Thursday, 3 January 2008

orang kasar di lintasan ski

Di mana-mana banyak orang kasar. Dari supermarket sampai lantai disko, dan gak terkecuali jalur ski. Kemaren, ketika saya sedang antri téléski, semacam lift gantung yang akan membawa saya ke atas bukit dengan papan ski saya, saya tidak sengaja menubruk papan ski orang secara halus. Maklum, saljunya kan licin, dengan papan ski yang kita pakai, tentu saja kita jadi semakin susah mengendalikan laju kita dan tabrakan-tabrakan halus (maupun  kasar) kadang tidak bisa dihindarkan. Ternyata, orang yang di depan saya, lelaki berumur 50-an tampaknya tidak suka kalau saya menubruk papan skinya, walaupun hal ini adalah sesuatu yang lumrah terjadi di antrian téléski. Dengan tajam dan bibir manyun dia menatap saya, saya pun dengan nada suara malas mengatakan, "Pardon Monsieur (maaf tuan)!!!" Dia tidak beraksi.

Tak lama, saya mendengarnya berteriak kepada ayahnya yang di belakang antrian , "Hééé papi!!!! Je t'attend en haut!!! (hé ayah, saya tunggu kamu di atas)". Saya tidak suka nada dia bicara, teraik-teriak seakan dia hanya sendirian di dunia ini. Sesampainya kita di atas, ketika kita hendak meluncur turun, ternyata kita harus menunggu giliran juga. Ada segerombolan anak-anak kecil yang sedang belajar ski hendak meluncur juga. Tapi mereka kesulitan bergerak maju dengan papan ski mereka, karena permukaan salju yang tidak rata alias sedikit menanjak. Eh si pria di depan saya tadi teriak-teriak dengan tidak sabarnya memberikan instruksi agar anak-anak itu bergerak maju. Dengan kasarnya dia berkata, "CONARDS! (yang kurang lebih setara dengan brengsek atau bangsat" Aneh bener ini orang, pikir saya sebal. Saya agak bete dengar orang menggunakan kata-kata kasar tanpa dasar yang jelas, apalagi ke anak-anak. Emang kalau dibilangin bangsat mereka bersikap jadi lebih baik?

Di hari yang sama beberapa jam kemudian, saya meluncur ke bawah, dan bermaksud masuk ke téléski yang lainnya. Karena curamnya bukit tempet saya meluncur, saya yang masih pemula ini tentu agak sulit mengerem. Saya pun menubruk papan ski seorang wanita. Dikit saja, tapi sudah membuat si wanita ngedumel-ngedumel. Entah saya tidak terlalu mau tau apa yang didumelkan, baru kesenggol sedikit aja ngamuk. Heran deh, liburan bukannya pada mood santai malah mood gak sabaran.

Lama kemudian, saya sempat terjatuh kecil di pinggiran lintasan ski. Ketika saya hendak berdiri, ada seorang pria yang menubruk saya dengan suksesnya. Gabruk.. bikin saya kembali jatoh dan mayan bikin kelingking saya dan pergelangan tangan saya snyut-snyutan ditabrak papan skinya. Giliran saya yang bengong, mikir bentar, setelah pengalaman yang rada tidak menyenangkan dengan dua orang hari ini, saya pilih marah atau gak marah ya karena ditabrak? Saya menoleh ke arah pria itu, dia meringis kesakitan. Ah sudahlah, cuman sakit sedikit, ngapain juga sih marah-marah, toh itu bukan perbuatan sengaja. Si pria bertanya kepada saya apakah saya baik-baik saja. Saya tersenyum dan bertanya hal yang sama kepadanya. Sebaiknya kita memang tidak usah ngedumel atas masalah kecil, bersikap sopan kepada orang lain kan gak ada salahnya, soalnya sikap gak sopan itu sering banget nular sih.





No comments: