Thursday, 30 August 2007

RENNES, CINTAKU PADA PANDANGAN PERTAMA

Pertama kali ketemu, Rennes begitu rupawan, tampilannya tua dan sederhana namun cukup menawarkan hura-hura untuk jiwa muda yang sudah mulai susah dicari jejaknya di dalam diriku. Pertama kami berjumpa di bulan Febuary lalu, saya langsung jatuh cinta begitu mengatahui bahwa di kota ini restaurant, bar, cafe jumlahnya ratusan. Yoi! Makanan emang bisa bikin seseorang jatuh hati. Yang kedua, saya berkesempatan mengunjunginya baru-baru ini, yaitu minggu lalu.

Rennes adalah suatu kota di Bretagne (Brittany), sebelah barat Perancis. Bretagne ini adalah tempat bermukin bangsa Galia jaman dulu, dan banyak menyimpan kebudayaan celtic, yang mirip-mirip dengan kebudayaan celtic di Inggris maupun di Irlandia. Bretagne ini memiliki bahasa mereka sendiri yang tidak sama dengan bahasa Perancis. Dan mereka mencoba untuk mempertahankan kebudayaan mereka ini sampai sekarang, walaupun susah juga ya, karena orang lebih suka berkomunikasi dengan bahasa Perancis sepertinya.

Ada beberapa alasan yang membuat saya begitu mencintai kota yang memiliki berbagai sejarah yang menarik, termasuk sejarah hitam mengenai anti semit The Dreyfus' Affair yang terkenal itu. Tapi saya lagi gak pengen ngebahas sejarah, saya cuman mau bikin list, kenapa saya suka dengan kota mungil (tapi termasuk terbesar di provinsi Bretagne) yang dialiri dua sungai. Kecil, jadi gak seribet Paris yang besar dan semrawut.

Cafe, Bar, Restaurant
Asli jumlahnya banyak banget, dan rasanya jauh lebih banyak jumlahnya, dibandingkan dengan di Strasbourg. Jangan salah, saya sangat suka dengan Strasbourg, dan gak ada tapi-tapinya, titik gitu. Strasbourg ya cantik, dengan rumah-rumah gaya Alsace. Eh ada deng tapi tapinya, yaitu: tapi rasanya Rennes lebih menang dalam hal jumlah makanan dibanding Strasbourg. Bretagne adalah provinsi yang terkenal dengan crêpes dan galettes yang dibuat dengan gandum hitam. Eh bentar... Alsace juga terkenal dengan makanannya, tapi berhubung makanannya yang paling terkenal mengandung babi (sosis choucroute), saya gak bisa makannya, jadi saya gak bisa bandinginnya.

Kembali ke Rennes, pusat kotanya banyak dijejali oleh restaurant, dengan tawaran menu yang beragam. Mulai dari Crêperie yang tentu menunya terdiri dari crêpes, hidangan-hidangan laut yang yummy (bretagne terletak di pinggiran laut Atlantic), seperti oyster mentah yang lezat dan kerang hijau (moules), sampai masakan new wave bangsa sorbet tomat manis yang dimakan (dihidangkan) bersamaan dengan crumble ikan pari. Kayak makan rendang pake roti manis? hehehe.. gak deng, jangan bilang jijay dulu sebelum ngerasain perpaduan rasa yang dihadirkan. Bener aja, rasanya seperti buka pintu ke dunia rasa yang lain. Dan yang paling penting, harganya jauh lebih terjangkau bila dibandingkan dengan restaurant di Paris atau suburban Paris. Di restaurant new wave yang saya sebut barusan, rata-rata harga hidangan pembuka seharga kurang dari 4 euro-an saja (malah kalau gak salah inget, banyak yang 1 euro-an deh). Gitu juga dengan aneka dessertnya. Asli beragam banget, dan bukan menu biasa. Banyak restaurant di Paris yang menyediakan menu new cooking style dengan harga yang jauh lebih mahal. Karena terjangkaunya harga dan banyaknya ragam, alhasil, saya jadi makan melulu selama di Rennes. Gile bener, surga restaurant!

Kota Pelajar
mungkin karena kotanya tidak terlalu besar, para pelajarnya bisa ditemui dengan mudah di setiap sudut kota. Mereka menguasai pusat kota, cafe maupun bar-bar lokal. Gitu juga dengan alun-alun. Dan asli, pelajar di Rennes, mukanya ganteng-ganteng (dan cantik-cantik) loh! Kadang pelajar pada gak punya duit untuk beli beer di bar, sehingga mereka mengakalinya dengan cara mensupply diri dengan minuman alkohol yang beli di supermarket kemudian pergi ke alun-alun, nongkrong bareng kawan-kawan sambil minum-minum. Konon, setiap kamis malam, alun-alun kota sumpek dengan para pelajar nongkrong, dan tidak jarang, pemadam kebakaran sering dipanggil untuk membubarkan kerumunan pelajar mabuk.

Rennes sendiri terkenal dengan rue de la soifnya (rue si penghaus), suatu jalan pendek, dimana terdapat sekitar belasan bar berjejer, dan seringkali diisi dengan klien-klien muda. Dahulu kala, bar-bar ini buka sampai larut malam, tapi kebiasaan ini sudah ditinggalkan karena terlalu banyak kekacauan yang ditimbulkannya, mungkin walikota membatasi jam bukanya. Konon lagi, orang-orang Bretagne memang sangat kuat minum sehingga problema ini seringkali menimbulkan masalah kesehatan, juga masalah disiplin dalam berkendaraan.

Karena kota pelajar, maka hiburan yang ada di dalamnya, yah lumayan, bioskop ada beberapa, mall kecil ada macam Place de Colombier (hehe..ini mah gue banget!), dan tentu sajah, tempat konser musik ada juga. Saya ngeliat map pembangunan sih, gedung konser Liberté bakal diperbaharuin, dan sedang didirikan bioskop besar dengan 13 ruangan. Harapan saya sih, nantinya bioskop ini menyediakan film dalam suara versi asli (Cinéma VO) tanpa disulihsuarakan. Sebetulnya ada sih, bioskop VO gitu, tapi untuk film-film independent, atau film-film dari negara eropa lainnya.

Logement atau Tempat Tinggal
Karena memang kota pelajar, dan jauh lebih kecil dari pada ibukota, yah, wajar kalau harga-harga perumahan gak sengelunjak harga di Paris. Memang kalau liat agent-agent penjualan rumah, untuk apartemen di kota (bukan di suburb) harganya kadang ada yang mahal. Tapi kalau dilihat lebih detail, akan ada harga yang jauh lebih murah (moga-moga gak didirikan dengan triplex ya..hehehe). Jadi banyak pilihan deh. Untuk harga, saya gak cantumkan ya, karena bisa di browse sendiri di net lah.

Métro
Belakangan emang lagi model banget bagi kota-kota di Perancis untuk punya metro. Dan yang untung, ya tentu saja penduduknya. Metro di rennes bentuknya baru banget, dengan style yang moderen. Bentuknya jauh lebih pendek (dua wagon), dan lebih ramping daripada metro Paris. Linenya pun baru ada satu. Entah kapan line berikutnya akan dibangun. Liat-liat kebutuhan kali ye.

Tiket metro, selain bisa langganan, tentunya bisa beli ketengan. Dalam sejam, bayar 1.20euro, bebas dipake ke tujuan. Moderennya metro di Rennes, ya seperti metro line nomor 14 di Paris, gak ada supirnya. Semuanya otomatis, nah ini dia, metro anti strike. Cocok untuk negara yang pegawai transportnya doyan banget ngadain mogok kerja. Di pelataran stasiun juga gak ada orang yang melayani pembelian tiket (atau mungkin saya gak liat ya?). Karena sepertinya semua dilaksanakan secara otomatis. Dan untuk masuk ke dalam stasiun metro yang bersih itu, juga gak kayak di Paris, gak ada pager pintu kebukanya.





Les Champs Libres
Yang terakhir (tapi gak mengurangi nilainya), yang menurut saya menarik dari Rennes adalah gedung Champs Libres, suatu gedung yang terletak gak jauh dari gedung concert liberté, dan juga gak jauh dari stasiun keretanya. Gedung besar ini menampung perpustakaan yang luas dan moderen, ruang pameran, museum dan Planetarium. Saya gak sempet ngeliat-ngeliat perpusnya, padahal mupeng juga ngeliat koleksi komiknya yang wuahhh.... Saya yang udah lama gak ke Planetarium, jadi sempet pengen tuh, tapi kayaknya gak sempet sih, ya udah lah, ke museumnya aja.

Museumnya sendiri gak jeleklah, saya berkesempatan untuk melihat museum sejarah Bretagne, yang isinya menguraikan sejarah provinsi ini dari jaman batu, perunggu, sampe jaman setara revolusi industri.

Selain itu saya berkesempatan mengunjungi pameran pembuatan topi (iya topi yang kayak ibu-ibu inggris itu loh), dan juga museum The Dreyfus' affaire yang menarik. Tapi sayang, saya agak terburu-buru waktu itu.

Kemudian saya juga sempet melihat pemeran foto dari Pierre de Vallombreuse tentang suku-suku minoritas di suatu negara. Dari Indonesia, dia membahas tentang salah satu suku di Papua (saya lupa ya, suku mana). Tapi yah gitu deh, penggambaran dan penjelasannya lebih kepada menjelekkan pemerintah Indonesia yang dituduhkan ingin memusnahkan masyarakat itu. Yang kayak gini sih saya udah sering denger, mereka selalu pakai kaca mata barat, dan kami selalu pakai kaca mata Indonesia. Jadi belum tentu barat benar, dan kami Indonesia salah. Atau bisa jadi kami yang salah mereka yagn benar. Tidak 100% tapi ya.

Harga tiket masuk untuk museum dan pemeran di dalam Champs Libres ini 4 Euro, ambil foto diperbolehkan, tapi tidak dengan flash light.



Atraksi Lain Yang Menarik untuk dilihat di Rennes
  1. Parc Thabor, ini adalah taman botanic yang memiliki koleksi yang memadai mengenai bunga-bunga rose. Sayang waktu saya ke sana bulan February lalu, masih terlalu dingin, dan tentu saja belum berkembang. Sekarang musim panas yang dingin, mereka baru saja mengeluarkan bunganya. Tetap menarik, tapi kurang bergerombol. Selain itu ada koleksi bunga-bunga lainnya.





  2. Gedung Parlemen Rennes, yang bergaya reinessance, saya belum pernah berkunjung, hanya liat dari luar.
  3. Gedung Opera, sama aja cuman liat dari luar, tapi belom pernah nonton opera.
  4. Pusat kota Rennes dimana terdapat beragam style rumah kuno yang unik.
  5. Museum Beaux Art (saya belum pernah ke sana, karena waktu saya ke sana pas lagi jam makan siang, jadinya tutup. Sial).
Balai Walikota

Belom puas ngider di Rennes?
Bretagne adalah salah satu provinsi tercantik di Perancis, yang letaknya di pinggir laut. Coba ngider di luar rennes, pergi ke Mont St. Michel, yang terkenal itu. Sebetulnya St. Michel ini bukan lagi di provinsi bretagne, tapi udah masuk ke provinsi Normandie. Selain itu, kita bisa pergi ke St. Malo, kota kecil pinggir laut yang di batasi benteng.

Mont St. Michel

St. Malo

Belom cukup ngider juga?
Di bretagne bayak terdapat situs-situs prasejarah, menhir-menhir kuno yang persis seperti menhir obelix. Jangan lupa, Bretagne adalah asal muasal negara fantasy, sempet-sempetin deh, maen ke hutan Broceliande, tempat legenda penyihir Merlin (kuburan merlin) dan tempat King Arthur mencabut pedangnya. Legenda King Arthur yang nyabut pedangnya itu ternyata, ceritanya terjadi di Perancis bukan di Inggris, makanya kita jumpai banyak sekali pemilik restaurant memajang pedang King Arthur ini di restaurant mereka.

broceliande



Dan kalau lagi main ke Bretagne, selain makanan laut dan crêpenya, jangan lupa makan kue-kue, permen mentega bretagne yang rasanya wuennuak buanguet!

No comments: