Thursday, 30 August 2007

SAYA YANG BODOH ATAU MEREKA YANG SALAH?

Orang Perancis emang suka ngomongin makanan di meja makan. Kalau orang inggris bilang, agama mereka adalah sepakbola, orang perancis akan mengatakan bahwa agama mereka adalah makan dan makanan, karena mereka tidak berhenti-berhentinya ngomong soal makanan. Mereka sangat suka acara makan bersama (di kantor juga), yang diikuti dengan embel-embel se régaler sebagai verbe yang sering digunakan dalam menandaskan kegiatan yang berhubungan dengan makan. Undangan makan siang atau malam, di Perancis bisa berlangsung lebih lama daripada pidato Suharto in his heyday, maka siap-siap bila anda diundang makan oleh orang perancis (yang amat sangat mungkin sering terjadi), saya sarankan, jangan makan pagi/siang dulu sebelumnya, dan siapkan subyek obrolan dengan topik-topik yang sedang in, karena acara makan bisa jadi berlangsung hingga 6 jam!!! (Saya seringkali terserang pusing-pusing dan sakit pinggang begitu acara makan selesai). Wajar juga kenapa orang Perancis doyan banget makan dan ngomongin makanan, karena macam dan rasa makanan dari Perancis benar-benar beragam, dan seringkali dijadikan simbol sebagai makanan tingkat tinggi, karena tampilannya yang halus dan (kesannya) mahal.


Oke, cukup paragraph pembukanya yang hampir gak ada hubungannya dengan judul yang sudah saya cantumkan diatas. Kemarin, saya menemukan situs yang menurut saya agak aneh.... Saya gak ngerti baca tulisan di situs ini:
http://www.baliadvertiser.biz/articles/tokobuku/2005/homestyle.html pada paragraph 3, yang bilang bahwa makanan indonesia itu, yah so so saja, dan kurang variasi?

Ini saya yang bener-bener gak ngerti bahasa Inggris, atau salah menerjemahkan aja sih? Dan apa juga maksudnya, dengan masakan Indonesia, anda menjadi kembali ke realita? Emangnya apa hebatnya makanan dari negeri lain sampai makanan kita dibilang, kadang-kadang, bof saja? Dan entah juga apa maksudnya, mereka mengatakan bahwa selain di Bali, makanan tidak memegang peranan penting dalam kebudayaan. Maksudnya, sebagai saji-sajian kepada dewa setiap harinya atau apa nih? Kok mempromosikan Bali (yang notabene adalah bagian dari Indonesia), tapi sepertinya kurang paham betul dengan kebudayaan Indonesia? Ngomong-ngomong, makanan kita bisa juga loh highly refined.. itu mah tergantung presentasinya aja mas... !!!

Mas Mas, ta' kasih tau ya, orang-orang Indonesia itu paling demen makan, dan ngomongin makanan gak ada habis-habisnya. Orang Perancis selalu ngerasa kalau tandingan mereka adalah orang Cina (bukan orang Thailand seperti kata situs ini), yang gak ada habis-habisnya ngomongin makanan di meja makan, kaget begitu mereka mengenal orang-orang Indonesia yang ternyata adalah tandingan sejati mereka.

Saya tadinya gak terlalu merhatiin memang, kalau kita ini gak setop-setopnya ngomongin makanan. Tapi setelah saya ngantor di kantor lama saya (Jakarta), dimana yang berkantor adalah orang-orang yang gak berhenti-berhentinya mengeksplorasi wisata kuliner dan mencoba resep-resep baru, saya baru ngeh kalau orang Indonesia itu gak abis-abisnya ngomongin makanan.

Scene 1, Jam 8:30 pagi di perpus bawah:
Saya baru saja tiba di kantor, dan melewati ruang perpus di bawah tangga, sudah terlihat beberapa anggota kantor, duduk di meja bundar, makan mie ayam Sugeng, tukang jualan mie ayam asal Purwokerto yang jualan di belakang kantor saya.

Mereka: "Pagi Jackie!!! Sarapan dulu hayu!"
Saya : "Saya udah makan... nggg... (nyium bau semerbak mie Sugeng). Tapi.. boleh lah, hayu...!!!"

Sekertaris kantor datang, dan kami pun menawarkan kepadanya untuk gabung sarapan dengan kami.

Sekertaris: "Ah, saya mau sarapan lontong sayur aja ah hari ini. Saya pesan dulu ya. Jack.. kamu mau pesen jamu si Ayu gak?"
Saya: "Hayu.. boleh..."

Tak lama, orang dari divisi keuangan tiba, bawa gorengan.

Dia: "Hey hey.. selamat pagi.. ada yang mau gorengan?"

Kami pun menyambut dengan bahagia, sambil ngucap, kenyang, tapi masih sempet ada aja yang nyeletuk, "Ntar siang makan apa ya? Ayam Texas atau ayam belakang (kantin ibu belakang-red) ya enaknya?"

"Coba makan di taman lembang yuk, ikan bakarnya enak. Gue ngiler banget deh!"


Scene 2, jam 11:30 di depan ruangan saya
Orang-orang sudah pada ngumpul di depan, mereka sibuk mendiskusikan enaknya makan bareng di mana siang itu. OB kantor udah mau siap-siap dengan bolpen dan kertas catatannya. Gila.. baru jam 11:30, orang-orang udah pada heboh begini, pikirku.

