantal (hehe bokis deng). Jadi kita akhirnya melaju juga ke KBRI setelah isi bensin.
Sampe di sana makan pun gue gak bisa terlalu banyak, karena saking banyak ketemu orang-orang, gue jadi keenakan ngobrol gak jelas. Mana si Alia temen kuliah gue yang sekarang jadi dosen di Unpad, dateng lagi ada konferensi. Ih gue demen banget dah. Tapi rugi.. makanannya kurang banyak.. kan tadinya niatnya makan sekenyang mungkin biar gak usah makan malem lagi..hehehe.
Untuk masak makanan di rumah, gue terpaksa ngurangin bumbu-bumbu dan kuantitas bahan makanan, demi menghemat. Untung di freezer ada stock sedikit daging, dan gue berusaha gak makan siang. Atau makan pagi dan siang gue gabung..haha. Sebetulnya praktek begini biasa banget kan, tapi gue jadi lebih extra kelaperan berat gitu. Sosis kering (halal dong), yang gue beli seminggu yang lalu untuk ngejamu tamu dari grenoble, gue makan tipis-tipis untuk cemilan. Makannya pake nasi segala biar kenyang dikit. Tapi gila, semakin makan itu semakin pengen tambah, walhasil, itu sosis nyaris abis deh. Udah gitu, dalam waktu 2 hari, gue udah sempet makan banyak banget indomie. Buset, gue baru kali ini makan indomie dalam waktu berdekatan sebanyak itu. Gak sehat deh ngerasanya, yang biasanya gue ngefans dengan rasa kimia indomie, jadi gak napsu lagi saking bosennya. Anak kost-kostan banget gak seh? Tapi udara mendung dingin gitu di luar, bikin perut makin berasa keroncongan. Lapperrr...
Tapi kemaren malem, gue bener-bener udah gak kuat nahan napsu untuk masak yang sedikit ngejreng. Masa makan indomie melulu? Gue bikin aja tuh ayam goreng bumbu petis resep mbak Wienda. Gue bikin porsinya gak banyak emang, tapi tauknya Mr. Gorilla ada acara tanding turnamen volley kantor di Vélizy (tauk tuh tumben, gue aja kagak tau kalo dia bisa maen volley), jadi gue makan sendirian, gue sisain ayam buat dia juga.
Pulangnya, dapet kabar baik, tim dia juara ke-2 dan dapet voucher belanja di Décathlon. Asik (tapi belanjanya kapan-kapan aja kali ye). Trus dia gue tawarin makan malem pake ayam.
"Gor.. lo mau ayam panggang bumbu petis gak?" tanya gue.
"Ogah ah.. gue udah makan sandwich tadi sebelom tanding", jawabnya. Tapi dia mengamati itu ayam dengan seksama.
"Eh... menggoda juga ye ayam lo!" katanya cengar-cengir. "Boleh juga deng, gue makan ya?"
"Oke! Gue ambilin piring!" jawab gue. Eh belom sempet ambil piring, dia bilang gini, "Eh gak usah deng! Itu buat elo besok makan siang di rumah aja biar hemat. Kasian elo besok gak ada makanan kalo ayamnya gue makan!"
Gue bengong.... Tapi sumpah, gue ampir ngakak. Segini bokeknya-kah kita sampe urusan makanan aja bener-bener pake istilah sepiring berdua? Gue sambil malu-malu cuman bisa berucap, "Aduh Gor, makasih ya, elo emang suami penegertian banget deh. Di saat hidup susah begini, elo gak pernah ngeluh, malah dengan baik hatinya memikirkan nasib mulut istri elo yang pemales ini".
Abis itu gue langsung menuju komputer, niatnya sih mo browsing cari kerja part time buat sekolahan...hehehe.
Nonton Konser Feist di Pigale Paris
.jpg)
Udah lama sih sebetulnya, minggu lalu, sama si Dewi. Gue udah lama banget pengen nonton Feist, penyanyi folk asal Canada, sama si mr. Gorilla, dan beli tiketnya udah lama. Eh ternyata pas hari Hnya, dia harus terbang ke jepang untuk tugas. Ya udah, untung ada si dewi, tiket gue jual ke doi deh, dan malam itu kita enjoy dan makin cinta sama feist. Apalagi band pembukanya juga keren, Broken Social Scene, band asalnya Feist sendiri. Tapi sayang, feist gak nyanyiin dua lagu kesukaan gue, inside and out sama one evening, padahal gue kepengen banget tuh nonton dia live nyanyi lagu-lagu tersebut. Ya wajar sih, lagu-lagu yang dia nyanyiin ya kebanyakan dari album terakhir The Reminder.
Yang bikin bete sih, kita gak bawa kamera, padahal boleh ternyata foto-foto di dalam ruangan konser. Abis gue kapok sih, waktu nonton konser Lorena McKennit, kamera si keong mas disita sama petugas, dan baru boleh diambil setelah konser selesai. Kan males kalo kejadian itu berulang lagi di konser Feist. Hu hu hu.. gak punya fotonya deh... Ah ya sudahlah, yang berlalu ya udah berlalu.
Nah, denger lagu kayak gini, apa tidak membuat hati kita ceria? Lagu-lagu model begini, Fesit deh ratunya!
Psst... foto diambil dari phone camera, dengan jarak yang mayan jauh..hehe
Psst... foto diambil dari phone camera, dengan jarak yang mayan jauh..hehe
Monday, 1 October 2007
Bertemu Seorang Dewi Penolong
Tidak banyak yang bisa saya jabarkan saat ini, hanya, dia bagaikan dewi penolong, ketika saya sedikit merasa kesepian. Padahal saya bukannya tidak banyak kerjaan... sebaliknya!
Tapi saya senang, menambah teman, hidup pun menjadi berwarna. Terimakasih Tuhan, kau telah mengirimnya kepadaku. Lagi-lagi, sebagai orang setengah jawa, tetep, rasa bersukur itu harus dihanturkan, bagaimanapun keadaan kita.
Tapi saya senang, menambah teman, hidup pun menjadi berwarna. Terimakasih Tuhan, kau telah mengirimnya kepadaku. Lagi-lagi, sebagai orang setengah jawa, tetep, rasa bersukur itu harus dihanturkan, bagaimanapun keadaan kita.
Wednesday, 26 September 2007
Catatan Kembali ke Sekolah
Hari ini hari pertama gue kuliah lagi.. Kuliah mulai minggu lalu sebetulnya, jadi gue udah dua hari bolos kuliah karena emang waktu itu liburan... sekolahnya emang rada brudul tuh, ngubah tanggal masuk seenaknya. Gue gak akan liburan selama itu, kalau tau sekolahnya bakal konsisten, gak ngubah tanggal masuk seenaknya. Minggu lalu dan hari ini tentu masih kelas persiapan sih, tapi udah mulai masuk ke subyek utama. Kita disuruh pake baju rapih layaknya udah kerja aja, jadi inget jaman kemaren kerja dah pokoknya. Dan betenya, sepertinya ada fashion police yang bakal menegur para siswa kalau tidak berpakaian sesuai dengan dress code sekolahan. Yah begini caranya mah, saya bakal mulai berburu baju kantor lagi. Kemaren-kemaren baju-baju saya selalu kaos, jeans, dan sepatu kets. Sekarang semua itu dilarang, terpaksa deh mulai cari celana bahan dan sepatu mocassin culun.... hu... sebel ah... Ya ini sebetulnya investasi buat gue cari kerja sekalian sih ya? Si mas gorilla pesen katanya gue gak boleh rebel, karena dia bilang, ada indikasi gue ini kalo ada tukang disiplin yang ngawasin gimana kita berpakaian, malah jadi berontak... hehehe.. yoi.. sebetulnya gue kepengen banget loh berontak, wong dulu aja gue di kantor paling nyeleneh. Tapi ya udah lah.. demi kebaikan gue sendiri kali ya nanti-nantinya.
Para siswa kebanyakan adalah orang Perancis, sebagian besar adalah wanita. Pria-pria (topik yang biasanya paling duluan gue perhatiin) seharusnya lebih gaya dan gantengan dikit kali ya, karena wajib pakai setelah jas di kampus. Tapi..... ternyata dari segi muka, sangat mengecewakan..hahaha. Yah.. emang untungnya gue udah kawin, kalo jomblo, pasti merana lah gue berinteraksi dengan merka..hihihi... Mereka semua pada masih muda, sekitar 25 sampai 32 tahun, dan pada pendiam di kelas. Maklum aja, bahasa pengantar adalah bahasa inggris, yang otomatis bukan market share mereka banget dah.. hahaha.. (syukurin!). Ini adalah kesempatan gue bales dendam, unjuk gigi terhadap mereka (orang perancis) yang sering banget ngelecein kemampuan gue dalam berbahasa ibunya mereka. Dan sukurnya, gue udah pernah kuliah master, jadi yah, gue bukan pepesan kosong banget lah (hmmm... kesombongan gue yang digjaya!), dan plus berikutnya adalah background hukum yang bikin seorang kadang over pede atau dipandang lebih tinggi.. hahaha (padahal sih gue sarjana hukum bokis-bokisan kan?!). Jadi, gue rada-rada active di kelas.
Subyek hari ini adalah business communication skill dan marketing strategy (perkenalan semua). Tapi anehnya gue lumayan ngerti apa yang diomongin sama mereka, apalagi pas ngomongin soal link distribusi.. duh senangnya (walaupun gue nggak ngerti banget sih, kenapa si ibu dosen ngomongin point berikutnya, misalnya.. apa hubungannya dengan point sebelomnya gitu loh).
Gue gak tau, dosen cewek yang ngajar hari ini, orang mana. Nama dia sih terdengar sangat rusia tapi kemudian dia ngomong awal-awalnya (di luar pelajaran) pakai bahasa perancis. Tapi untuk subyek utama, dia omong pake bahasa inggris dengan logat yang awalnya terdengar amat sangat janggal di kuping gue, misalnya ketika dia ngomong marketing, kedengerannya kok seperti markehiing gitu.. hehe. Dosen kedua, cowok, orang Canada yang sangat bersemangat menjelaskan bussines comm.
Teman-teman sepertinya pada baik-baik. Ada satu cewek phil yang sepertinya pengen banget nunjukkin ke orang-orang kalau bahasa inggris dia oke, jadi rada sok gitu deh.. duh.. i am so over that since i took my first master degree in holland. But anyway, she seems nice. Gitu juga cowok India atau Thai, mereka ramah. Seperti gue bilang, paling banyak adalah murid perancis, karena gue denger, mereka sering banget diskusi pakai bahasa ibu mereka, bukannya pakai bahasa inggris (bahasa wajib). Ada beberapa orang Russia, Amerika Latin, atau Algeria. Gak banyak murid asianya.. yah kira-kira dari 20, ada enam lah (eh ini banyak ya? hehehe).
Overall, saya suka sama sekolahan saya (eh.. gue kok jadi berubah saya-sayaan lagi.. cuek ah). Saya suka karena menurut saya, belajar business itu menarik banget. Cita-cita dari kecil sebetulnya yang terpendam, karena saya mikirnya, alah.. cina bukan, mo sok -sokan bisnis.. pasti K.O deh.. Tapi kalo dipikir-pikir, gosipnya, orang Cina kan bisnis belajar, bukan karena faktor gen juga... Yah.. liat aja lah, nanti gue bakal berbisnis ato nggak..hehe. Dan karena dituntut berbaju rapih, entah kenapa, saya jadi lebih serius dalam belajar. Coba kalau pakai kaos dan jeans, rasanya saya turut-turutan asal-asalan kalau duduk, bersikap gak profesional. Oh btw... laporan liburan ke negeri seberang perancisnya kapan-kapan aja ya.. saya lagi males ngeblog, dan gak sempet karena emang harus berdisiplin diri dalam belajar (cie cie).
Para siswa kebanyakan adalah orang Perancis, sebagian besar adalah wanita. Pria-pria (topik yang biasanya paling duluan gue perhatiin) seharusnya lebih gaya dan gantengan dikit kali ya, karena wajib pakai setelah jas di kampus. Tapi..... ternyata dari segi muka, sangat mengecewakan..hahaha. Yah.. emang untungnya gue udah kawin, kalo jomblo, pasti merana lah gue berinteraksi dengan merka..hihihi... Mereka semua pada masih muda, sekitar 25 sampai 32 tahun, dan pada pendiam di kelas. Maklum aja, bahasa pengantar adalah bahasa inggris, yang otomatis bukan market share mereka banget dah.. hahaha.. (syukurin!). Ini adalah kesempatan gue bales dendam, unjuk gigi terhadap mereka (orang perancis) yang sering banget ngelecein kemampuan gue dalam berbahasa ibunya mereka. Dan sukurnya, gue udah pernah kuliah master, jadi yah, gue bukan pepesan kosong banget lah (hmmm... kesombongan gue yang digjaya!), dan plus berikutnya adalah background hukum yang bikin seorang kadang over pede atau dipandang lebih tinggi.. hahaha (padahal sih gue sarjana hukum bokis-bokisan kan?!). Jadi, gue rada-rada active di kelas.
Subyek hari ini adalah business communication skill dan marketing strategy (perkenalan semua). Tapi anehnya gue lumayan ngerti apa yang diomongin sama mereka, apalagi pas ngomongin soal link distribusi.. duh senangnya (walaupun gue nggak ngerti banget sih, kenapa si ibu dosen ngomongin point berikutnya, misalnya.. apa hubungannya dengan point sebelomnya gitu loh).
Gue gak tau, dosen cewek yang ngajar hari ini, orang mana. Nama dia sih terdengar sangat rusia tapi kemudian dia ngomong awal-awalnya (di luar pelajaran) pakai bahasa perancis. Tapi untuk subyek utama, dia omong pake bahasa inggris dengan logat yang awalnya terdengar amat sangat janggal di kuping gue, misalnya ketika dia ngomong marketing, kedengerannya kok seperti markehiing gitu.. hehe. Dosen kedua, cowok, orang Canada yang sangat bersemangat menjelaskan bussines comm.
Teman-teman sepertinya pada baik-baik. Ada satu cewek phil yang sepertinya pengen banget nunjukkin ke orang-orang kalau bahasa inggris dia oke, jadi rada sok gitu deh.. duh.. i am so over that since i took my first master degree in holland. But anyway, she seems nice. Gitu juga cowok India atau Thai, mereka ramah. Seperti gue bilang, paling banyak adalah murid perancis, karena gue denger, mereka sering banget diskusi pakai bahasa ibu mereka, bukannya pakai bahasa inggris (bahasa wajib). Ada beberapa orang Russia, Amerika Latin, atau Algeria. Gak banyak murid asianya.. yah kira-kira dari 20, ada enam lah (eh ini banyak ya? hehehe).
Overall, saya suka sama sekolahan saya (eh.. gue kok jadi berubah saya-sayaan lagi.. cuek ah). Saya suka karena menurut saya, belajar business itu menarik banget. Cita-cita dari kecil sebetulnya yang terpendam, karena saya mikirnya, alah.. cina bukan, mo sok -sokan bisnis.. pasti K.O deh.. Tapi kalo dipikir-pikir, gosipnya, orang Cina kan bisnis belajar, bukan karena faktor gen juga... Yah.. liat aja lah, nanti gue bakal berbisnis ato nggak..hehe. Dan karena dituntut berbaju rapih, entah kenapa, saya jadi lebih serius dalam belajar. Coba kalau pakai kaos dan jeans, rasanya saya turut-turutan asal-asalan kalau duduk, bersikap gak profesional. Oh btw... laporan liburan ke negeri seberang perancisnya kapan-kapan aja ya.. saya lagi males ngeblog, dan gak sempet karena emang harus berdisiplin diri dalam belajar (cie cie).
Thursday, 30 August 2007
The Death of Supermixer
Duh.. mixer saya rusak! Sedihnya minta ampun. Soalnya udah ampir setahun belakangan ini, bikin bakso, ngehalusin bumbu, saya pake mixer yang super ini. Mungkin saking keseringannya dipake, dan selalu disuruh kerja berat, motornya jadi enggak mau bekerja lagi deh.
Ini mixer saya beli waktu lagi jamannya kuliah di Belanda, tahun 2002, buat dagang tiramisu. hehehe.. Padahal Belanda kan gudangnya Philips, si make life better, tapi gak tau kenapa, saya gak tertarik aja dulu beli merek itu. Mungkin karena saya pikir, toh di Indonesia merek philips itu banyak, dan menurut saya hasilnya biasa aja. Tapi alasan utamanya sih sepertinya yah, karena modelnya Braun ini lebih oke dan praktis. Mau ngocok telur hayo, roti oke juga, dan buat bikin jus-jusan oke juga (terbukti ternyata buat ngegiling daging oke juga..hehe). Ini emang jadi mixer kesayangan saya deh, saya bawa2 juga waktu saya ngebackpacking di Auckland, Nz. Haha. Dasar.., saking gak mau dikirim pake pos ke Indonesia (takut ilang..hehe). Kalau buku-buku pelajaran, boleh lah pake pos.. tapi kalo mixer saya.. NOOOO!!!! Hehe.
Pulang ke Indonesia, saya bandingin nih sama mixernya kakakku yang Philips di kelas yang sama, yah dugaanku bener. Kalau ngemix telur, hasilnya lebih halus mixer Braun ini, dan yang penting lagi, motornya gak berisik!!!
Waktu saya ke Perancis, saya gak bawa ini mixer karena pikirnya toh si suami yang doyan masak, punya. Ternyata punyanya dia gak oke, mereknya Molinex. Motornya terlalu berisik, dan bentuknya gak ergonomis. Kalau mau ngemix (kayak DJ aja nih ngemix), jempol kita harus stand-by di tombol, kan pegellll!!!!
Akhirnya pas pulang kampung tahun 2006, saya bilang, pokoknya saya gak mau tau, biar kata tas kita penuh barang-barang, kita harus sediakan tempat untuk mixer saya ini!!! Maka mixer ini pun kembali ke tanah Eropa, tempat dia dilahirkan. hehe.
Dan ternyata setahun kemudian, setelah kerja rodi bersama master cuisiner wannabe (but successfully failed), si Jengkol Jackie, dia pun tewas. Motornya masih bisa jalan, tapi begitu dikenain bahan makanan, langsung mutung, gak mau jalan. Hehe. Dipaksa-paksa, akhirnya mau juga, tapi kecepatannya udah gak full.
Saya cari-cari penggantinya. Tapi sial, sekarang toko-toko udah gak jual mixer model begini. Jualannya model yang dicemplungin (sama kayak mixernya suami yang molinex tadi), yang mungkin saja motornya tidak sehalus mixer Braun. Atau enggak yang robot, yang bentuknya compact, yang udah bisa macem-macem, bisa giling daging, bikin selai dll. Tapi harganya kan mahualll sekali, sedangkan saya gak butuh yang bisa macem-macem. Saya hanya butuh yang bisa mixer telur, ngegiling bumbu dan daging dalam jumlah kecil, dengan bentuk yang ergonomis.
Masih ada sih model mixer saya ini, dengan merek Braun, persis sama. Tapi kalau mau, harus pesen dulu di toko. Dan kebanyakan kalau pesen di net, mereka bilang (aneh padahal dipajang sama mereka di net), model ini sudah tidak lagi keluar. Duh.. gusar deh saya!
Ini mixer saya beli waktu lagi jamannya kuliah di Belanda, tahun 2002, buat dagang tiramisu. hehehe.. Padahal Belanda kan gudangnya Philips, si make life better, tapi gak tau kenapa, saya gak tertarik aja dulu beli merek itu. Mungkin karena saya pikir, toh di Indonesia merek philips itu banyak, dan menurut saya hasilnya biasa aja. Tapi alasan utamanya sih sepertinya yah, karena modelnya Braun ini lebih oke dan praktis. Mau ngocok telur hayo, roti oke juga, dan buat bikin jus-jusan oke juga (terbukti ternyata buat ngegiling daging oke juga..hehe). Ini emang jadi mixer kesayangan saya deh, saya bawa2 juga waktu saya ngebackpacking di Auckland, Nz. Haha. Dasar.., saking gak mau dikirim pake pos ke Indonesia (takut ilang..hehe). Kalau buku-buku pelajaran, boleh lah pake pos.. tapi kalo mixer saya.. NOOOO!!!! Hehe.
Pulang ke Indonesia, saya bandingin nih sama mixernya kakakku yang Philips di kelas yang sama, yah dugaanku bener. Kalau ngemix telur, hasilnya lebih halus mixer Braun ini, dan yang penting lagi, motornya gak berisik!!!
Waktu saya ke Perancis, saya gak bawa ini mixer karena pikirnya toh si suami yang doyan masak, punya. Ternyata punyanya dia gak oke, mereknya Molinex. Motornya terlalu berisik, dan bentuknya gak ergonomis. Kalau mau ngemix (kayak DJ aja nih ngemix), jempol kita harus stand-by di tombol, kan pegellll!!!!
Akhirnya pas pulang kampung tahun 2006, saya bilang, pokoknya saya gak mau tau, biar kata tas kita penuh barang-barang, kita harus sediakan tempat untuk mixer saya ini!!! Maka mixer ini pun kembali ke tanah Eropa, tempat dia dilahirkan. hehe.
Dan ternyata setahun kemudian, setelah kerja rodi bersama master cuisiner wannabe (but successfully failed), si Jengkol Jackie, dia pun tewas. Motornya masih bisa jalan, tapi begitu dikenain bahan makanan, langsung mutung, gak mau jalan. Hehe. Dipaksa-paksa, akhirnya mau juga, tapi kecepatannya udah gak full.
Saya cari-cari penggantinya. Tapi sial, sekarang toko-toko udah gak jual mixer model begini. Jualannya model yang dicemplungin (sama kayak mixernya suami yang molinex tadi), yang mungkin saja motornya tidak sehalus mixer Braun. Atau enggak yang robot, yang bentuknya compact, yang udah bisa macem-macem, bisa giling daging, bikin selai dll. Tapi harganya kan mahualll sekali, sedangkan saya gak butuh yang bisa macem-macem. Saya hanya butuh yang bisa mixer telur, ngegiling bumbu dan daging dalam jumlah kecil, dengan bentuk yang ergonomis.
Masih ada sih model mixer saya ini, dengan merek Braun, persis sama. Tapi kalau mau, harus pesen dulu di toko. Dan kebanyakan kalau pesen di net, mereka bilang (aneh padahal dipajang sama mereka di net), model ini sudah tidak lagi keluar. Duh.. gusar deh saya!
gini doang nih dalemnya mixer kamu?
Mobil Kebalik di Depan Galleries La Fayette
Entah kejadiannya gimana, pas saya keluar dari toko, kok macet ya. Ada apa ini? Orang-orang pada berkerumun di pinggir jalan. Nontonin apaan sih?
Oh ada kecelakaan toh.. Ya ampun!! Mobil sapa tuh yg kebalik?! Kok bisa kebalik ya, kayak abis disruduk badak. Masalahnya jalan Haussman ini rame banget, mo ngebut sampe kebalik rasanya juga gak mungkin deh... dah gitu cuman satu mobil doang.
Saya gak tanya2 ama org2 sekitar, apa yg terjadi. Abis kebanyakan juga turis2. Maklum, Galiries La Fayette daerah turis abis. Mereka pada foto-foto. Saya ikutan juga dong..hehehe... Saya cuman denger seorang perempuan ngomong ke temennya, "T'as vu la vitesse qu'il faisait?"
Ah sudahlah.. saya buru-buru.. mungkin ini kejadian yang biasa di Paris.
Oh ada kecelakaan toh.. Ya ampun!! Mobil sapa tuh yg kebalik?! Kok bisa kebalik ya, kayak abis disruduk badak. Masalahnya jalan Haussman ini rame banget, mo ngebut sampe kebalik rasanya juga gak mungkin deh... dah gitu cuman satu mobil doang.
Saya gak tanya2 ama org2 sekitar, apa yg terjadi. Abis kebanyakan juga turis2. Maklum, Galiries La Fayette daerah turis abis. Mereka pada foto-foto. Saya ikutan juga dong..hehehe... Saya cuman denger seorang perempuan ngomong ke temennya, "T'as vu la vitesse qu'il faisait?"
Ah sudahlah.. saya buru-buru.. mungkin ini kejadian yang biasa di Paris.
Essone 20K
Bukan, ini bukan lomba marathon. Tapi ini cuman jalan-jalan di alam terbuka, atau yang biasa disebut randonnée kalo bahasa perancisnya. Orang-orang sini suka banget melakukan jalan-jalan jauh di alam terbuka gitu, termasuk keluarga mertuaku yang selalu menyiksa menantunya dengan bermacam-macam aktivitas, termasuk randonnée ini.
Hari jumat, si keong mas buzz di yahoo messengerku, bilang kalau weekend bakal bagus udaranya, dan rencananya mo ngajain randonée di Essone (salah satu departemen di provinsi Ile-de-France, sekitar paris) sama koleganya, Pascal dan istrinnya Wipada, orang Thai. Dia bilang, acara randonnée juga akan diisi dengan piknik bersama.
Aku sih oke-oke aja, karena emang udah mulai biasa jalan-jalan jauh gitu. Tapi yang bikin saya bete, loh, ternyata randone-annya sejauh 20 km, yang mana dengan langkah kakiku yang pendek, maka jarak tersebut akan ditempuh selama 4 jam. Weks... langsung ngebayanginnya males. Yah telat, udah keburu bilang oke... sempet sih bikin drama dikit sama si keong mas malemnya, mo nawar jarak (biasanya saya paling banter jalan cuman 10 sampai 12 km deh yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam, lewat dari 2 jam biasanya saya udah mulai ngeluh..hehehe), lah.. 20k, mana tahan? Tega bener!
Emang si mas gorilla ini rajin ikutan jalan, dia dari kecil sering jalan berhari-hari sampai 10 hari di gunung. Lah gue???!!! Si keong mas bujuk-bujuk juga, katanya, gak akan berasa deh, soalnya si mbak wip ini kan pasti ngajak ngobrol melulu, waktu bakal cepat berlalu katanya (justru itu, empat jam dengeri dia ngoceh melulu apa gak puyeng..hehe). Ide untuk ketemu sama pasutri ini sih asik juga, mereka baik dan rame. Tapi kalau ketemuannya sambil jalan kaki jauh, yah males!!
Si mas gorilla juga mencoba menghibur saya dengan berkata kalau nanti bulan september mo liburan, akan ada acara jalan 3 hari di gunung, keluar dari peradaban negara itu, jadi itung-itung ini latihan. Wah stress bener dah gue. Rasanya mo protes, hah,...3 hari keluar dari peradaban? Gimana kalo tiba-tiba sakit-sakit menci ya?
Udah gitu setau saya, si Wipada ini kecil-kecil cabe rawit. Gak kebayang tenaganya dia yang pasti jarak 20 km itu gak masalah. Dia ini tiap hari yoga, olahraga jogging juga, dan dia kerja loh padahal di hotel. Tenaganya super banget. Dulu waktu pertama kali ketemuan kan, suaranya dia doang tuh yang menggelegar di restoran. Hiii.....saya pasti bakal jadi ketinggalan melulu kalau jalan..
Walau akhirnya setuju, dan nyiapin martabak asin buat bekel piknik besokannya, tapi tetep aja malem gak bisa tidur, mikirin, gimana caranya saya mengatasi penderitaan keesokan harinya selama 4 jam.... hehe. Badan capek, karena selaen bikin martabak, saya sempet dikit-dikit bersihin dapur, kompor de el el. Tapi tetep, saya gak bisa tidur, padahal besoknya butuh tenaga banget kan buat jalan-jalan.
Besok paginya, dibangunin mas gorilla. Tumben deh tuh orang, biasanya weekend paling susah bangun pagi, ini tumben ada maunya, jadi aja bangun pagi betul. Dia udah mandi, dan udah nyiapin segala tetek bengek untuk piknik, bangsa garpu, serbet, sampai peralatan photography. Mata saya rasanya gak mau kompromi, biar kata mandi pake air setengah dingin pun tetep gak bikin mata melek/bangun. Saya masih sempet ngedumel sih ke si gorilla, yang dijawab sayup-sayup di telinga saya, "I know you too well. You'll thank me by the end of the day, by saying how good it is to force your body on doing sport... bla bla bla".
Kemudian, kita jemput si pasutri di stasiun kereta Massy, mereka naek kereta dari Paris, maklum, mereka emang tinggal di pusat kota. Begitu ketemu mereka, buset deh, muka mereka ceria amat, beda banget sama muka saya yang kuyu, mata berair nahan kantuk. Dari stasiun, kita langsung menuju tempat start, yang lumayan jauh juga letaknya dari stasiun kereta Massy. Sepanjang perjalanan si mbak, gak berhenti-berhentinya ngoceh, gimana hijaunya kehidupan di luar Paris. Ampun dah.. ini anak ceriwis banget, sedangkan saya masih ngedumel dalam hati, antara kangen bantal dan nyiapin tenaga dalam buat jalan-jalan nanti. Mana tadi pagi belom sempet sarapan pula.
Sampai di lokasi, kita tiba jam 11. Dimulai dengan start beli makanan di mini market, karena saya belom makan. Abis itu kita mulai jalan, ngelewatin suatu chateau pribadi. Chateaunya gak keliatan dari luar, tapi kebonnya amit-amit gede banget. Udah gitu kita masuk nembus hutan, perumahan orang, dan juga kota-kota lainnya. Banyak tanjakan yang kita lalui, dan sering juga papasan dengan para penggemar sepeda gunung. Dalam perjalanan kami banyak melihat buah mûres (blackberry) liar ranum di pinggiran. Maklum lagi musimnya. Kita sempetin diri metik. Si mbak masih aja ngoceh, dan kadang kalau lagi nanjak di bukit, dia lari (!). Buset deh, kayaknya saya harus ikutan yoga biar punya stamina prima. Udah gitu, dia jalannya cepet banget, kayak orang rushy gitu, sambil tiap orang yang kita temui di pinggir jalan, dia selalu menyapa dengan ramah tanpa henti. Beda banget sama suaminya yang pendiem, kayak saya (hahahah!). Walhasil sepanjang perjalanan, memang, saya yang selalu ketinggalan di belakang. Saya emang berencana ngumpulin energi, jalan gak cepet-cepet, karena tau perjalanan bakal lama.
Jam 12:30, kita berhenti di depan salah satu chateau, dan ngeluarin makanan-makanan kita. Untung aja pada demen martabak asin bikinan saya. Itung-itung promosi Indonesia lagi kan, hehe. Ketika makan, terceletuklah kalau si Pascal ini bintangnya cancer, sama kayak saya, sedangkan istrinya berbintang Leo, sama kayak suami saya. Wah, si mbak langsung ribut, katanya emang cancerians itu pada kalem, tenang, sedangkan leo gak bisa diem. Gorilla cuman nyeletuk, yah, kalo istrinya mah tergantung deh, ada saatnya kalem, ada saatnya bawel abis, tergantung bulan purnama..hehehe.
Selesai makan, kami lanjutkan perjalanan, lewat Gif Sur Yvette, salah satu kota cantik, dimana kami merayakan hari perkawinan kami bersama teman-teman dulu. Saya jadi ingat, dulu kami pilih restaurant di tempat ini karena makanannya enak, dan suasananya romantis. Dari Gif sur Yvette, kami agak-agak nyasar, karena gak bisa nemuin tanda kuning, salah satu panduan untuk mengikuti randonnée (di Perancis, randonnée merupakan kegiatan yang sangat rutin dan terorganisir dengan baik, sehingga jika kita jalan di hutan maupun di kota, kalau kita dengan mudah menemukan tanda-tanda rute yang bisa kita laluin).
Kita nyasar sekitar sejam, yang membuat kita berjalan jadi lebih jauh daripada yang seharusnya. Tapi pemandanganya benar-benar bikin mulut menganga, soalnya kita ketemu view point yang cantik di atas bukit, dimana kita bisa melihat dengan baik rute maupun bukit yang sudah kita lewati. Selain itu, banyak rumah-rumah kecil yang indah, selain tentu saja di daerah ini banyak sekali chateauxnya.
Well.. akhirnya, setelah 7 jam (!) berjalan, kami tiba kembali di tempat kami parkir mobil. Amit-amit deh, rencananya rute cuman 4 jam, kenapa jadi molor sampe 7 jam? Rada-rada nightmare deh. Tapi si mas gorilla puas, katanya saya gak ngeluh. Iyalah.. persiapan batinnya aja semaleman mas! Udah tau kalau gak mungkin jalan ngelewatin beberapa kota dalam waktu 4 jam saja. Pastilah lebih lama dari itu, dan saya udah pengalaman dikibulin mertua, juga dia, yang tiap kali kita beraktivitas, selalu bilang: "Gak, kita jalan cuman sebentar kok, paling cuman sejam selesai".. ternyata?! Kenyataannya, perjalanan kaki (randonnée) kita selalu menempuh paling cepat 2 jam. Selalu gitu! Gak cuman jalan kaki, tapi juga maen ski, bersepeda, dan kegiatan lainnya. Saya berasa kayak anak kecil banget deh kalau udah gini. Huuuu semprulll!!! Yah mudah-mudahan jalan kali ini bisa deh dijadiin persiapan untuk liburan bulan depan, jalan selama 3 hari jauh dari peradaban.. hiks..
Foto-foto di bawah ini sepertinya lebih bisa bercerita dibandingkan tulisan saya.
Hari jumat, si keong mas buzz di yahoo messengerku, bilang kalau weekend bakal bagus udaranya, dan rencananya mo ngajain randonée di Essone (salah satu departemen di provinsi Ile-de-France, sekitar paris) sama koleganya, Pascal dan istrinnya Wipada, orang Thai. Dia bilang, acara randonnée juga akan diisi dengan piknik bersama.
Aku sih oke-oke aja, karena emang udah mulai biasa jalan-jalan jauh gitu. Tapi yang bikin saya bete, loh, ternyata randone-annya sejauh 20 km, yang mana dengan langkah kakiku yang pendek, maka jarak tersebut akan ditempuh selama 4 jam. Weks... langsung ngebayanginnya males. Yah telat, udah keburu bilang oke... sempet sih bikin drama dikit sama si keong mas malemnya, mo nawar jarak (biasanya saya paling banter jalan cuman 10 sampai 12 km deh yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam, lewat dari 2 jam biasanya saya udah mulai ngeluh..hehehe), lah.. 20k, mana tahan? Tega bener!
Emang si mas gorilla ini rajin ikutan jalan, dia dari kecil sering jalan berhari-hari sampai 10 hari di gunung. Lah gue???!!! Si keong mas bujuk-bujuk juga, katanya, gak akan berasa deh, soalnya si mbak wip ini kan pasti ngajak ngobrol melulu, waktu bakal cepat berlalu katanya (justru itu, empat jam dengeri dia ngoceh melulu apa gak puyeng..hehe). Ide untuk ketemu sama pasutri ini sih asik juga, mereka baik dan rame. Tapi kalau ketemuannya sambil jalan kaki jauh, yah males!!
Si mas gorilla juga mencoba menghibur saya dengan berkata kalau nanti bulan september mo liburan, akan ada acara jalan 3 hari di gunung, keluar dari peradaban negara itu, jadi itung-itung ini latihan. Wah stress bener dah gue. Rasanya mo protes, hah,...3 hari keluar dari peradaban? Gimana kalo tiba-tiba sakit-sakit menci ya?
Udah gitu setau saya, si Wipada ini kecil-kecil cabe rawit. Gak kebayang tenaganya dia yang pasti jarak 20 km itu gak masalah. Dia ini tiap hari yoga, olahraga jogging juga, dan dia kerja loh padahal di hotel. Tenaganya super banget. Dulu waktu pertama kali ketemuan kan, suaranya dia doang tuh yang menggelegar di restoran. Hiii.....saya pasti bakal jadi ketinggalan melulu kalau jalan..
Walau akhirnya setuju, dan nyiapin martabak asin buat bekel piknik besokannya, tapi tetep aja malem gak bisa tidur, mikirin, gimana caranya saya mengatasi penderitaan keesokan harinya selama 4 jam.... hehe. Badan capek, karena selaen bikin martabak, saya sempet dikit-dikit bersihin dapur, kompor de el el. Tapi tetep, saya gak bisa tidur, padahal besoknya butuh tenaga banget kan buat jalan-jalan.
Besok paginya, dibangunin mas gorilla. Tumben deh tuh orang, biasanya weekend paling susah bangun pagi, ini tumben ada maunya, jadi aja bangun pagi betul. Dia udah mandi, dan udah nyiapin segala tetek bengek untuk piknik, bangsa garpu, serbet, sampai peralatan photography. Mata saya rasanya gak mau kompromi, biar kata mandi pake air setengah dingin pun tetep gak bikin mata melek/bangun. Saya masih sempet ngedumel sih ke si gorilla, yang dijawab sayup-sayup di telinga saya, "I know you too well. You'll thank me by the end of the day, by saying how good it is to force your body on doing sport... bla bla bla".
Kemudian, kita jemput si pasutri di stasiun kereta Massy, mereka naek kereta dari Paris, maklum, mereka emang tinggal di pusat kota. Begitu ketemu mereka, buset deh, muka mereka ceria amat, beda banget sama muka saya yang kuyu, mata berair nahan kantuk. Dari stasiun, kita langsung menuju tempat start, yang lumayan jauh juga letaknya dari stasiun kereta Massy. Sepanjang perjalanan si mbak, gak berhenti-berhentinya ngoceh, gimana hijaunya kehidupan di luar Paris. Ampun dah.. ini anak ceriwis banget, sedangkan saya masih ngedumel dalam hati, antara kangen bantal dan nyiapin tenaga dalam buat jalan-jalan nanti. Mana tadi pagi belom sempet sarapan pula.
Sampai di lokasi, kita tiba jam 11. Dimulai dengan start beli makanan di mini market, karena saya belom makan. Abis itu kita mulai jalan, ngelewatin suatu chateau pribadi. Chateaunya gak keliatan dari luar, tapi kebonnya amit-amit gede banget. Udah gitu kita masuk nembus hutan, perumahan orang, dan juga kota-kota lainnya. Banyak tanjakan yang kita lalui, dan sering juga papasan dengan para penggemar sepeda gunung. Dalam perjalanan kami banyak melihat buah mûres (blackberry) liar ranum di pinggiran. Maklum lagi musimnya. Kita sempetin diri metik. Si mbak masih aja ngoceh, dan kadang kalau lagi nanjak di bukit, dia lari (!). Buset deh, kayaknya saya harus ikutan yoga biar punya stamina prima. Udah gitu, dia jalannya cepet banget, kayak orang rushy gitu, sambil tiap orang yang kita temui di pinggir jalan, dia selalu menyapa dengan ramah tanpa henti. Beda banget sama suaminya yang pendiem, kayak saya (hahahah!). Walhasil sepanjang perjalanan, memang, saya yang selalu ketinggalan di belakang. Saya emang berencana ngumpulin energi, jalan gak cepet-cepet, karena tau perjalanan bakal lama.
Jam 12:30, kita berhenti di depan salah satu chateau, dan ngeluarin makanan-makanan kita. Untung aja pada demen martabak asin bikinan saya. Itung-itung promosi Indonesia lagi kan, hehe. Ketika makan, terceletuklah kalau si Pascal ini bintangnya cancer, sama kayak saya, sedangkan istrinya berbintang Leo, sama kayak suami saya. Wah, si mbak langsung ribut, katanya emang cancerians itu pada kalem, tenang, sedangkan leo gak bisa diem. Gorilla cuman nyeletuk, yah, kalo istrinya mah tergantung deh, ada saatnya kalem, ada saatnya bawel abis, tergantung bulan purnama..hehehe.
Selesai makan, kami lanjutkan perjalanan, lewat Gif Sur Yvette, salah satu kota cantik, dimana kami merayakan hari perkawinan kami bersama teman-teman dulu. Saya jadi ingat, dulu kami pilih restaurant di tempat ini karena makanannya enak, dan suasananya romantis. Dari Gif sur Yvette, kami agak-agak nyasar, karena gak bisa nemuin tanda kuning, salah satu panduan untuk mengikuti randonnée (di Perancis, randonnée merupakan kegiatan yang sangat rutin dan terorganisir dengan baik, sehingga jika kita jalan di hutan maupun di kota, kalau kita dengan mudah menemukan tanda-tanda rute yang bisa kita laluin).
Kita nyasar sekitar sejam, yang membuat kita berjalan jadi lebih jauh daripada yang seharusnya. Tapi pemandanganya benar-benar bikin mulut menganga, soalnya kita ketemu view point yang cantik di atas bukit, dimana kita bisa melihat dengan baik rute maupun bukit yang sudah kita lewati. Selain itu, banyak rumah-rumah kecil yang indah, selain tentu saja di daerah ini banyak sekali chateauxnya.
Well.. akhirnya, setelah 7 jam (!) berjalan, kami tiba kembali di tempat kami parkir mobil. Amit-amit deh, rencananya rute cuman 4 jam, kenapa jadi molor sampe 7 jam? Rada-rada nightmare deh. Tapi si mas gorilla puas, katanya saya gak ngeluh. Iyalah.. persiapan batinnya aja semaleman mas! Udah tau kalau gak mungkin jalan ngelewatin beberapa kota dalam waktu 4 jam saja. Pastilah lebih lama dari itu, dan saya udah pengalaman dikibulin mertua, juga dia, yang tiap kali kita beraktivitas, selalu bilang: "Gak, kita jalan cuman sebentar kok, paling cuman sejam selesai".. ternyata?! Kenyataannya, perjalanan kaki (randonnée) kita selalu menempuh paling cepat 2 jam. Selalu gitu! Gak cuman jalan kaki, tapi juga maen ski, bersepeda, dan kegiatan lainnya. Saya berasa kayak anak kecil banget deh kalau udah gini. Huuuu semprulll!!! Yah mudah-mudahan jalan kali ini bisa deh dijadiin persiapan untuk liburan bulan depan, jalan selama 3 hari jauh dari peradaban.. hiks..
Foto-foto di bawah ini sepertinya lebih bisa bercerita dibandingkan tulisan saya.
bunga liar di pinggir jalan
Subscribe to:
Posts (Atom)