The frenchs are so well known for their unwillingness to travel abroad. They prefer to stay in their own country and become the local tourists. After almost two years living in the country and do a lot of visits around the country, i begin to understand why.
This time, we decided to go to South of France, to the province of Midi – Pyrenées. When my husband proposed me to go there, i was not that interested to know the main attraction of the region. I was like: "I need a vacation from vacations!" because it was all too much for me (it's tiring altough gruesome is never the word for that. Duh!). But i just don't feel like refusing the offer either. When it comes to vacation, everybody should appriciate it right? It would be so ungrateful if i said no.
Beside, he had this bright idea of doing camping. For all of my life, i have only tried camping once, when i was in Nz. I had a very nice experienced which made me so eager to try it again. Camping is a good idea if we are on tight budget (which we really were), and in my mind, it will be quite romantic: our first camping ever. Campsites in France are well organized (well.. at least compared to the ones we have in Indonesia).
He explained to me that Rocamadour, the place where we would stay (he arranged the plans and everything.. as usual, i'd be the big madame who would just sit in the car, let the driver takes me), is the most romantic place in France (and all these years i thought it was Paris?), with the light that animates the old town. Biaritz was also planned, but considering the activity that we would do with so little time, not to mention that the weather would go bad in the weekend, we decided to live things opened. He had put his surfboard in the car, just in case the weather would change its mind.
After we had arrived in Rocamadour, we setted up the tent. Okay, it wasnt "we", it was more "he" as I was just watching, and do a little bit of documentations. After that, we ate our simple dinner and went for a romantic walk in Rocamadour. The first time i saw the old city from a view point, it was quite far away, but looked quite amazing already. Then we went down to go to the heart of the town, which was quite a steepy downhill. Then we passed the wall of the town, the small shops, and then going up to the sanctuaires, the main attraction of this religious town. Then we passed the 13 curves where lies 13 chapels. All were amazing considering the age of the building.
The next day, we went to Souillac, Lacave and Padirac. For Lacave and Padirac, we went to visit the amazing cave with animatic lights that make the stalagmites and stalactites look unbelievable. In Padirac, we visited a huge underground cave with gulf, which is soooooooo big. Pitty that we couldn't take a single picture in the gulf of Padirac, since picture activities are subjects to copy right matter.
The last day in Quercy, we went to Souillac to do canoeing on Dordogne river. It was a great fun since the view is superb alongside the river. Later in the evening, we went to Toulouse to visit friends who live there. Toulouse seemed nice, but we were soaking wet the following day, because the weather was not friendly at all. It was a pourring rain, that even a special rain coat and an umbrella didn't help, thus we decided to go back to Paris the same day. Hehe.. Nice trip gone bad happens so often these days.
Conclusion about this trip: Midi Pyrénée is one of the most beautiful palces in France. Southern people are friendlier than their compatriot in Paris. Dreadful!!!!
A must visit for wanderlusters...:P
_____________________________________________________________________________
Orang Perancis konon dikenal gak suka jalan-jalan ke negara laen, sebaliknya, mereka sangat berkutat di negaranya, alias wisata cuman di negaranya saja. Setelah hampir dua tahun tinggal di sini, dan keliling-keliling di beberapa tempat, saya mulai mengerti mengapa mereka berlaku seperti itu.
Dalam rangka menghabiskan jatah cuti, kami memutuskan untuk pergi ke daerah selatan Perancis, khususnya ke daerah Midi - Pyrénée, departemen Lot, Quercy. Saya sih gak ada ide ya, ada apaan aja di daerah situ, saya ikut aja deh pokoknya. Terus terang, saya butuh liburan dari liburan. Capek liburan melulu, tenaga abis untuk ikutan randonée atau jalan-jalan alam. Kalau sama suami saya, apa-apa harus dibuat sebisa mungkin ada olahraganya. Pan aye pusing abis kalo begitu terus.
Tapi berhubung bukan saya yang nyetir, taunya cuman duduk dan bobo di mobil doang, ya udah, ikut aja deh, daripada doi ngambek, istrinya kok pemalesan banget. Dikasih enak kok complain. Kita pun memutuskan untuk menghemat biaya-biaya dengan cara camping. Selain itu, saya seumur idup cuman pernah camping sekali, waktu di Nz. Berkesan banget rasanya, dan katanya kan camping di sini bener-bener tinggal tau beres, tempatnya terorganisir, ada wc dan kamar mandinya, bersih, dan kadang ada yang nyediain dapurnya juga. Dengan bayar sekitar 9 euro, kita tinggal bawa tenda, peralatan masak, dan mobil kita jg. Malah waktu itu ada yang pake sepeda. Jadi intinya, gak usah gali lobang dulu deh kalo mo pupu.. hahahaha.
Rencananya sih mau ke Biaritz sekalian, suami ceritanya mau surfing, jadi dia dah bawa papan selancar di mobil. Tapi melihat ramalan cuaca katanya hari-hari terakhir bakal diisi dengan hujan deras dan petir, kayaknya kami gak akan jadi ke sana. Lagipula, banyak banget kegiatan yang bisa kami lakuin di daerah ini, untuk waktu yang cuman lima hari saja (termasuk waktu yang kita pakai untuk ke pergi-pulang ke Paris).
Kami nginep di daerah Rocamadour, suatu kota kecil banget, yang konon adalah tempat paling romantis di Perancis (oh.. bukan Paris ya?). Kata dia, kota ini adalah salah satu tujuan perjalanan orang-orang Katolik selain Lourdes, dan bermandikan cahaya setiap malam. Jadinya sih romantis ya. Sampe sana, udah malam, untung hari masih terang, kita disambut dengan ramah oleh resepsionis tempat camping (oh ya, bener deh, orang-orang daerah selatan ramah abis dibanding orang-orang Paris!).
Kita langsung mendirikan tenda mungil kita (kita?! Dia kali?! Gue mah gak ikutan bantu-bantu, gak ngerti apa-apa). Dia agak gagap juga mendirikan tenda, karena terakhir kali udah beberapa tahun yang lalu. Sekitaran kavling kita udah mayan diisi oleh para camping car dari turis-turis Swiss, Belanda maupun turis lokal, Perancis. Begitu tenda berdiri, kita masak deh makan malam pertama kita. Seadanya banget.
Abis itu, dia langsung ngajakin jalan-jalan ke kota tua Rocamadour. Gitu saya sampai di view point, saya bener-bener gak bisa percaya sama mata saya. Dikejauhan tampak kota kecil, yang mulai bermandikan cahaya menjelang magrib (tapi kok gak ada azan magrib ini? Hehe). Kotanya mungil di pinggir tebing, udah seperti mau jatuh. Tapi bagaimanapun saya mendapatkan kesan kalau kota ini kokoh. Kamipun berjalan ke arah kota ini. Lumayan, turunannya dashat juga.
Kota ini dikelilingi tembok, jadi mirip seperti benteng. Kota dibangun pada abad 8, oleh St. Rocamadour (jasadnya masih berada di dalam kota ini, harusnya sih terjaga dengan baik, masih utuh). Di dalamnya banyak toko-toko kecil, kemudian kami menaiki anak tangga yang lumayan banyaknya untuk sampai ke dalam gereja. Sehabis itu kami juga melewati jalan berkelok-kelok, dimana di tiap kelokannya terdapat chapel kecil tempat berdoa. Dahulu kala, para pilgrim berjalan dengan cara berlutut sambil berdoa menuju chape terakhir (mengingat jalannya gak diaspal, pastilah sakit banget ituh!).
Siangnya kami jalan-jalan ke kota Lacave, dimana terdapat gua (grotte) besar yang terkenal banget (ngomong-ngomong, saya gak pernah tau tentang gua ini, mo kata terkenal banget juga, asli kuper abis). Daerah Quercy ini emang banyak banget gua-gua besar, dan karena struktur tanahnya yang berkapur, gua-guanya banyak memiliki stalagmite stalagtite dengan bentuk yang aneh-aneh, terkadang menyerupai binatang. Untuk masuk ke dalam gua, kita bayar sekitar 7 euro-an, dan naek kereta yang akan membawa kita jauh ke dalam perut gua. Begitu sampai di dalam, ternyata kita seperti melihat dunia lain yang benar-benar beda. Ada sungai di dalam gua ini, mengalir dengan arus yang tidak terlalu deras. Yang lebih seru, ternyata gua ini didekorasi dengan tata lampu yang apik, sehingga seringkali permainan lampunya memberikan animasi yang indah, dengan kesan kita itu sedang ada di dalam suatu kota di dalam air. Air di dalam gua, warnanya biru kehijau-hijauan, membuat saya menjadi takjub banget sama ciptaan alam. Belum lagi stalagmite atau stalagtite yang ada, butuh waktu jutaan tahun agar gua di lacave ini berbentuk seperti sekarang.
Belum puas dengan gua-gua-an, gue maen elo-eloan (hehehe.. garing abis). Kita lanjut ke Padirac (oh ya, di daerah ini banyak sekali loh, nama-nama dengan akhiran « ac »). Di padirac, kita langsung menuju ke suatu jurang aduh apa ya bahasa indonesianya (Gouffre), lobang besar banget di atas tanah, dan kita masuk ke dalam lobang tersebut (rasanya seperti ditelen bumi deh), dan di sana kita ngeliat lagi gua super besar, dimana di dalamnya mengalir sungai dengan amat sangat deras. Untuk mengagumi sungai yang besar ini, kita dibawa oleh perahu yang akan membawa kita semakin jauh ke dalam perut gua. Lagi-lagi air di dalam gua ini biru kehijauan (mungkin karena efek lampu), dan benar-benar bening airnya. Hanya udang-udangan yang hidup di dalam gua ini. Sayang sekali, di dalam gulf padirac ini, kami dilarang keras menggunakan camera, karena semua gambarnya di patenkan. Sedih, saya cuman bisa mencoba mengingat-ingat bentuk gua besar dimana sungai deras mengalir di dalamnya (saya sertakan saja ya, brossur dari tempat ini). Juga « ruangan » besar di dalam gua yang dinamakan ruangan hujan, karena berada di dalamnya kita seperti di siram air hujan, yang sebetulnya adalah air-air sungai yang « bocor » menetes dari batu-batuan. Sayang sekali, saya kurang mengerti penjelasan si guide. Aksen selatannya kental sekali, dan memang suaranya emang pada dasarnya gak jelas (alasan, emang bahasa perancis gue minim banget sih!)
Malem harinya, ternyata hujan disertai petir bo. Deres juga. Untung tenda kami gak bocor, dan hujannya gak berlangsung lama. Kita kembali ke kota tua rocamadour, buat ambil foto-foto petir diatas rocamadour. Tapi keberuntungan belom berpihak karena gak berhasil-berhasil sih. Entah ya, kalau suami. Dia pake kamera non digital, dan tidak otomatis, mudah-mudahan hasilnya lebih berhasil (loh?!).
Hari berikutnya, kami pergi ke Souillac, suatu kota yang lebih besar daripada kota-kota yang telah kami kunjungi, untuk main canoe di sungai Dordogne. Kami tinggalkan mobil kami di Souillac, dan berangkat menuju Lacave menggunakan shuttle bus dari perusahaan penyewa canoe/kayak. Aliran sungai akan membawa kami kembali ke Suillac, ke tempat dimana mobil kami berada.
Kami maen kano selama 3 jam-an, termasuk berhenti di pinggir sungai, untuk makan siang. Jadi judulnya maen kanoe dan piknik juga. Sungai dordogne adalah sungai yang tidak terlalu dalam, dan airnya bersih banget. Sepanjang perjalanan kami melewati beberapa château, dan melewati gua yang lumayan besar. Tapi sayang, kami tidak membawa senter, jadi kami agak ngeri masuk lebih jauh, karena gelap sekali. Kalau kepentok dinding gua gimana coba? Akhirnya kami memutuskan balik arah, mengikuti aliran sungai ke arah selatan.
Antara Lacave dan Souillac, kami melewati tiga châteaux, dan juga tiga jembatan. Bener-bener deh, yang namanya sungai dordogne itu cantik sekali. Saya jadi inget film seri Black Adder, si Rowan Atkonson jaman muda, yang menyebut daerah ini dalam salah satu episodenya. Ternyata memang daerah ini menarik hati para wisatawan Inggris, sehingga banyak diantara mereka membeli rumah di daerah sini, menyebabkan harga tanah naik gila-gilaan.
Selesai main air, kami menyempatkan diri membeli Foie Gras di salah satu pertanian agak keluar kota sedikit. Memang, daerah ini sangat terkenal dengan Foie Grasnya. Penjualnya ramah abis. Saya udah bilang belom, kalau orang selatan itu, exceptional banget ramahnya, beda abis sama orang-orang Paris yang gak tau diri?..hehehe udah ya? Ya udah saya ulangin lagi itu sekali.
Tak hanya itu, kami juga mengunjungi bengkel pengrajin kaca, dimana mereka meniup botol-botol untuk membentuknya, kemudian membakarnya dengan suhu tinggi. Sayang, saya tidak boleh mengambil gambar mereka. Kami juga mengunjungi suatu penggilingan gandum abad 14, yang merupakan salah satu monumen historis di daerah situ juga. Penggilingan ini didirikan untuk memberi makan para pilgrim. Gak nyangka deh, penggilingan gandum ini tampak begitu "moderen" walaupun alat-alatnya sederhana sekali. Tapi pemikirannya itu loh! Mereka menggunakan arus deras air sungai sebagai sumber energinya. Si guide yang melayani kami tampak semangat menjelaskan (dengan aksen lokal yang kental, persis kayak orang ngomong bahasa spanyol sambil kumur-kumur) bagaimana air sungai dapat membuat mesin-mesin kayu bekerja menggiling gandum. Luar biasa, karena menurut saya, ini dia energi yang dapat diperbaharui. Sumbernya gratis pula, banyak terdapat di daerah lokal.
Sore harinya, kami berangkat menuju selatan, yakni kota Toulose, untuk mengunjungi teman saya, Lusti dan Edwin yang tinggal di sana. Ternyata arah ke sana macet banget bow. Hujan deras pula (Paris malah banjir). Yah, sampe di sana, cari hotel, terus kita ketemuan dan makan malem bareng di restauran Italy yang najis weeennnuaaakkkk banget (thanks ya ti, atas rekomendasinya..hehehe... hari berikutnya kita makan siang di tempat yang elo rekomenin pertama, oke juga!!!). Hari berikutnya kami jalan-jalan di sekitar Toulouse, amit-amit deh ujan gede banget. Saya dan suami nekat jalan-jalan di bawah hujan (pakai jaket ujan dan payung sih). Tapi tetep aja, basah abis. Kuyub bo.. soalnya ujannya deres dan non stop. Kaki saya sampai kedinginan, sepatu dan kaos kaki basah abis. Mau masuk restoran malu juga, diliatin orang-orang. Kapok deh ah, kami memutuskan balik ke Paris setelah makan siangnya. Hihihihi... liburan yang oke ditemani sinar matahari jadi agak-agak bete akhirnya setelah dibantai sama air hujan gak berhenti-berhenti. Yah, gak ke Biaritz, Pamplona, St. Cirq lapopie deh.. gak sempet sih...terlalu banyak yang harus dilihat, terlalu sedikit waktu... Laen kali deh!!!
Catatan:
daya tarik wisata: château, foie gras (tentu dong!!!! Gue kan bukan termasuk aktivis pencinta binatang yang emang dimaksudkan untuk disantap manusia), gua, sungai (canoe) dan sepeda gunung, kota-kota pilgrim,
sewa tempat camping tanpa listrik: 9 euro perhari
biaya masuk ke gua-gua: 7 euro
sewa canoe perhari: 15 euro
Jangan lupa, ada kebiasaan di daerah ini, untuk memberi tips sekitar 1 euro-an untuk guide yang melayani kita.
This time, we decided to go to South of France, to the province of Midi – Pyrenées. When my husband proposed me to go there, i was not that interested to know the main attraction of the region. I was like: "I need a vacation from vacations!" because it was all too much for me (it's tiring altough gruesome is never the word for that. Duh!). But i just don't feel like refusing the offer either. When it comes to vacation, everybody should appriciate it right? It would be so ungrateful if i said no.
Beside, he had this bright idea of doing camping. For all of my life, i have only tried camping once, when i was in Nz. I had a very nice experienced which made me so eager to try it again. Camping is a good idea if we are on tight budget (which we really were), and in my mind, it will be quite romantic: our first camping ever. Campsites in France are well organized (well.. at least compared to the ones we have in Indonesia).
He explained to me that Rocamadour, the place where we would stay (he arranged the plans and everything.. as usual, i'd be the big madame who would just sit in the car, let the driver takes me), is the most romantic place in France (and all these years i thought it was Paris?), with the light that animates the old town. Biaritz was also planned, but considering the activity that we would do with so little time, not to mention that the weather would go bad in the weekend, we decided to live things opened. He had put his surfboard in the car, just in case the weather would change its mind.
After we had arrived in Rocamadour, we setted up the tent. Okay, it wasnt "we", it was more "he" as I was just watching, and do a little bit of documentations. After that, we ate our simple dinner and went for a romantic walk in Rocamadour. The first time i saw the old city from a view point, it was quite far away, but looked quite amazing already. Then we went down to go to the heart of the town, which was quite a steepy downhill. Then we passed the wall of the town, the small shops, and then going up to the sanctuaires, the main attraction of this religious town. Then we passed the 13 curves where lies 13 chapels. All were amazing considering the age of the building.
The next day, we went to Souillac, Lacave and Padirac. For Lacave and Padirac, we went to visit the amazing cave with animatic lights that make the stalagmites and stalactites look unbelievable. In Padirac, we visited a huge underground cave with gulf, which is soooooooo big. Pitty that we couldn't take a single picture in the gulf of Padirac, since picture activities are subjects to copy right matter.
The last day in Quercy, we went to Souillac to do canoeing on Dordogne river. It was a great fun since the view is superb alongside the river. Later in the evening, we went to Toulouse to visit friends who live there. Toulouse seemed nice, but we were soaking wet the following day, because the weather was not friendly at all. It was a pourring rain, that even a special rain coat and an umbrella didn't help, thus we decided to go back to Paris the same day. Hehe.. Nice trip gone bad happens so often these days.
Conclusion about this trip: Midi Pyrénée is one of the most beautiful palces in France. Southern people are friendlier than their compatriot in Paris. Dreadful!!!!
A must visit for wanderlusters...:P
_____________________________________________________________________________
Orang Perancis konon dikenal gak suka jalan-jalan ke negara laen, sebaliknya, mereka sangat berkutat di negaranya, alias wisata cuman di negaranya saja. Setelah hampir dua tahun tinggal di sini, dan keliling-keliling di beberapa tempat, saya mulai mengerti mengapa mereka berlaku seperti itu.
Dalam rangka menghabiskan jatah cuti, kami memutuskan untuk pergi ke daerah selatan Perancis, khususnya ke daerah Midi - Pyrénée, departemen Lot, Quercy. Saya sih gak ada ide ya, ada apaan aja di daerah situ, saya ikut aja deh pokoknya. Terus terang, saya butuh liburan dari liburan. Capek liburan melulu, tenaga abis untuk ikutan randonée atau jalan-jalan alam. Kalau sama suami saya, apa-apa harus dibuat sebisa mungkin ada olahraganya. Pan aye pusing abis kalo begitu terus.
Tapi berhubung bukan saya yang nyetir, taunya cuman duduk dan bobo di mobil doang, ya udah, ikut aja deh, daripada doi ngambek, istrinya kok pemalesan banget. Dikasih enak kok complain. Kita pun memutuskan untuk menghemat biaya-biaya dengan cara camping. Selain itu, saya seumur idup cuman pernah camping sekali, waktu di Nz. Berkesan banget rasanya, dan katanya kan camping di sini bener-bener tinggal tau beres, tempatnya terorganisir, ada wc dan kamar mandinya, bersih, dan kadang ada yang nyediain dapurnya juga. Dengan bayar sekitar 9 euro, kita tinggal bawa tenda, peralatan masak, dan mobil kita jg. Malah waktu itu ada yang pake sepeda. Jadi intinya, gak usah gali lobang dulu deh kalo mo pupu.. hahahaha.
Rencananya sih mau ke Biaritz sekalian, suami ceritanya mau surfing, jadi dia dah bawa papan selancar di mobil. Tapi melihat ramalan cuaca katanya hari-hari terakhir bakal diisi dengan hujan deras dan petir, kayaknya kami gak akan jadi ke sana. Lagipula, banyak banget kegiatan yang bisa kami lakuin di daerah ini, untuk waktu yang cuman lima hari saja (termasuk waktu yang kita pakai untuk ke pergi-pulang ke Paris).
Kami nginep di daerah Rocamadour, suatu kota kecil banget, yang konon adalah tempat paling romantis di Perancis (oh.. bukan Paris ya?). Kata dia, kota ini adalah salah satu tujuan perjalanan orang-orang Katolik selain Lourdes, dan bermandikan cahaya setiap malam. Jadinya sih romantis ya. Sampe sana, udah malam, untung hari masih terang, kita disambut dengan ramah oleh resepsionis tempat camping (oh ya, bener deh, orang-orang daerah selatan ramah abis dibanding orang-orang Paris!).
Kita langsung mendirikan tenda mungil kita (kita?! Dia kali?! Gue mah gak ikutan bantu-bantu, gak ngerti apa-apa). Dia agak gagap juga mendirikan tenda, karena terakhir kali udah beberapa tahun yang lalu. Sekitaran kavling kita udah mayan diisi oleh para camping car dari turis-turis Swiss, Belanda maupun turis lokal, Perancis. Begitu tenda berdiri, kita masak deh makan malam pertama kita. Seadanya banget.
Abis itu, dia langsung ngajakin jalan-jalan ke kota tua Rocamadour. Gitu saya sampai di view point, saya bener-bener gak bisa percaya sama mata saya. Dikejauhan tampak kota kecil, yang mulai bermandikan cahaya menjelang magrib (tapi kok gak ada azan magrib ini? Hehe). Kotanya mungil di pinggir tebing, udah seperti mau jatuh. Tapi bagaimanapun saya mendapatkan kesan kalau kota ini kokoh. Kamipun berjalan ke arah kota ini. Lumayan, turunannya dashat juga.
Kota ini dikelilingi tembok, jadi mirip seperti benteng. Kota dibangun pada abad 8, oleh St. Rocamadour (jasadnya masih berada di dalam kota ini, harusnya sih terjaga dengan baik, masih utuh). Di dalamnya banyak toko-toko kecil, kemudian kami menaiki anak tangga yang lumayan banyaknya untuk sampai ke dalam gereja. Sehabis itu kami juga melewati jalan berkelok-kelok, dimana di tiap kelokannya terdapat chapel kecil tempat berdoa. Dahulu kala, para pilgrim berjalan dengan cara berlutut sambil berdoa menuju chape terakhir (mengingat jalannya gak diaspal, pastilah sakit banget ituh!).
Siangnya kami jalan-jalan ke kota Lacave, dimana terdapat gua (grotte) besar yang terkenal banget (ngomong-ngomong, saya gak pernah tau tentang gua ini, mo kata terkenal banget juga, asli kuper abis). Daerah Quercy ini emang banyak banget gua-gua besar, dan karena struktur tanahnya yang berkapur, gua-guanya banyak memiliki stalagmite stalagtite dengan bentuk yang aneh-aneh, terkadang menyerupai binatang. Untuk masuk ke dalam gua, kita bayar sekitar 7 euro-an, dan naek kereta yang akan membawa kita jauh ke dalam perut gua. Begitu sampai di dalam, ternyata kita seperti melihat dunia lain yang benar-benar beda. Ada sungai di dalam gua ini, mengalir dengan arus yang tidak terlalu deras. Yang lebih seru, ternyata gua ini didekorasi dengan tata lampu yang apik, sehingga seringkali permainan lampunya memberikan animasi yang indah, dengan kesan kita itu sedang ada di dalam suatu kota di dalam air. Air di dalam gua, warnanya biru kehijau-hijauan, membuat saya menjadi takjub banget sama ciptaan alam. Belum lagi stalagmite atau stalagtite yang ada, butuh waktu jutaan tahun agar gua di lacave ini berbentuk seperti sekarang.
Belum puas dengan gua-gua-an, gue maen elo-eloan (hehehe.. garing abis). Kita lanjut ke Padirac (oh ya, di daerah ini banyak sekali loh, nama-nama dengan akhiran « ac »). Di padirac, kita langsung menuju ke suatu jurang aduh apa ya bahasa indonesianya (Gouffre), lobang besar banget di atas tanah, dan kita masuk ke dalam lobang tersebut (rasanya seperti ditelen bumi deh), dan di sana kita ngeliat lagi gua super besar, dimana di dalamnya mengalir sungai dengan amat sangat deras. Untuk mengagumi sungai yang besar ini, kita dibawa oleh perahu yang akan membawa kita semakin jauh ke dalam perut gua. Lagi-lagi air di dalam gua ini biru kehijauan (mungkin karena efek lampu), dan benar-benar bening airnya. Hanya udang-udangan yang hidup di dalam gua ini. Sayang sekali, di dalam gulf padirac ini, kami dilarang keras menggunakan camera, karena semua gambarnya di patenkan. Sedih, saya cuman bisa mencoba mengingat-ingat bentuk gua besar dimana sungai deras mengalir di dalamnya (saya sertakan saja ya, brossur dari tempat ini). Juga « ruangan » besar di dalam gua yang dinamakan ruangan hujan, karena berada di dalamnya kita seperti di siram air hujan, yang sebetulnya adalah air-air sungai yang « bocor » menetes dari batu-batuan. Sayang sekali, saya kurang mengerti penjelasan si guide. Aksen selatannya kental sekali, dan memang suaranya emang pada dasarnya gak jelas (alasan, emang bahasa perancis gue minim banget sih!)
Malem harinya, ternyata hujan disertai petir bo. Deres juga. Untung tenda kami gak bocor, dan hujannya gak berlangsung lama. Kita kembali ke kota tua rocamadour, buat ambil foto-foto petir diatas rocamadour. Tapi keberuntungan belom berpihak karena gak berhasil-berhasil sih. Entah ya, kalau suami. Dia pake kamera non digital, dan tidak otomatis, mudah-mudahan hasilnya lebih berhasil (loh?!).
Hari berikutnya, kami pergi ke Souillac, suatu kota yang lebih besar daripada kota-kota yang telah kami kunjungi, untuk main canoe di sungai Dordogne. Kami tinggalkan mobil kami di Souillac, dan berangkat menuju Lacave menggunakan shuttle bus dari perusahaan penyewa canoe/kayak. Aliran sungai akan membawa kami kembali ke Suillac, ke tempat dimana mobil kami berada.
Kami maen kano selama 3 jam-an, termasuk berhenti di pinggir sungai, untuk makan siang. Jadi judulnya maen kanoe dan piknik juga. Sungai dordogne adalah sungai yang tidak terlalu dalam, dan airnya bersih banget. Sepanjang perjalanan kami melewati beberapa château, dan melewati gua yang lumayan besar. Tapi sayang, kami tidak membawa senter, jadi kami agak ngeri masuk lebih jauh, karena gelap sekali. Kalau kepentok dinding gua gimana coba? Akhirnya kami memutuskan balik arah, mengikuti aliran sungai ke arah selatan.
Antara Lacave dan Souillac, kami melewati tiga châteaux, dan juga tiga jembatan. Bener-bener deh, yang namanya sungai dordogne itu cantik sekali. Saya jadi inget film seri Black Adder, si Rowan Atkonson jaman muda, yang menyebut daerah ini dalam salah satu episodenya. Ternyata memang daerah ini menarik hati para wisatawan Inggris, sehingga banyak diantara mereka membeli rumah di daerah sini, menyebabkan harga tanah naik gila-gilaan.
Selesai main air, kami menyempatkan diri membeli Foie Gras di salah satu pertanian agak keluar kota sedikit. Memang, daerah ini sangat terkenal dengan Foie Grasnya. Penjualnya ramah abis. Saya udah bilang belom, kalau orang selatan itu, exceptional banget ramahnya, beda abis sama orang-orang Paris yang gak tau diri?..hehehe udah ya? Ya udah saya ulangin lagi itu sekali.
Tak hanya itu, kami juga mengunjungi bengkel pengrajin kaca, dimana mereka meniup botol-botol untuk membentuknya, kemudian membakarnya dengan suhu tinggi. Sayang, saya tidak boleh mengambil gambar mereka. Kami juga mengunjungi suatu penggilingan gandum abad 14, yang merupakan salah satu monumen historis di daerah situ juga. Penggilingan ini didirikan untuk memberi makan para pilgrim. Gak nyangka deh, penggilingan gandum ini tampak begitu "moderen" walaupun alat-alatnya sederhana sekali. Tapi pemikirannya itu loh! Mereka menggunakan arus deras air sungai sebagai sumber energinya. Si guide yang melayani kami tampak semangat menjelaskan (dengan aksen lokal yang kental, persis kayak orang ngomong bahasa spanyol sambil kumur-kumur) bagaimana air sungai dapat membuat mesin-mesin kayu bekerja menggiling gandum. Luar biasa, karena menurut saya, ini dia energi yang dapat diperbaharui. Sumbernya gratis pula, banyak terdapat di daerah lokal.
Sore harinya, kami berangkat menuju selatan, yakni kota Toulose, untuk mengunjungi teman saya, Lusti dan Edwin yang tinggal di sana. Ternyata arah ke sana macet banget bow. Hujan deras pula (Paris malah banjir). Yah, sampe di sana, cari hotel, terus kita ketemuan dan makan malem bareng di restauran Italy yang najis weeennnuaaakkkk banget (thanks ya ti, atas rekomendasinya..hehehe... hari berikutnya kita makan siang di tempat yang elo rekomenin pertama, oke juga!!!). Hari berikutnya kami jalan-jalan di sekitar Toulouse, amit-amit deh ujan gede banget. Saya dan suami nekat jalan-jalan di bawah hujan (pakai jaket ujan dan payung sih). Tapi tetep aja, basah abis. Kuyub bo.. soalnya ujannya deres dan non stop. Kaki saya sampai kedinginan, sepatu dan kaos kaki basah abis. Mau masuk restoran malu juga, diliatin orang-orang. Kapok deh ah, kami memutuskan balik ke Paris setelah makan siangnya. Hihihihi... liburan yang oke ditemani sinar matahari jadi agak-agak bete akhirnya setelah dibantai sama air hujan gak berhenti-berhenti. Yah, gak ke Biaritz, Pamplona, St. Cirq lapopie deh.. gak sempet sih...terlalu banyak yang harus dilihat, terlalu sedikit waktu... Laen kali deh!!!
Catatan:
daya tarik wisata: château, foie gras (tentu dong!!!! Gue kan bukan termasuk aktivis pencinta binatang yang emang dimaksudkan untuk disantap manusia), gua, sungai (canoe) dan sepeda gunung, kota-kota pilgrim,
sewa tempat camping tanpa listrik: 9 euro perhari
biaya masuk ke gua-gua: 7 euro
sewa canoe perhari: 15 euro
Jangan lupa, ada kebiasaan di daerah ini, untuk memberi tips sekitar 1 euro-an untuk guide yang melayani kita.
No comments:
Post a Comment