Jam 12:00, kita cabut ke Lembang. Di sana, semua orang pilih kesukaan masing-masing. Ada yang pesen es teler, es kelapa, sambil nunggu datangnya pesenan ikan bakar, cumi bakar kuning, atau somay. Acara makan siang ditutup dengan pisang bakar coklat keju pesenan anak-anak. Makannya rame-rame dong. Sepanjang jam makan, anak-anak gak berhentinya bercerita tentang makanan yang sudah pernah mereka makan di masa lalu, yang ada di piring mereka, dan makanan yang akan mereka makan. Ada yang nyeletuk pernah makan ikan bakar di kaki lima mana lah, yang gak kalah enaknya, murah pula. Ada yang cerita tentang soto di daerah menteng yang cihuy banget untuk dicoba kalau hari jumat pas cowok-cowok lagi pada shalat jumat. Ada yang cerita bedanya mpek-mpek megaria dengan mpek-mpek gloria, samping bank mandiri cikini. Kalau saya, lagi ngebayang-bayangin makan di Kikugawa, resto Jepang paling tua di Jakarta, rasa asli jepang tapi murah, daerah cikini juga. Makan sushi di sana ah kapan-kapan, pikir saya.

Scene 3, jam 16:00
"Andiiiiii... tolong pesenin rujak buah ya!!!", kata seorang kolega kepada OB kami. "Udah gitu tolong dibawain ke perpus lantai 4!"

"Eh ada yang mau nitip yang lain gak, sekalian si Andi mau jalan?!"
Ada yang nitip es kelapa muda, es jeruk de el el.

Dua puluh menit kemudian Andi datang, bawa bungkusan plastik hitam. Telepon pun berdering-dering di tiap ruangan kami, panggilan (undangan) kepada setiap orang untuk makan rujak di perpus. "Ditunggu!" kata si penelpon dengan nada suara kering. Saya pun bergegas datang.


Yah, ituah sekelumit dunia kantor saya, yang gak pernah lepas dari omongan soal makan. Tiap hari deh, kayak gitu, makan bareng dan ngomongin makanan, sampai kadang-kadang saya bosan. Begitu saya cabut ke Perancis, saya denger, anak-anak nemu tempat makan baru, di daerah kantor PLN Menteng (menteng atau gambir ya? lupa). Kebetulan emang lokasi kantor kami bener-bener deket dengan berbagai restoran dan tempat makan, dan juga toko kue yang masok ke hotel bintang lima (tapi kalo beli di sono harganya sih murah banget.. cuman gitu sampe di hotel, harganya 3 kali lipat bo!). Kalau mau makan gak pernah susah nyari emang, paling jauh pun masih bisa ditempuh dengan bajaj. Kalau hari jumat, bener-bener surga, jam makan siang lebih panjang, gak jarang kami bisa ditemui di Sarinah Tamrin lagi nyari restaurant, atau di jalan sabang ke factory outletnya Kong Guan.

Begitu banyaknya ragam makanan di Indonesia, sampai-sampai kami tidak pernah berhenti membicarakannya. Ada yang lagi pengen gudeg ps. Cikini, ada yang pengen sop buntut Pasaraya Young and Trendy, batagor yang udah digusur, ada yang selalu merindu lontong sayur (seperti saya ini misalnya), bubur ayam depan kantor, soto tangkar kantin belakang, lontong cap gomeh, rendang padang... duh... kayaknya gak bisa deh disebutin satu-satu di sini.

Teman-teman kantor saya itu emang orangnya demen banget makan, hobby nyoba resep, dan ngomongin makanan. Ada yang suka bawa kue tradisional ke kantor, udah gitu, kalau saya lagi tugas keluar kantor, misalnya menghadiri sidang di pengadilan Jaksel, ada yang nitip donat yang dijual di koperasi situ, sop buntut goreng di seberang PN Jaksel, dll.

Nah, sekarang, coba bantu saya, apa saya yang bodoh atau si penulis artikel yang salah sih, yang bilang kalau masakan indonesia itu mediocre, lacking of variety? Setau saya, di tiap negara manapun, makanan selalu memegang perananan penting, dan merupakan cerminan kekayaan budaya dari setiap daerah, walaupun mungkin kita tidak setiap hari memberikan saji-saji kepada dewa, tidak seperti di Bali. Tapi tidak jarang, makanan model A atau model B disajikan untuk menyambut kelahiran bayi, pindah rumah, ulang tahun (model nasi kuning), merayakan weton-wetonnya orang jawa (bubur merah putih lah), roti buaya untuk kawinan betawi, dll.

Dan jangan salah Mas, kita ini hobby banget ngomongin makanan, seperti juga orang Perancis. Makanya orang Perancis yang beristrikan cewek Indonesia girangnya minta ampun, soalnya makanan kita beragam, enak-enak, dan mereka kayak ketemu soulmate yang demen dine out, cocok dengan budaya mereka. Udah gitu, kita gak bisa berhenti ngomongin makanan. Gak heran, banyak dari suami kami yang jadi gendut setelah menikah dengan kami.

Kadang-kadang, saya jadi bersukur, saya ini orang indonesia. Kalau ketemu orang yang ngomongnya gak nyambung atau hari panas suasana ikut panas, mending ngomongin makanan aja deh.. subyeknya netral, aman dan bikin orang damai. Kalau urusan perut, biasanya kita seiya sekata sih, apalagi orang indonesia, pasti seiya sekata kalau bilang makanan kita paling wuennnnnuakkkkkkkkkkk bila dibandingkan dengan makanan dari negara-negara lain.

Update: tanggal 8 mei 07, saya chat conference sama dua orang mantan sejawat kantor.. Yang diomongin, restoran jepang (lupa namanya) sama bombay blue, restoran baru di jakarta, yang katanya ennuak banget. Udah gitu pun obrolan berlanjut ke supir kantor yang kakaknya jualan lopis... mampus dah.. saya pun cuman bisa melongo, gak ngerti apa-apa

No comments: