Thursday, 30 August 2007

Nip/Tuck: Refleksi Kehidupan Manusia dalam Kaca Benggala

Saya sebetulnya udah pernah bikin review tentang seri TV ini, di blog saya yg anonimous itu, tapi tadi abis nonton satu episode dari season 4, saya jadi pengen ngoceh lagi. Udah pernah nonton seri ini waktu season 1? Trus berhenti di Season 2? Masih terus menggemari? Atau malah udah bete dari season pertama?

Nip/Tuck adalah film seri ciptaan Ryan Murphy ini berkisah tentang dua dokter bedah plastik yang sohiban dari jaman kuliah, dan buka praktek di Miami Florida. Miami yang gudangya cewek cantik, drugs, glamour (sex, sand, sea life style gitu deh) dan kriminalitas tinggi menjadi latar belakang yang kerap kali muncul pada film ini. Dalam menjalankan bisnis permak wajah, dua dokter tadi, Christian Troy (buset dari namanya aja udah konflik banget nih kayaknya) dan Sean Mc.Namarra adalah dua dokter yang kaya, tapi sering ketemu dengan berbagai masalah baik di kehidupan professional maupun pribadi.

Dokter Sean McNamarra (diperankan oleh Dylan Walsh - konon pernah menghabiskan masa remajanya sekolah di JIS Indonesia), di season pertama digambarkan sebagai dokter dengan hati yang bersih, dan selalu ingin menolong sesama, khususnya bagi mereka yang tidak mampu. Namun dia selalu terjebak dalam konflik batin, antara menolong sesama manusia yang benar-benar membutuhkan dan membuat usaha prakteknya jalan terus (money talks!). Di samping itu, rumah tangganya bersama istrinya, Julia (diperankan oleh Joely Richardson - The Patriot), yang udah dijalanin belasan tahun, terasa hambar. Walaupun Julia menjauhinya, Sean amat sangat mencintai Julia. Ditambah lagi konflik bareng anak mereka yang paling tua, Matt yang ABG dan mulai mengenal yang namanya perempuan, sudah mulai berani berontak.

Beda banget dari partnernya, Christian Troy adalah dokter yang sangat hedonis dan buset gantueng banget (diperankan oleh si sexy Australian Julian McMahon - charm, the profiler-..eh anak mantan PM Australia kalo gak salah nih..hehehe). Dia mencintai semua wanita, harta dan juga ketenaran. Hidupnya sehari-hari hanya diisi dengan mengejar wanita demi sex (gile bahasa review gue..hehehe). Untuk mendapatkan keinginannya dari tiap wanita, dia gak segan-segan mengatakan bahwa dia adalah dokter ahli bedah plastik, maka wanita-wanita pun langsung rela melakukan apapun, untuk bisa dapet fasilitas permak body gratis (atau cuman sekedar ngerasain jadi pacar dokter bedah plastik yang kaya). Basically, Christian is the kind of man that is good on CV; good looking, charming, neat, smart.. But what kind of women want to hire him?

Season pertama dipenuhi intrik-intrik drugs, sex, penggambaran tentang dunia superficial yang menjijikan, menggambarkan manusia yang serakah yang membuat kita mikir, gila ya, penampilan dan uang itu segala-galanya di belahan dunia lain itu.

Ulah Christian yang sembrono dalam melakukan pekerjaannya, mengejar materi dan sex, akhirnya menghadapkan dua partner itu pada masalah pelik yang mempertaruhkan nyawa mereka, keluarga, dan usaha yang udah mereka bangun dari bawah. Ada kalanya praktek mereka dihadapkan kepada tuntutan malpraktek, kesulitan finansial, atau persaingan bisnis dengan praktek dokter lain.

Cerita pun gak berkutat di dua orang itu, tapi juga diantara keluarga mereka. Julia yang ternyata jaman masih kuliah, pernah ada affair sama Christian, bingung apakah Matt merupakan anak biologis dari Sean ataukah dari sahabat suaminya itu. Lebih jauh Julia diceritakan masih memendam harapan cinta terhadap Christian yang playboy, dan Christian pun sepertinya terobsesi dengan Julia yang istri sahabatnya. Julia pun kembali ke universitas, karena ingin mendapatkan kembali cita-citanya; menjadi dokter juga, yang harus dia kubur ketika ia mengandung Matt diluar nikah. Ia banyak berpikir, apakah hidupnya akan berubah jika dia dulu memilih Christian daripada Sean? Di sekolah kedokteran, ia menjadi murid paling tua di kelas, dan berjumpa dengan pemuda ganteng dengan aksen inggris yang menaruh hati kepadanya (kurang dramatis apa coba?).

Matt (John Hensley) pun digambarkan menghadapi stressnya kehidupan remaja dari keluarga berantakan. Problemnya banyak, dari masalah ingin sunat (loh??!!!), pacar, sampai masalah tabrak lari.

Berbagai topik pernah dibahas di film ini. Yah paling sering sih tentang penampilan dan sex, apalagi? Bahasan lainnnya seputaran lesbian-homo, obesitas, caper, kepribadian ganda, banci, drugs, scientology, racism, mimpi tak sampai, cinta, persahabatan, phedophilly, dan berbagai penyakit kejiwaan laennya. Tapi film ini sarat juga dengan rasa kemanusiaan, dimana kita juga jadi bingung kadang-kadang, karena di dunia superficial itu ternyata gak semuanya hitam-putih. Sean yang sangat pintar dan halus dalam mengerjakan pekerjaannya, suami yang baik, tapi ternyata lebih memilih pergi bersama selingkuhannya daripada merhatiin Matt yang lagi butuh pertolongannya. Christian yang kurang ajar dan gak berperasaan kadang tampil bagai pahlawan berhati emas di beberapa episode. Karakter mereka memang jauh berbeda, tapi mereka saling membutuhkan dan mengisi.

Hati-hati dengan adegan nude di sini (hehe.. banyak banget soalnya, ntar nagih nih...hehe), dan juga darah bersimbah dimana-mana. Ini cara Ryan Murphy menggambarkan bahwa dunia plastik itu menjijikan, kasar dan juga banyak godaannya. Seberapa jauh kita mau melakukan apa yang kita inginkan, walaupun itu akan merendahkan martabat kita? Tapi, kadang2 seri ini gak masuk akal juga sih, karena seringkali Christian dan Sean seperti kayak Tuhan, terlalu bisa macam-macam. Dokter bedah plastik kok bisa disuruh ngurusin pemisahan kembar siam di bagian otak segala. Kadang-kadang dokter kulit juga bisa nanganin kasus kecil yang ditampilkan, tapi kok malah mereka yang muncul jadi pahlawan. Yah begitulah cerita digulirkan dengan cara-cara yang gak masuk akal juga sih. Sayangnya lagi, film ini kadang-kadang jatoh ke dalam stereotype film soap opera, yang kadang-kadang masalahnya diputer-puter lagi. Tapi gak apa, belom basi bener kok.

Review saya pribadi, kenapa suka seri ini? Meski tiap abis nonton, ada rasa pengen muntah (entah karena liat darah dari meja operasi, atau karena jijik sama karakter orang-orang di dalamnya), tapi rasanya ada bagian dalam hati yang ikut sedih, dan selalu mikir-mikir tiap habis nonton, mengenai apa sih yang paling penting di dalam hidup ini. Kesannya konyol ya, kok bahan renungan dapetnya dari film super sadis gini, tapi saya banyak belajar tentang persahabatan dan rasa kekeluargaan dari film yang susah dikategorikan ini, apakah ia termasuk drama, action, atau komedi satir? (saya aja kali yg terlalu bego..hehehe).

Jangan nonton kalau tidak kuat ngeliat adegan bersimbah darah, bugil-bugil (mayan lah liat pantatnya Julian McMahon berkali-kali.. hahaha), dan kasar. Juga kalau anda punya kepribadian yang mudah digoyahkan oleh apa yang anda lihat di film. Film ini terlalu vulgar, jujur dan blatant.

Siapakah bapak asli Matt? Bagaimana kisah segitiga Julia, Sean, Christian? Mampukah Sean menjaga keutuhan rumah tangganya? Bagaimana kisah cinta Julia dengan pemuda ganteng di sekolahan? Apa sebetulnya yang mendorong Christian menjadi sangat flamboyan dan maniac? Mampukah praktek mereka bertahan dengan adanya persaingan dari dokter lain yang lebih berbakat?

Hampir setiap episode diisi oleh bintang tamu yang lumayan tenar bangsa Broke Shield, Anne Heche, Femke Jansen, dll. Nantikan juga kejutan-kejutan yang bikin mulut menganga di tiap episode, juga di tiap season, dimana selalu muncul seorang tokoh vilain yang misterius yang menggangu di satu season, dan baru terselesaikan di episode terakhir season yang bersangkutan. Cara penyelesaiannya selalu khas Nip/Tuck: Mencengangkan!!!

*a real disturbingly perfeck drama yang mumpung belom jatoh ratingnya, dan Ryan Murphy masih (ada) ide. Soalnya yang sudah-sudah, malah jatuh ke stereotype soap opera beneran.

No comments: